#27 [Titik Cerah]

355 49 9
                                    

"Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat."

(HR: Tirmidzi : 1853)

Boleh yuk, pencet Vote bintangnya sebelum memulai. Lalu, Comment cerita saat membaca. Bismillah...

.

.

.

Umar menghentikan kakinya di depan rumah Ustadz Rofiq, ia mendongakkan kepala ke arah balkon dimana Zafa tengah duduk termenung di atas kursi santainya.

4 Hari. Sudah 4 hari dia melihat istri dari temannya itu terus duduk di atas balkon tanpa memedulikan apapun. Umar bisa merasakan sebuah kekosongan dari mata yang sebelum ia kabarkan berita duka ini tersirat kelembutan dan ketenangan.

Tapi kabar yang ia bawa, bisa dalam sekejap merubah siratan lembut dari matanya menjadi kosong.

Merasa bersalah? Tentu. Dia merasa semua ini terjadi karenanya. Umar masih belum bisa memaafkan dirinya.

"Saya akan berusaha untuk membawa Hasan kembali, Zafa" tutur Umar tanpa mengalihkan pandangannya dari Zafa.

Umar membalikkan badan membelakangi rumah Ustadz Rofiq, dia mendesah berat diikuti kepala yang menunduk lesu.

Karena kabar ini, semua orang yang mendengarnya menjadi tidak sebahagia sebelumnya, semua di relung duka namun harus memaksakan diri untuk kuat dan tersenyum.

"Umar, kamu harus bisa secepatnya menemukan Hasan, biar semua orang gak seperti ini, Umar"

Lelaki itu mencoba berbicara pada dirinya sendiri, menyemangati dirinya agar tidak berlarut dalam kesedihan dan harus sekuat tenaga dan usaha menemukan Ustadz Hasan. Agar senyuman dan kebahagiaan bisa kembali pada wajah orang-orang di sekitarnya.

Usai menenangkan diri, Umar melangkah meninggalkan perkarangan rumah Ustadz Rofiq menuju suatu tempat.

Tanpa Umar sadari, sedari tadi Zafa telah menjatuhkan tatapannya pada punggung tegap yang terlihat lemah itu.

"Tolong, tolong bawa kembali Mas San"

Usai mengucapkan kata itu, air matanya mengalir deras di atas pipi tembab yang dulu suka Ustadz Hasan cubiti. Suara tangisan yang terdengar begitu menyakitkan untuk di rasakan dan di dengar.

Zafa memeluk tubuhnya kuat, menyalurkan rasa sakit di hatinya.

🍂🍂🍂

Umi Feriha perlahan membuka kenop pintu kamar yang sudah beberapa ia tempati di rumah Ustadz Rofiq.

"Zafa" panggil Umi Feriha sebelum pintu terbuka seluruhnya.

Umi Feriha melihat ke sekeliling kamar untuk menemukan Zafa. Beberapa saat kemudian, kedua mata wanita paruh baya itu langsung sedikit melebar saat menemukan Zafa yang tengah memeluk dirinya sambil menangis pada kursi santai di balkon kamar.

"Zafa!" Umi Feriha langsung beranjak menghampiri Zafa dan membuka pelukan diri Zafa lalu menggantikannya dengan pelukan dengan Umi Feriha.

Umi Perih mengganti pelukan menyakitkan itu dengan pelukan hangatnya. Ia mencoba untuk meberikan ketenangan pada menantu kesayangannya ini.

Di Luar Rencana Sang Murobbi [Hiatus]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora