pt. i

854 85 14
                                    

"Asmaraloka, Bentala Asa"
Length : 10k words
written by : johnj_

.
mention of nsfw, cheating
Don't Like, Don't Read
.

Seorang laki-laki bersurai ikal tampak tengah menghela nafas berat sembari menatap layar gawai canggihnya yang berkedip-kedip, menampilkan sebuah nama. Panggilannya baru saja diputus sepihak dan ia selalu menyesali perdebatannya berakhir seperti ini. Sebagaimana biasanya selepas dirinya dan orang di seberang sana bertikai sepanjang hari.

Tak ingin larut dalam perasaan berat dalam hati, lelaki muda itu lantas memanggul kembali tas ranselnya ke atas punggung sebelum melangkah menapaki jalan setapak menuju rumah panggung sederhana yang tertera di atas carut marut coretan kertas di tangannya.

Netranya memendarkan pandang, menyapu halaman rumah panggung yang tampak rapi serta elok oleh berbagai tanaman hias yang satu dua jenis ia ketahui jenisnya. Digigit bibir bawahnya sembari memendam ragu. Sementara tangannya terjulur hendak mengetuk, sebelum akhirnya turun serta kembali bersembunyi di balik sweater kuning kebesarannya.

Lagipula di mana pemandu yang disebut-sebut akan menemaninya selama ia terjun ke lapangan ini?

"Mas Harsa!"

Kapita yang dipanggil Harsa itu menoleh. Matanya mendapati lelaki bertubuh teramat jangkung berjalan tergopoh-gopoh mendekatinya seraya melepas topi berbentuk ember lusuh yang sedari tadi menempel di kepalanya.

Harsa reflek mencebikkan bibir. Dirinya sama sekali tak menyadari orang lain yang melangkah penuh takzim, jauh di belakang lelaki berambut panjang tersebut menikmati perubahan ekspresi Harsa dengan seulas senyum teramat tipis.

"Maaf, Mas. Tadi saya asyik nyari ngengat. Sampai-sampai lupa jemput Mas Harsa di depan jalan setapak." Lelaki dengan toples ngengat di tangan itu meringis sambil menggaruk tengkuknya tatkala pupilnya mendapati Harsa menghela nafas pasrah. "Saestu, maafin saya loh, Mas. Beneran ndak sengaja."

Harsa mengibaskan tangan lalu mengulurkan tangan pada sang lawan bicara, seolah mengisyaratkan untuk menyudahi permintaan terus menerus milik lelaki bertubuh jangkung tersebut di tengah hari yang sedang terik-teriknya ini. "Gapapa, Mas. Yang penting saya sudah sampai di sini dengan aman. Oh iya, saya Harsa Kawiswara, penulis rubrik suruhan Pak Johan Siregar yang dikirim ke lembaga konservasi ini untuk sepekan ke depan."

"Wah, bagus! Akhirnya ada juga yang mau bantu-bantu organisasi kecil-kecilan ini. Perkenalkan nama saya Satria Gumelar, kalau yang diam saja dari tadi ini, atasan saya. Namanya Pak Jatmiko Tjakrabirawa. Bagus tah namanya?" celoteh laki-laki bernama Gumelar tersebut sambil mendorong tubuh semampai sang atasan ke hadapan Harsa.

"Iya, bagus, Mas." Harsa tertawa kecil. Kepalanya mengangguk kecil, menyetujui ucapan Satria yang sedikit nyeleneh sekaligus tanpa sengaja membuat sang empunya nama reflek berdeham untuk mengusir rasa malu yang mendera dirinya. Walau pun di sudut benaknya, ia sempat menerka-nerka betapa familiarnya rupa lelaki yang dipanggil Jatmiko itu dengan seseorang yang sempat ia kenal di kehidupan kotanya.

"Bapak ini masih melajang. Padahal yang jejer-jejer minta dinikahin banyak, eh, tapi dia milih pacaran sama hutan dan seisinya. Katanya, hutan ndak rewel seperti cewek. Tapi ndak tau kalau malah jilat ludah sendiri nanti."

Jatmiko reflek menyikut Satria untuk membungkam bibir petasannya. Remaja ini benar-benar sesuatu!

"Hush! Mending kamu urusin aja ngengatnya, Mas Gumelar. Lihat, sampai hampir kehabisan nafas gitu, apa ngga kasian tah kamu, Mas?" omel Jatmiko, membuat Satria yang sedari tadi cengengesan menggoda lelaki Tjakrabirawa itu spontan menepuk dahi.

Asmaraloka, Bentala Asa [JAEMHYUCK]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz