epilogue (i)

236 49 1
                                    

"Asmaraloka, Bentala Asa"
Length : 10k words
written by : johnj_

.

mention of nsfw, cheating
Don't Like, Don't Read

.

Setahun yang lalu. Sebelum Harsa berubah pikiran untuk tidak pergi menuju Jenggala Dalam.

Janu terpekur di depan perapian dalam diam. Sementara tangan kekarnya menggenggam secangkir kopi hangat sembari mengusapnya perlahan. Berusaha menghantarkan hangat di tengah-tengah situasi yang begitu menyesakkan ini.

"Saya sudah memikirkan segalanya masak-masak. Tentang hubungan saya dan Harsa yang sia-sia dan kamu." Janu terdiam sejenak. Dihirupnya udara dingin langit Bentala Asa, jatuh memenuhi ruang parunya. "Jatmiko, saya titip Harsa untuk kamu, ya?"

"..."

Kedua kapita tanggung itu terdiam. Lagi-lagi merenggangkan jarak yang sempat merapat.

Jujur, Jatmiko tak pernah menyangka bahwa sang kakak akan datang jauh-jauh dari Metro Tua dan menyampaikan permintaan yang ia sendiri ragu dapat ia kabulkan atau tidak. Bahkan dirinya masih ingat betapa angkuhnya lelaki ini ketika menjemput paksa Harsa dari genggamannya enam tahun lalu.

Lantas mengapa lelaki bersurai karamel itu menyerah secepat ini?

"Saya sudah ndak ada apa-apa dengan Harsa. Kamu meminta hal yang sia-sia, Nu," ujar Jatmiko lugas. Tangannya kemudian bergerak mengangkat cangkir kopinya dan mulai meneguknya hingga tandas.

"Walau begitu, kamu tidak bisa mengabaikan fakta kalau dirimu masih merajai hati Harsa sampai sekarang."

"..."

Janu benar. Harsa masih hidup dalam hatinya, merajainya dari siang sampai malam yang selalu membuatnya tetap terjaga.

"Dari dulu, saya memang sudah kalah. Namun, saya abai. Saya pikir saya bisa menghapus diri kamu dari benak Harsa selama ini. Nyatanya tidak. Tiap kali saya berusaha, ia tetap tak goyah. Rasanya seperti melukis di atas air. Mustahil."

Janu tercekat. Manik matanya jatuh memandang pantulan wajah penuh sirat sendu menyayu miliknya yang tergambar di atas larutan kopinya. "Selepas ini kamu boleh membenci saya. Katakanlah saya brengsek karena hal itu benar apa adanya sebab telah memaksanya mencintaiku walau tak mungkin."

"Sedari dulu kamu memang seorang brengsek. Sudah berapa kali kamu menghancurkan hati Harsa? Ratusan? Ribuan?" tanya Jatmiko getir. Telah terbayang penderitaan yang harus ditanggung oleh kapita yang pernah dicintainya itu selama ini.

"Kamu benar. Saya begitu keras kepala, begitu pun dengan dirinya. Hingga kemudian keteguhan Harsa akan cintanya padamu menghancurkan saya." Janu mengangguk lamat-lamat. "Saya sudah kalah dalam perang yang saya buat sendiri."

Lelaki itu terdiam dalam gelegak rasa bersalah. Sontak dirinya berkecil hati tatkala mengingat bahwa ia pun turut menyumbang banyak noktah luka di atas hati Harsa yang menganga.

Sejujurnya Jatmiko rasa dirinya juga tak kalah bajingannya dari lelaki metropolitan tersebut.

"Esok lusa Harsa akan menetap di Jenggala Dalam untuk waktu yang lama, kalau kamu ingin tau. Dan keretanya akan berangkat pukul delapan."

"Tunggu, apa? Apa yang kamu bicarakan?"

"Harsa mau melepaskan semuanya di Metro Tua setelah kumpulan foto dan tulisan yang dia ambil di Tanah Malagasi sudah dipublikasi di Harian Metro."

Jatmiko tercekat. Sontak ingatan membawanya kembali pada masa-masa tatkala dirinya dan juga Harsa menghabiskan malam di bawah hamparan bintang sembari membahas impian-impian besar keduanya. Bersenda gurau, menertawai mimpi-mimpi yang terdengar mustahil dicapai lalu terlelap sembari memeluk harap.

Sungguh, dirinya benar-benar tak menyangka jika kapita tersebut masih mengingat dirinya dengan apik, walau sudah bertahun-tahun lamanya berpisah dan tak bersua.

"Hei, kapan kau akan kembali ke kota?" tanyanya tiba-tiba. Membuat Janu yang tengah menyesap kopi hitam di tangan sempat terkejut untuk sesaat.

"Malam ini."

"Saya ikut kalau begitu."

Lelaki yang lebih tua sontak melebarkan mata. Hendak menyanggah sahutan tanpa izin tersebut namun tampaknya sia-sia saja sebab Jatmiko telah masuk ke dalam rumah panggungnya. Mencari barang-barang yang akan dibawanya nanti ke Metro Tua.

"Hei, saya belum mengizinkanmu!"

"Biar saja! Saya hendak mengejar cinta!"

Janu tersenyum kecut. Maniknya bergulir memandangi sikap grasa-grusu sang adik. Sampai-sampai tanpa sadar meratapi kisah cintanya yang makin memupus, bahkan hingga saat dirinya menyerah kalah pada keadaan.

Sial.

.
-to be continued-

Asmaraloka, Bentala Asa [JAEMHYUCK]Where stories live. Discover now