pt. vii

232 37 0
                                    

"Asmaraloka, Bentala Asa"
Length : 10k words
written by : @johnj_

.

mention of nsfw, cheating
Don't Like, Don't Read

.

Untuk pertama kalinya, Arjuna tak suka berada di ruang makan. Walaupun Ragnala telah menyiapkan hidangan sedap semacam sayur asem dan ikan asin yang telah digoreng, beserta tempe goreng hangat yang masih mengepul asapnya sekaligus sambal di atas meja. Entah mengapa dirinya benar-benar tak berselera hari ini.

Lagipula rasanya cukup aneh menghabiskan sarapan hanya dengan tiga orang yang saling diam di meja. Ragnala, tunangan Harsa yang ia ingat bernama Janu itu, dan terakhir adalah dirinya. Ah, sial. Ia jadi merutuki kedatangan kapita berhidung cukup bangir yang tak tahu malu mengacau di teritorialnya tersebut.

"Mana Harsa?" tanyanya membuka suara dan dibalas gedikan singkat oleh Janu yang masih setia berkutat dengan sendok dan piringnya.

"Demam."

"Kenapa kamu ndak bilang?"

Arjuna buru-buru bangkit. Namun, Janu justru melemparkan pandangan datar padanya. Seolah tak suka orang lain menaruh atensi berlebih pada sang tunangan. "Dia sama sekali tak ingin berbicara denganku dan saya baru menyadarinya pagi hari tadi," tukasnya.

"Saya ambilin obat-"

"Ngga perlu. Kami akan langsung pulang ke kota sehabis sarapan."

"Keras kepala sekali, bah! Gimana kalau Harsa makin sakit di jalan nanti?"

"Tolong pahami batasan kamu. Ngga kamu, ngga Jatmiko itu sama aja, sukanya ikut campur urusan orang." Janu reflek mengangkat wajahnya tak suka. Kaki semampainya reflek mendorong kursi yang sedari tadi ia duduki sebelum beranjak meninggalkan keduanya dengan nasi yang belum tandas di atas piringnya.

Ragnala terdiam. Begitu pun Arjuna, tak ada bedanya. Mau membalas pun sepertinya tak ada gunanya. Janu terlalu kukuh untuk mereka ajak bicara.

Sementara itu di tempat yang berbeda, Harsa memandang nanar pintu kamar Jatmiko yang tertutup rapat-rapat sembari menggenggam sepucuk surat perpisahan di tangan cukup erat, mengabaikan rasa pusing akibat demam yang mendera kepalanya. Sesekali ia tampak menghela nafasnya yang terasa sesak dan tanpa sadar menyunggingkan seulas senyum getir tatkala tangannya bergerak menyelipkan surat tersebut di bawah pintu dengan gemetar.

Ditatapnya lamat-lamat daun pintu itu, berusaha membingkai kenangan antara dirinya dan si kapita Tjakrabirawa selama seminggu di Bentala Asa sebelum berbalik tanpa sepatah kata sekaligus meninggalkan Jatmiko yang diam-diam berdiri di balik pintu. Membawa memori-memori indah tersebut untuk tersimpan selamanya dalam ingatan.

Harsa sekilas menggeleng.

Sudahlah. Kali ini dirinya telah memutuskan untuk menerima segalanya dengan lapang dada.

Bahwa memang tak pernah ada garis mulai di dalam hubungan mereka yang telah usai.

"Sabuknya dipakai, aku ngga mau tanggung jawab kalau kepala kamu kebentur nanti."

Harsa menghela nafas panjang. Ditariknya sabuk pengaman yang berada di samping tubuhnya perlahan sebelum memasangkannya hingga terdengar bunyi 'klik'.

"Inilah kenapa aku ngga suka kamu terjun ke tempat-tempat menjijikkan kaya gini. Makin lama kamu makin doyan membantah kaya orang udik yang ga pernah disekolahin."

"..."

"Level kamu udah turun, ya, sampai suka cowok kampungan modelan Jatmiko gitu? Lupa kalau aku itu tunangan kamu?" Janu menyalak geram. Intonasi tak terima begitu tajam tergurat di baris-baris ucapannya.

Asmaraloka, Bentala Asa [JAEMHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang