pt. iii

285 56 2
                                    

"Asmaraloka, Bentala Asa"
Length : 10k words
written by : johnj_

.

mention of nsfw, cheating
Don't Like, Don't Read

.

Harsa terbangun dari tidur panjangnya tatkala suara bising dari kayu yang tengah beradu dengan palu bertamu di indera pendengarannya pagi itu. Bising memang, namun untuk anak kota yang telah akrab dengan berisiknya klakson kendaraan atau pun hiruk pikuk keramaian di luar sana, tentunya ini tak ada apa-apanya.

Ia bahkan masih dapat mendengar katak-katak pohon sayup-sayup bersahut-sahutan dari dalam hutan sana.

Damai sekali.

"Sudah bangun, Harsa?" sapa Jatmiko sembari melewati tubuhnya dengan nampan berisi dua cangkir kopi hangat dan bolu panggang pemberiannya kemarin di tangan.

Laki-laki Kawiswara itu bahkan tak menyadari entah sejak kapan Jatmiko menanggalkan sufiks 'Mas' di depan namanya. Terdengar asing, sejujurnya. Tapi Harsa begitu menyukainya.

"Maaf, saya tadi bangun kesiangan. Jadi ngga bisa bantu-bantu."

"Ndak apa-apa, lagian saya juga belum mulai beraktivitas."

Kapita bertubuh jangkung itu tersenyum tipis, lalu menyerahkan cangkir mungil berisi cairan pekat ke hadapan Harsa yang masih sedikit mengantuk. "Makasih banyak, Mas. Maaf ngga bisa bantuin nyiapin kopi sama cemilan," gumamnya tak enak.

"Maaf mulu loh, Harsa. Ndak capek, tah?"

Si kapita bersurai ikal hanya meringis. Tangannya kemudian bergerak tanpa sadar mendekatkan cangkir kopi yang masih hangat itu ke hidungnya, namun Harsa justru meringis tatkala aroma kuat dari olahan biji kopi tersebut menusuk indera penciumannya. Membuat Jatmiko yang tengah menyesap nikmat cairan pekat di sampingnya spontan menoleh dan terkekeh menatap perubahan wajah milik Harsa.

"Pahit banget, ya, baunya?" tanya Jatmiko sembari terus terkekeh geli, mengundang cebikan dari sang lawan bicara sekilas. "Makanya ini sudah saya siapin gula aren. Jaga-jaga kalau Harsa ndak suka kopi hitam pahit. Ndak taunya, ndak suka beneran, ya?"

"Gapapa, kok. Itung-itung saya nyobain kopi khas Bentala Asa itu bagaimana."

Harsa berkilah, lalu mengibas tangannya sekilas sebelum akhirnya memasukkan potongan gula aren banyak-banyak ke dalam cangkirnya. Dan tetap tak luput dari manik kelam si lelaki Tjakrabirawa yang sibuk mengamatinya lekat sembari mengangguk-angguk mengiyakan.

"Hari ini kita bakal masuk hutan," tutur laki-laki berambut hitam itu membelah keheningan setelah beberapa saat terdiam.

"Wah! Kita mau nyari hewan, Mas?"

Jatmiko iseng menggeleng, menimbulkan beragam tanya terlukis di benak Harsa yang tengah menatapnya antusias dengan iris madunya yang berkilat-kilat penuh binar itu. Tak dipungkiri jika tatapan kapita ini begitu mengganggunya. Seolah-olah membangunkan sebuah gelora antah berantah yang tak pernah ia mengerti di dalam dirinya.

Asing sekali rasanya.

Namun Jatmiko selalu jatuh cinta dengan sensasinya.

"Coba tebak. Kita bakal ketemu sama hal-hal yang jauh lebih mengagumkan dan ndak bakal kamu temuin di kota."

"Misalnya?"

"Saya bakal kasih tau kamu nanti. Anggap aja kejutan. Mau ikut?"

"Ikut! Tapi bentar ya, Mas? Saya beresin ini dulu!" Cepat-cepat Harsa mengangguk. Mengabaikan kopinya yang masih utuh dan juga Jatmiko yang terdiam tanpa bisa mencegah inisiatifnya, kapita manis itu lantas membawa nampan berisi teko dan bolu kering di atasnya ke dalam rumah panggung dengan langkah terburu-buru. Padahal siapa pula yang akan mencuri makanan-makanan ini jika ditinggal barang sejenak?

Asmaraloka, Bentala Asa [JAEMHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang