pt. iv

256 57 2
                                    

"Asmaraloka, Bentala Asa"
Length : 10k words
written by : @johnj_

.

mention of nsfw, cheating
Don't Like, Don't Read

.

"Bukan kaya gitu kalau nyuci celana. Kalau mau hilang nodanya, disikat pakai sabun sampai bersih."

Harsa yang tengah melamun sembari mengucek celana pendeknya di samping rumah mendadak terlonjak tatkala seorang kapita bertubuh mungil mendadak muncul di belakang punggungnya seraya melipat tangan. Membuat dirinya reflek meringis malu sebelum akhirnya mengambil sikat yang terdapat di dalam gayung.

"Terima kasih."

Sosok itu mengibaskan tangan, enggan menerima ungkapan dari sang lawan bicara. Mengundang kerutan tak enak hati di dahi milik Harsa. "Ngga perlu berterima kasih. Saya cuma ngajarin kamu hal sederhana. Omong-omong, kamu penulis yang dikirim dari kota itu, ya?"

"Ah, iya." Harsa buru-buru bangkit dan membasuh tangannya yang penuh sabun sebelum mengulurkan tangan pada lelaki bertubuh mungil tersebut. "Perkenalkan, saya Harsa Kawiswara."

"Ragnala Baureksa. Panggil aja Ragnala atau Nala, Reksa juga boleh."

"Namamu indah. Saya panggil Ragnala saja, ya?"

Ragnala mengerutkan kening sedikit terkejut. Wajahnya memerah malu sesaat. Baru kali ini ia menemui orang yang tanpa sungkan memuji namanya. Ah, ia jadi cukup tersanjung.

"Eung, terima kasih? Namamu juga indah."

Harsa mengangguk canggung lalu kembali sibuk dengan celana yang ia cuci. Berusaha menghindari atmosfir kikuk yang menyergap mereka berdua walau sia-sia saja.

"Saya akan masuk ke dalam dan memasak. Kalau kamu butuh bantuan, bisa minta bantuan Mas Arjuna, ya?"

"Mas Arjuna?"

Ragnala berdeham mengiyakan, jarinya lantas menunjuk lelaki beralis tebal yang tengah menurunkan berbagai barang yang sempat mereka beli di kota dari mobil pick up berwarna hitam dengan ibu jarinya. "Laki-laki yang sedang menurunkan belanjaan itu. Nanti kamu jangan lupa kenalan juga, ya?"

"Ah, oke, Mas Ragnala."

"Ragnala aja, kita sepantaran kok."

"E-eh? Iya, Mas, eh, Ragnala," tutur Harsa gugup. Entahlah mengapa dirinya mendadak seperti ini. Apa karena ia begitu terganggu dengan mata tajam milik Ragnala yang terus menatapnya lurus-lurus seperti tak begitu menyukai dirinya?

Harsa tak mengerti.

"Saya tinggal, ya?" tanya Ragnala meminta persetujuan Harsa, dan dihadiahi anggukan cepat. "Oh iya, lain kali kalau nyuci jangan sambil senyum-senyum sendiri. Saya agak ngeri liatnya. Kaya anak baru gede aja."

Kapita bertubuh mungil itu kemudian bergegas pergi memasuki rumah panggung seusai berterus terang pada sang lawan bicara, meninggalkan Harsa yang terdiam kaget dengan mulut sedikit terbuka.

Memangnya ia tadi tersenyum sendiri seperti orang idiot, ya?

"Mas, jangan ngelamun petang-petang! Pamali!"

"Maaf, Mas!" Harsa terlonjak sesaat dan segera membungkuk sopan berkali-kali kepada sosok yang meneriakinya dari mobil pick up sebelum akhirnya kembali berkutat dengan cuciannya.

Ia sama sekali tak menyadari Jatmiko sedari tadi menatap betapa canggung dirinya dari jendela kamarnya dan tertawa pelan tatkala netranya mendapati penulis muda tersebut bersikap teramat kikuk pada rekan-rekannya yang baru saja kembali dari kota.

Asmaraloka, Bentala Asa [JAEMHYUCK]Where stories live. Discover now