Chapter 2 (masih seperti ini)

52 8 0
                                    

Hai gaisss..
Seneng banget bisa comeback🤣
Makasi banget yaa udah nungguin🖤
Happy reading

~•~

Setelah mengambil sebotol air mineral dan melengkapi kebutuhan kuliahnya, Ricky membayar belanjaannya ke kasir dan menentengnya menuju mobil.

Duduk mapan di kursi setir. Ricky lalu menghidupkan mesin mobilnya dan bergegas menuju tempat bimbelnya yg baru. Tempat bimbingan belajar yg berbeda dari tempat semasa SMAnya.

Saat mobilnya berhenti di lampu merah, Ricky tak sengaja menengok ke arah stadion renang yg dulu biasa tempatnya latihan. Karena dulu ia sempat menjadi atlet renang saat duduk di bangku SMP. Namun setelah SMA ia lebih mementingkan nilai ketimbang bakat yg dimilikinya.

Bukan tanpa alasan, keinginannya untuk menjadi perenang harus kandas sejak ia tinggal dengan papahnya. Karena seorang pengusaha dan yg pasti membutuhkan pewaris dalam perusahaannya nanti, papahnya terus menekan Ricky menjadi yg paling unggul di sekolahnya.

Untungnya Ricky bisa mengejar semua target yg di perintahkan. Dengan kerja kerasnya dalam belajar dan dukungan dari mamahnya. Bahkan di setiap malamnya, ia baru boleh tidur saat jam 12:00 malam hanya untuk menjadi bintang di sekolahnya.

~•~

Kemeja kotak-kotak dengan celana cream tampak sesuai di tubuh atletis Ricky, di tambah dengan tas punggung mengotak yg membuatnya terlihat menjadi mahasiswa teladan di tempat kuliahnya nanti.

Ckrekk!! Bunyi pegangan pintu ruangan belajarnya.

Ya. Dia tepat waktu. Dan memang selalu tepat waktu.

Tak lama, satu persatu pelajar lain memenuhi ruangan dengan bangku untuk 12 orang tersebut, membuat Ricky sedikit mengangkat kepala untuk sekedar melihat sekilas tanpa mengurangi fokus nya ke buku yg ada di hadapannya saat itu.

Bangku-bangku di ruangan itu tak penuh. Karena memang ini tempat bimbel yg sulit di datangi. Mungkin hanya ada 8 orang yg datang belajar hari ini.

~•~

"Woy! Murid teladan di SMA kita juga ternyata ada di sini" teriak salah satu pelajar bersweeter biru yg baru saja masuk.

Sontak membuat Ricky menegakkan kepala seutuhnya. Tak sempat mengatakan apa-apa. Dengan penuh semangat Fenly yg tadi menyapanya meninggalkan teman yg di rangkulnya dan mendekati Ricky.

"Gue ga nyangka bro, Lo juga ternyata belajar disini" Fenly memulai pembicaraan sambil duduk di bangku depan Ricky.

"Eh bentar-bentar, seharusnya lo yg ga nyangka gue bisa sampe ke sini" ungkap Fenly lagi dengan tatapan lurus ke Ricky.

"Heem, iya" jawab Ricky sedikit tersenyum malas lalu fokus ke buku.

"Secara kan gue bukan orang berada kayak lo,"

Sambil membalik badan membelakangi Ricky, "Untung gue pinter! Jadi bisa sampe ke tempat ini"

Ungkapan Fenly kali ini cukup membuat muka datar Ricky menjadi bingung. Ia sedikit tersinggung. Karena Ricky mulai khawatir, jika nilainya akan bisa tertandingi oleh Fenly, maka dia tidak akan mendapat kepercayaan papahnya lagi.

Anak satu sekolah tempat SMA Ricky dulu yg cukup pintar jika di sandingkan dengan Ricky. Sifat mereka sangat berbeda. Latar keluarga pun juga. Namun mereka bisa berteman karena standar kepintaran mereka dan sifat Fenly yg sangat ekstrovert. Bahkan dengan sengaja Fenly sering minta untuk di traktir oleh Ricky di waktu SMA dulu. Walau Ricky yg sangat introvert hanya menganggap berteman kenal nama saja.

Guru pembimbing datang dan pembelajaran mereka berjalan lancar.

~•~

Selesai menjelaskan soal yg tertulis di papan, guru pembimbing itu menunduk, menekuk tangan, melihat jam yg melingkar pada pergelangan tangannya.

"Kita istirahat 15 menit ya!" Kata guru lelaki itu sembari meninggalkan ruangan.

"Ya pak" jawab murid saling sambut.

Tak berkutik, Ricky tetap fokus pada soal-soal di hadapannya. Sedang pelajar lain mencoba merefresh otak dengan berbagai kegiatan. Fenly, tentu saja berkeliaran untuk mengobrol.

Di tengah riuhnya kelas, terlihat pintu terbuka dan memperlihatkan kurir dengan kardus paket makanan yg cukup banyak di kedua tangannya.

"Yg namanya Ricky?" Kurir itu bertanya.

Ricky yg merasa bingung tak butuh waktu lama mengangkat badannya dan menerima paket. Terdapat surat di atas kardus itu yg ternyata dari mamahnya.

"Jangan lupa makan sayang,
Mamah beli banyak buat di bagiin ke teman-teman kamu juga yaa"

Merasa terbebani, Ricky mencopot surat itu dan memasukannya ke saku celana. Berbalik badan. Canggung. Ricky lalu menawarkan makanan itu ke teman-teman nya.

"Guys, nih ada makanan!"

Fenly yg memang terbiasa dengan makanan yg di kirimkan Mamahnya Ricky langsung menyambutnya dengan semangat.

"Wiih, kebetulan lagi laper-lapernya" ucap Fenly sambil menerima lalu membuka paket itu.

"Mamah lo emang ga berubah yah dari dulu!" Lanjutnya tersenyum kegirangan.

Pelajar lain pun juga ada yg ikut mencicipi. Sedangkan Ricky hanya mengambil sebungkus roti dan kembali dengan soal-soal yg ada di mejanya.

~•~

Menurut kalian sifat mereka bakal beda banget ga ya,, dari sifat asli mereka?
Ga sabar up chapter selanjutnya nihh..🤗
Soalnya di next chapter tu ceritanya lebih panjang gaiss
Eh aku minta semangat nya dong!!
Follow, vote coment. Jangan lupa!!

~•~

@next chapter

Tak sadar, ternyata ia menghabiskan tenaganya hingga malam menjemput. Lompatannya kali ini diakhiri, dia duduk di tengah lapangan kemudian melentangkan badannya. Menekuk kedua tangan sebagai tumpuan kepala.

Di tengah malam yg sepi ia membatin 'ini cuma soal masalah waktu, ini yg gue mau, kehidupan yg seperti ini lebih asik'.

'daripada hidup mewah tapi penuh tekanan dengan laki-laki itu!'

Dia mulai belajar menerima keadaan. Dan enggan untuk mengingat kehidupannya yg dulu.

ALOPATI (Rasa Sakit yg Sembuh dengan Sendirinya) hiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang