Chapter 3 (satu tahun yg lalu)

48 10 0
                                    

Holla semuaaa
Makasii udah tetep nungguin yaa🖤
Happy reading🤗

~•~

#Aji pov
Mendengar musik di sepanjang perjalanan rupanya tak bisa menghilangkan kegundahan pada pikirannya. Aji yg sedari tadi terlihat santai namun masih menghawatirkan sesuatu.

'Gimana mungkin gue bakal sekolah disini lagi?',
'Gimana kalo nantinya gue bakal ketemu sama anak-anak lama di sekolah yg dulu'
'Aakhh..' Aji membatin di dalam hatinya.

Cowok dingin yg dulunya pernah bersekolah di kota yg tak jauh dari tempat tinggal mereka sekarang merasa khawatir jika nanti  bertemu dengan teman lamanya.

Bukan bermusuhan, tapi Aji hanya sedikit tidak menerima keadaan yg sekarang. Ia malu. Karena dulunya dia sangat kaya, berbeda dengan sekarang.

Mungkin waktunya untuk bersembunyi di desa sudah habis. Ia harus menelan pahit dan menghadapi pilihannya dengan kakaknya. Walau sebenarnya ia benar-benar belum siap.

~•~

Ributnya kendaran di jalan raya sudah tak terdengar lagi. Mobil pengangkut barang ini mulai memasuki gang menuju kontrakan mereka.

Shandy mengangkat tubuhnya keluar dari mobil. Mulai memindahkan beberapa barang yg diikuti Aji di belakangnya. Sedangkan bang Sholeh yg juga ikut membantu.

Kontrakan ini ada di kompleks yg lumayan sepi, dengan melewati beberapa tangga beton. Tanpa halaman. Rumah sempit, namun cukup untuk mereka berdua. Satu kamar dan satu ruang tamu yg minimalis. Kamar mandi dengan woshtofel di luar nya yg bisa di jadikan dapur.

"Lo masukin barang-barang lo dulu ke kamar!" Ucap Shandy memberi jalan kepada Aji yg masih membawa kardus.

Aji mengikuti perintah kakaknya.

Setelah memijaki tangga beton beberapa kali. Akhirnya semua barang mereka sudah turun dari mobil dan masih tak tersusun rapi di dalam rumah itu.

Mereka melihat-lihat barang yg masih tak tersusun. Tiba-tiba Aji melangkah keluar seperti ada tujuan.

"Lo mau kemana?"

"Ke lapangan basket" jawab Aji singkat tanpa memelankan langkahnya.

"Lahh??" Shandy bingung.
"Terus barang-barang lo?"

"Nanti" jawab Aji santai.

"Nanti?, Lo kapan dewasanya si?"
"Beresin dulu barang-barang lo!"

Membuang napas berat "Lo mau nuntut gue buat dewasa?" Aji membalik badannya.

"Lo harus terima kenyataan ji, jangan memperkeruh keadaan!"

Keras kepala, ternyata Aji melanjutkan langkahnya.

"Punya siapa lo di dunia ini? Apa lo bakal kembali ke laki-laki kejam itu? Hah?" Shandy benar-benar emosi.

Aji kembali melihat Shandy "Terserah..". Dan kali ini ia benar-benar pergi.

Tertinggal Shandy yg sedikit menyesal dengan perkataannya tadi. Namun Shandy hanya ingin menyadarkan Aji, bahwa memang mereka hanya berdua di dunia ini.

Menunduk. Menenangkan diri. Dan kembali berdiri tegak sambil mengusap rambut gondrong yg menghalangi wajahnya. Shandy tak punya pilihan lain selain mengatur isi rumah tersebut.

~•~

Menyangkutkan penutup kepala hoodienya, Aji lalu mulai berlari menuju lapangan basket. Ia benar-benar kesal dengan dirinya sendiri. Ia mulai berfikir, kata-kata Shandy memang ada benarnya. Hanya saja, ia tak bisa menjelaskan perasaan berantakan nya saat ini.

ALOPATI (Rasa Sakit yg Sembuh dengan Sendirinya) hiatusWhere stories live. Discover now