Chapter 4 (parkiran malam)

48 9 2
                                    

Assalamualaikum semuaaa..
Makasih banget ya udah nungguin
Jangan cepet bosen😅
Selamat membaca 🖤

Malam mulai larut, namun keadaan kota masih saja sibuk. Aji dengan hoodie dan tas punggungnya sedikit memilih jalan jauh untuk pulang ke kontrakan itu. Seperti enggan untuk pulang. Menikmati ramainya pinggir jalan yg di penuhi orang-orang pejuang nafkah. Ada juga terlihat anak muda seusianya yg hanya sekedar nongkrong.

Jalan santai sambil menghirup udara malam. Hingga tak sadar ia menabrak ekor motor di depannya. Motor yg terparkir berantakan di depan warung kebab yg masih ramai pembeli. Terlihat hanya ada dua orang yg sedang sangat sibuk memainkan peralatan memasak di warung itu.

Aji melihat ke depan, area pejalan kaki seutuhnya tertutupi dengan berantakannya motor-motor ini. Tak punya pilihan. Aji sengaja mengulur waktu untuk pulang. Satu persatu ia rapikan motor-motor di depannya. Hal ini mudah baginya karena dulu saat masih SMP ia sudah bisa mengendarai motor ninja. Belum semua motor itu terparkir rapi. Datanglah seorang ibu-ibu yg terlihat mencari motornya.

"Yg beat street item mas!" Kata ibu itu sambil menunjuk motor yg di maksud.

"Yg ini buk?" Tanya Aji.

"Iya, yg itu" sambil mengangguk dengan tas plastik kebab di tangannya.

Aji lalu membelokkan dan berusaha mengeluarkan motor itu dari motor-motor lain yg ada disana.

"Ini buk, motornya"

"Ini mas, dua ribu kan?" Ibu itu langsung menjulurkan uang kertas dua ribuan.

Aji bengong, karena ini tak pernah terpikirkan olehnya. Terburu-buru, ibu-ibu berdaster itu benyelipkan uang kertas itu ketangan Aji yg masih memegang jok motor. Lalu pergi dengan motornya.

Tak hanya itu. Orang-orang terus berdatangan dan Aji semakin sibuk memutar belokkan motor di tempat itu. Setiap orang yg akan pergi selalu memberinya uang dua ribuan. Ada juga yg berkata "eh tumben yah, ada tukang parkirnya. Untung deh biar ga ribet".

Ia semakin sibuk. Hingga akhirnya salah satu dari dua orang pedagang di warung itu menjawab "udah habis pak" kepada pembeli yg masih duduk di atas motornya.

Warung ramai itu sekarang terlihat sepi, karena dagangannya yg habis terjual. Aji sebenarnya masih bingung. Akhirnya ia mendatangi dua pedagang itu.

"Ini mas.."

"Mas mau markir disini? Silahkan mas, soalnya kita ga sempet kalo lagi rame gini" pedagang itu memotong penjelasan Aji kemudian kembali sibuk merapikan bekas dagangannya.

Penjelasan singkat dari pedagang itu sudah cukup buat Aji. Akhirnya ia memilih untuk pulang karena ini memang sudah larut. Baru saja ia membalikkan tubuhnya dan melangkah, pedagang itu memanggilnya.

"Ehh bentar mas" pedagang kebab itu menuruni tangga warung mendekati Aji dan memberinya kantong plastik berisi kebab.

"Nih buat lo"

"Eh iya makasih" Aji menerimanya.

"Nama lo siapa? Keliatannya masih muda" tanya pedagang kebab itu.

Membuka masker dan menjawab " Nama gue Aji, sekarang mau kelas 2 SMA"

"Lah masi muda banget lu, ngapain malem-malem masih disini"

"Gue abis main basket bang, di lapangan yg disana"

"Ohh, tapi lo emang niat markir disini kan?" Pedagang itu ragu.

"Sebenernya si tadi geser-geser motor karena jalannya ketutup, tapi orang-orang yg beli pada ngira gue markir terus di kasi uang bang" jelas Aji.

"Hahaha, tapi ga papakan? Besok lo mau dateng lagi? Kalo ga mau si ga papa".

"Yaudah deh bang, gue markir aja di sini. Buka jam berapa bang?"

"Oke-oke, buka jam 5 sore kita. Oh iya, lu bisa manggil gue Ryan terus itu temen gue namanya Opan" jelas bang Ryan sambil memegang pundak Aji.

"Oh siap bang"

"Yaudah lu pulang gih, dah larut!" Kata bang Ryan sambil meninggalkan Aji tanpa menunggu jawaban dari Aji.

Dan Aji pun pulang. Menyusuri pinggiran jalan raya. Melewati gang-gang sepi dengan kantong plastik yg masih nyangkut di jemarinya. Sampailah ia di rumah kontrakan itu, menaiki tangga beton, dan membuka pintu. Tidak ada orang. Rupanya Shandy sedang duduk di atap kontrakan dengan jemuran tetangga di sampingnya dan sebatang rokok di sela jemarinya.

Aji lalu masuk ke dapur dan menghangati kebab yg ia bawa, lalu memakan sebagiannya. Menyisakan untuk Shandy yg tidak tahu kepulangan Aji.

Kamarnya sudah rapi, hanya tersisa barang-barang pribadi yg belum di bereskan. Shandy menata kasur dan barangnya di ruang tamu, ia memilih ruang itu sebagai tempat tidurnya.

Selanjutnya aji membersihkan tubuhnya lalu beristirahat. Dan ternyata Shandy masih di luar. Karena lelah sehari tadi, tak lama sejak membaringkan badannya di tempat tidur, Aji terlelap dalam tidurnya.

~•~

"Huuhh.." Shandy meniupkan asap dari mulutnya untuk kesekian kali.

Duduk sambil sedikit bersandar pada bendungan air berwarna oren. Di sudut atap bangunan. Membiarkan tubuhnya di lewati oleh angin malam. Dengan mulut dan tangan yg ber asap. Ditemani damainya suara tetesan air dari pakaian yg baru ia jemur.

Mendongak menikmati indahnya bintang malam. Mecoba memperhatikan celah-celah sinar rembulan. Semakin sepi. Hiruk pikuk kesibukan kota mulai tak terdengar. Pikirannya mulai bekerja. Memikirkan hal-hal yg akan dia lakukan kedepannya.

Ia berencana ingin kuliah di tahun ini. Mencari informasi beasiswa di beberapa kampus bermodalkan kepintaran yg di milikinya.

Sampai pada isapan asap terakhir. Ia menempelkan ujung rokok dengan beton sampai hanya tersisa sponsnya saja. Membuyarkan pikirannya. Dan bersusah payah berdiri dengan tubuh yg hampir bersatu dengan beton yg di dudukinya. Menuruni tangga, hingga di depan rumah ia mendapati sepatu Aji.

'hahh dia pulang' Shandy merasa lega.

Di waktu istirahat nya kota saat itu. Shandy mulai mencari berkas-berkas penting untuk kuliahnya. Sibuk di tengah malam. Di ruang tamu dengan satu kasur dan beberapa barang disana, wajahnya terlihat bersinar terkena cahaya dari ponselnya. Lampu yg di matikan memberi izin kepada sinar bulan memasuki ruangan tersebut.

Mencari informasi pendaftaran online dan beberapa syarat kesempatan untuk mendapatkan bea siswa.

Karena kecintaanya pada tanaman dan dari perkenalannya pada kebun waktu di desa, ia berminat menjadi seorang chef. Ia mulai mencari beberapa universitas yg memiliki jurusan dalam bidang kuliner.

Membolak balik berkas-berkas di hadapannya sambil melihat fokus pada ponselnya. Ia sibuk sendiri di tengah malam itu. Terus mencari dan mengetik. Hingga di ponselnya menunjukkan jam 02:43. Akhirnya ia menyerah, memilih melanjutkannya esok. Dan tertidur.

Don't forget to follow,vote and coment guys!
Jiakhh pake bahasa Inggris 😅
Sampai jumpa🤗

@next chapter

Setelah menuruni anak tangga dan sepatunya sampai memijaki jalanan gang, Aji menemukan perempuan dengan seragam yg sama dengannya.

Perempuan tersebut seperti keluar dari rumah yg berhadapan dengan tangga kontrakan Aji. Dia juga terlihat sudah siap berangkat sekolah. Mereka berhadapan.

"Haii!" Ucap siswi ber-rok selutut itu dengan raut wajah ragu.

Acuh tak acuh. Belum sampai Aji memulai langkahnya, perempuan dengan hiasan pita di rambutnya itu bertanya kembali.

"Lo sekolah di SMA Jaya Negeri juga ya?"

Aji kembali melihat perempuan itu, " Iya"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 30, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ALOPATI (Rasa Sakit yg Sembuh dengan Sendirinya) hiatusWhere stories live. Discover now