Empat

11.3K 1.6K 95
                                    

Angel memperhatikan ketiga anak-anaknya dengan serius. Sean yang tampak dingin dan misterius, Saka yang jahil, usil dan mudah tersenyum, serta Bell, gadis yang cerewet, mudah menangis dan manja adalah sifat luar anak-anaknya.

Sebagai mantan pasien punya penyakit mental, Angel sangat tahu bahwa ketiga anak-anaknya menuruni sifatnya dan Rainer.  Angel pernah beberapa kali meretas CCTV, lalu melihat anak-anaknya yang kadang diam-diam mengikuti Momo bekerja.

Permasalahannya, Momo ia pekerjakan untuk mengurus bisnis gelap milik Spicy. Tak heran Momo selalu berpergian untuk melakukan eksekusi terakhir kepada korbannya yang terkadang anak-anaknya melihat dengan tenang dari sudut ruangan.

Momo sering mengatakan kepada mereka mengenai sifat monster anak-anaknya, dan Rainer selalu mengatakan hal itu tidak masalah dan tak perlu mereka pikirkan. Tidak ada yang menjadi penyebab anaknya akan melakukan sesuatu hal seperti itu. Tapi setidaknya dengan mereka melihat dan mengerti, itu menjadi keahlian mereka untuk mengitimidasi lawan mereka disuatu hari nanti.

Rainer bahkan menyisipkan beberapa orang untuk keamanan putra putrinya, tanpa di ketahui anak-anak mereka. Dan Rainer selalu memperlihatkan kepercayaan kepada anak-anaknya, agar mereka tidak melakukan sesuatu tanpa berpikir dulu, agar bisa menjaga kepercayaanya.

Itulah yang Saka perlihatkan sekarang. Bibirnya tetap tersenyum, namun ada rasa marah dan ketidaksukaanya saat mengetahui fakta dari gadis yang bernama Sharla ini. Jadi siapa sebenarnya nama gadis itu? Gadis yang selalu berhasil membuatnya candu dan melihatnya setiap hari adalah sebuah keseharusan.

Pagi ini, Saka tidak melihat gadis itu di depan gerbang seperti biasanya. Maka dari itu, ia memutuskan untuk turun setelah mengantar Bell ke sekolah adiknya itu.

"Kalau begitu, gue enggak ada urusannya dengan kalian berdua. Gue nyari pacar gue yang cantik itu. Dimana dia sekarang?" Tanya Saka masih tersenyum, yang kini berhasil menarik banyak penguping.

Oh ayolah, semua orang jelas tahu siapa yang ia maksud sebenarnya. Hanya ada satu gadis yang ia anggap cantik dan sexi.

"Sebenarnya lo cari siapa bro? Sharla? Tapi ini cewek gue" Rio menengahi berusaha sabar agar tidak memperbanyak penonton.

Namun mata Saka hanya terpaku kepada Sharla, seakan sedang mengingat sesuatu. "Temen lo yang sexy itu, siapa namanya?" Tanyanya.

"Vodka maksud lo?" Sahut Rio dengan bingung, karna teman Sharla satu-satunya hanyalah Vodka. Dan seingatnya, tubuh Vodka gemuk ke semok. Bukan sexy.

Vodka?

Saka mengucap nama itu dengan pelan. Jika itu adalah nama gadis itu yang sebenarnya, pantas saja efek yang di timbulkan padanya adalah candu.

"Dimana dia?" Tanyanya mulai tertarik.

"Mungkin di ruang OSIS lagi rapat" jawab Rio cepat, agar menjauhi Saka dari Sharla. Ia tidak butuh saingan tambahan lagi untuk mendapatkan Sharla.

Akhirnya Saka mengangguk puas, lalu kembali berjalan menyusuri lobi untuk mencari ruangab OSIS. Ia pernah beberapa kali datang kesini untuk pengajuan kerja sama event sekolah mereka. Hal itu membuatnya dengan mudah menemukan ruangan yang di carinya.

Setelah menemukan ruangan OSIS, Saka mengetuk sekali sebelum membuka pintunya. Kini perhatian semua orang mengarah kepadanya, tak terkecuali Vodka.

Brandon, ketua OSIS mereka langsung mendekat, saat tahu yang datang ke ruangan mereka adalah Saka, si ketua OSIS dan kapten basket dari rival sekolahnya. Namun tampaknya, Saka tidak berniat beramah tamah dengan Brandon, sehingga saat menemukan keberadaan Vodka berada, ia langsung berjalan menuju gadis itu.

"Akhirnya gue nemuin lo lagi" ucap Saka terlihat legah dengan bibir yang menyunggingkan senyum lebar.

Yah, walaupun Saka memang terkenal sebagai cowok suka senyum yang lebih mirip ke menyeringai, namun kali ini senyum Saka sangat berbeda dari pada biasanya. Apalagi dengan ekspresi legahnya kepada seorang Vodka, perempuan yang bahkan lebih sering tidak terlihat untuk mereka.

"Saka?" Tanya Vodka bingung.

"Yes babe, its me!" Jawab Saka dengan senyum tengilnya. "Gue enggak bisa berangkat sekolah sebelum lihat wajah lo dulu. Dan tadi, lo enggak ada di depan" katanya luwes.

Sungguh, perkataan Saka yang luwes itu berhasil membuat seisi ruangan terkesiap. Benar-benar tidak menyangka akan melihat adagen-adegan novel di depan mereka, dimana cowok tampan tergila-gila dengan cewek buruk rupa yang gendut pula.

"Dan sekarang lo udah lihat gue kan? Jadi pergi dari ruangan ini sekarang!" Perintah Vodka tegas. Permasalahannya, ia tidak ingin membuat drama yang menjadikannya sebagai seorang pemain ataupun tokoh utama. Vodka tidak ingin menjadi bahan perhatian orang lain, maka dari itu ia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terlalu terlihat.

Mendengar ucapan gadis itu membuat saka menyipitkan matanya dengan penuh tanda tanya. Lalu, bibirnya yang tipis kembali menyeringai, saat sedang memikirkan sesuatu.

Ia mengangkat lengannya untuk melihat jam tangan, dan baru menyadari waktu telah banyak berlalu. Ia harus berangkat sekolah sekarang, karna sungguh tidak elit seorang ketua OSIS terlambat masuk sekolah.

"Okey, kalau gitu nanti pulang lo pulang bareng gue. Banyak hal yang harus gue tanyakan ke lo, sebelum lo ketemu sama Mama gue yang cantik" katanya dengan pede.

Sungguh, Vodka tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia bahkan sampai tersedak mendengar kepercayadirian Saka. Memangnya Vodka gadis seperti apa, harus mengikuti ucapannya? Sedangkan perintah Papanya yang babon dan Mama penyuka dangdutnya saja sering ia tolak.

Walau begitu, Vodka tidak mengatakan apa-apa, hingga membuat Saka menyimpulkan sendiri jawabannya dengan seenaknya. Lalu laki-laki itu pergi keluar setelah menatap Vodka sekali lagi, untuk merekam wajah gadis itu di ingatannya.

^^^

Saka berjalan menyusuri rumahnya dengan kesal, karna kembali tidak berhasil bertemu dengan gadis itu. Vodka kabur darinya, sehingga ia tidak berhasil menemukan gadis itu dimanapun. Sialan!!! Sepertinya ia harus meminta om-nya, Jay, untuk mencari tahu data-data gadis itu. Ia jelas tidak akan meminta bantuan Mamanya, karna sangat yakin, Mamanya itu akan menyembunyikan Vodka darinya, jika tahu bahwa Vodka sudah seperti candu untuknya.

Baru saja ia hendak naik ke lantai dua, saat pintu utama terbuka dan menampilkan Bell yang sedang makan es cream.

"Dari mana Bell?" Tanyaanya yang masih berdiri di dasar tangga.

Bell tersenyum saat melihatnya, lalu berjalan mendekat ke arahnya dengan manja. "Abang, rindu deh!" Katanya yang langsung memeluk perut Saka.

"Abang mau?" Tawarnya sambil menyodorkan sendok yang berisi es cream, dan tanpa berpikir, Saka langsung menerima suapan gadis itu. Wajahnya langsung berseri-seri saat tahu rasa es cream itu adalah kesukaannya.

"Tadi aku habis ke rumah auti Historia. Ternyata Momo di traktir es cream. Yaudah aku curi aja saat mereka masih ngomong di taman depan" jawab Bell santai yang selalu berhasil membuat Saka tertawa. Ternyata tidak sia-sia mengajari adiknya Bell untuk usik seperti dirinya.

Historia, yang merupakan adik Papa mereka, punya sifat seperti Bell, cerewet dan manja, padahal perbedaan umur mereka saja dua puluh satu tahun.

Aunti mereka memilih tinggal di bagian rumah yang lain, tepatnya di samping kiri rumah utama, karna Papa dan Momo tidak mengijikan Aunti mereka itu jauh dari mereka.

Jika perlakuan Momo kepada Mama mereka terlihat sangat menganggumi, namun perlakuannya kepada Aunti mereka lebih ke spesifik antara laki-laki dan perempuan. Sungguh berbeda saat memperlakukan mereka yang lebih di anggap anak oleh Momo.

Mendengar sejarah panjang keluarga Papa dan Mamanya membuat mereka sangat menghargai apa itu sebuah keluarga. Apalagi karna sejarah panjang itu, aunti mereka, Historia memiliki perkembangan psikologis yang lama, sehingga disaat umurnya sekarang, sifatnya sama seperti Bell, seorang gadis enam belas tahun.

Ia hanya berharap auntinya itu dapat bertemu dengan orang yang tepat, orang yang mengerti, perlunya sebuah keluarga.

Tbc

Its You Babe!!!  (END)Where stories live. Discover now