Lima

11.1K 1.6K 47
                                    

Vodka meringis kesal saat mendengar sebuah lagu dangdut dari ruangan depan kamarnya, apalagi saat menyadari sebuah tangan menimpa perutnya.

Ia membuka matanya dengan perlahan, lalu menghela nafas kesal saat tahu siapa tersangka yang menyempitnya dari sisi kanan dan kirinya.

Lengan berotot dari orang sebelahnya jelas membuat Vodka merasa engap, bahkan rusuknya sudah merasa terhimpit. Jelas tubuh kecilnya akan terasa sesak saat dua orang besar menghimpitnya dari sebelah kanan dan kiri. Kedua orang ini memang terbiasa tidur dengan menyentuh bagian dirinya. Mereka bahkan akan sadar saat Vodka kabur ataupun menjauh dari sisi mereka hanya dalam jarak lima detik.

"Abang, geser ihhhh!!!" Kesalnya saat mencoba kabur, laki-laki di sisi kirinya malah memeluknya semakin erat.

Vodka bahkan sudah mengganti tempat tidurnya menjadi singgel bed, tapi tetap saja dua orang ini selalu datang dan menyusup ke kamarnya. Bisa di bayangkan betapa sempitnya Vodka yang berada di hempit oleh dua badan besar yang tak segan-segan memindahkan berat tubuhnya ke atas Vodka.

"Bentaran Vod, masih ngantuk!!" Seru salah satu abangnya yang kembali menarik tubuh Vodka untuk tertidur lagi.

"Gerah oyy!!! Gue mau siap-siap packing ini" kesal Vodka lagi.

Hari sabtu adalah weekend, yang artinya hari dia harus bertemu dengan kedua saudara serta orang tuanya yang baru kembali dari Singapura untuk mengunjunginya. Namun bagi Vodka ini adalah waktu terbebasnya dari semua drama dan ingin menikmatinya dengan cara camping ke hutan, lalu kembali ke rumah keesokan sorenya.

Ia terlalu menyukai alam, sehingga ingin mengabadikan waktu selama mungkin dengan alam. Setidaknya, alam tidak menjadi tempatnya melakukan drama, memakai semua perlengkapan seperti kulit tambahan serta lotion coklat untuk menutupi semua penampilannya. Hal itu ia lakukan karna perjanjian yang ia buat bersama abang dan Papanya. Sialan memang. Vodka secara tidak sadar membenci sifat posesif orang kepadanya.

Lima belas menit kemudian, kedua abangnya baru melepaskan pelukannya. Ia berjalan menuju ruang keluarga yang berada di depan kamarnya. Ia mendapati Mamanya dan Sharla saat ini sedang melakukan olahraga zumba dengan memakai lagu-lagu dangdut. Musik yang di putar mamanya adalah salah satu penyebab dia bangun.

"Bising tau Ma" kesalnya sambil menuruni tangga. Di dasar tangga, ia mendapati Papanya yang tampaknya hendak ke atas. Sepertinya, lagi dan lagi, Mamanya berhasil memaksa papanya untuk ikutan zumba dangdut.

Vodka sampai heran, bagaimana bisa Mama dan Papanya ini saling menyatu. Sifat mamanya yang gila dan bar-bar jelas berbeda dengan papanya yang tenang.

"Baby Babon papa" sapa Papanya saat Vodka sudah sampai di dasar tangga. Sungguh, Vodka bingung bagaimana bisa nama panggilan itu masih melekat padanya hingga sekarang.

Mungkin dulu saat ia lahir dengan berat empat kg, hal itu masih wajar. Namun sekarang, tubuh langsing dan tingginya yang hanya seperut papanya jelas tidak cocok di panggil Babon. Vodka berharap, tidak ada orang lain yang tahu bahwa panggilan itu untuknya.

"Kali ini hutan mana kita kak?" Tanya papanya sambil menyampirkan tangan ke pundak Vodka, mengikuti anak gadis satu-satunya itu menuju dapur untuk sarapan dulu.

"Di belakang puncak" jawab Vodka sambil mencomot roti, namun suara langkah kaki yang menuruni tangga sama-sama membuat Vodka dan Papanya melirik ke belakang.

"Hari ini free dulu Vod! Temani gue ke ketemu orang dulu" ucap Darren yang kini sudah berdiri di depannya.

Mendengar itu jelas membuat Vodka kesal. Wajahnya langsung cemberut, ia bahkan kini memeluk perut papanya agar membelanya. Vodka hanya ingin pergi camping, bukan bertemu orang lain.

Its You Babe!!!  (END)Where stories live. Discover now