33. Dua Efek

185 33 2
                                    

Setelah mendapat kiriman lokasi, Hersya, Rajash, Bu Ranti, dan Bu Sonya langsung meluncur ke Bandung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah mendapat kiriman lokasi, Hersya, Rajash, Bu Ranti, dan Bu Sonya langsung meluncur ke Bandung. Secara kebetulan, mami Rajash datang saat ketiganya hendak keluar rumah. Bahkan, sekarang Bu Sonya-lah yang duduk di kursi kemudi dan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Rajash baru tahu bahwa maminya punya bakat jadi pembalap. Di mana pun ada celah, Bu Sonya langsung menyalip mobil di depan.

Tidak terhitung berapa kali Rajash berusaha menghubungi Pelangi melalui panggilan. Walaupun selalu berakhir dengan pemberitahuan ponsel Pelangi ada di luar jangkauan, dia tetap mencoba. Berharap satu waktu yang menyapanya dari seberang sana bukanlah suara operator, melainkan suara Pelangi.

Sementara di sebuah rumah di Jalan Ajis No. 4A, Pelangi terus berusaha untuk meloloskan diri. Bajunya sudah tidak berbentuk. Kemeja biru yang dikenakan Pelangi sudah robek di bagian tangan kanan, hampir semua kancing lepas, juga kaus putihnya tercabik di bagin bawah. Pipi, pelipis, punggung, kaki, kanan, sampai perut menjadi pelampiasan amarah Pak Somad.

"Saya sudah bilang, jangan coba-coba menguji kesabaran saya. Ini yang akan kamu dapat jika melawan saya!" geram Pak Somad sembari mendorong tubuh Pelangi ke lantai. Dia mendudukkan diri di ranjang dan kembali menyalakan nikotin.

Pelangi langsung beringsut ke sudut ruangan sembari memeluk kedua kakinya. Dia menengok ke arah jendela, berharap sinar matahari segera muncul di ufuk timur.

Penampilan Pelangi sudah tidak berbentuk, sangat memperihatinkan. Tenaganya juga sudah terkuras habis untuk melakukan berbagai perlawanan. Dia benar-benar tidak ingin kejadian itu tidak terulang lagi. Pelangi sangat ingin pergi dari sana tanpa ada yang direnggut untuk kedua kalinya.

"Jangan terlalu menyalahkan saya atas kejadian ini. Saya ini orang baik, Non Pelangi. Saya juga bisa bersikap lebih bijak. Salah Non Pelangi sendiri yang mencoba bermain petak umpet. Saya sudah meminta dengan cara baik-baik, tapi Non Pelangi sendiri yang tidak mendengar. Lihat? Inilah akibatnya."

Saat Pak Somad kembali bangkit dan mendekat, Pelangi semakin beringsut. Dia membuang muka, menghindari sentuhan lelaki bajingan itu. Namun, rambutnyalah yang kini dicengkram kuat.

"Jangan terus menghindar, Non. Mau sekeras apa pun Non mencoba, Non tetap tidak akan pernah bisa menang melawan saya. Jadi cukup nikmati saja," ucap Pak Somad seraya menyeringai.

Pelangi menatap sosok itu dengan penuh permohonan. "Jangan, Pak. Saya mohon, jangan."

Bukannya merasa iba, Pak Somad justru terhibur dengan ucapan penuh lirih yang keluar dari bibir tipis Pelangi. "Kita sudah sejauh ini, Non. Tidak etis jika harus berhenti di tengah jalan."

"Apa pun akan saya berikan, Pak. Apa pun, asal jangan yang ini." Pelangi masih terus berusaha.

"Tidak ada yang saya inginkan selain ini. Saya tidak pernah mengharapkan hal lain dari Non Pelangi. Hanya tubuh Non yang saya mau." Tanpa melepaskan cengkraman di rambut pendek Pelangi, lelaki biadab itu mendekatkan wajahnya ke sisi kanan kepala Pelangi. Sambil terus tersenyum penuh kepuasan, Pak Somad pun berbisik, "Bisa kita mulai acara intinya? Emosi saya sudah reda sekarang."

Melodi Tentang Kita [Tamat]Where stories live. Discover now