BAB 41 :SANG PENYELAMAT

188 17 0
                                    

ANNYEONG
Tanpa aku sadari, aku punya jadwal update, enth di hari apa tpi intinya aku selalu update setiap satu minggu sekali, aku ga ngeh selama ini.
Tapi sori untuk minggu ini telat krn pusing bgt sama pts😩

Selamat membaca.

Bagaimana menurut kalian tentang hubungan jarak jauh? Membosankan atau lebih tertantang untuk mengetes bagaimana pasangan ketika jauh.

Sayangnya jika kalian berpihak pada opsi kedua, kalian beda golongan dengan Farel, karena nyatanya Farel sangat tersiksa dengan hubungan jarak jauh yang biasa orang sebut LDR.

Jika kalian pikir janji utama terucap akan selalu tetap berkomunikasi kalian salah besar, kadang kesibukan orang berbeda-beda. Itu yang sedang di rasakan Farel saat ini, beda negara dengan perbedaan jam yang jauh itu sangat sulit untuk melakukan komunikasi.

Farel hanya ada waktu vidcall dengan Asya di kisaran jam 5 sore untuk Farel, dan jam 7 malam gadisnya. Farel di jam sore lebih banyak free karena memang jadwal yang padatnya di waktu malam dan siang, sedangkan Asya yang di jam segitu sering kali sudah selesai dengan kelasnya.

Tidak bisa di pungkiri Farel sangat tersiksa menjalankannya. Selain rasa rindunya pada Asya yang terus gejolak ia juga sangat merindukan suasana rumahnya.

Farel berdiri di balkon apartemennya dengan telanjang dada sembari menikmati suasana malam yang sangat sedikit lebih tenang. Dengan secangkir coklat panas yang menemaninya saat ini.

Farel menolehkan kepalanya saat menyadari panggilan masuk dari ponselnya.

Farel tersenyum kecut melihat nama Matteo tertera disana. Di tempatnya tepat pukul 11 malam dan di Jakarta sedang terik-teriknya matahari bersinggah di tengah-tengah langit, gadis itu dengan kelas padatnya jika siang hari, jadi sedikit mustahil mengharapkan Asya yang menghubunginya.

"Kenapa, Pa?" Farel duduk di kursi yang tersedia.

"Bagaimana kuliah kamu?"

"Lancar sepertinya yang Papa inginkan," sindir Farel terang-terangan.

Jujur semenjak dirinya jauh, itu di jadikan kesempatan Farel untuk terus menyindir Matteo ketika menghubunginya. Hubungan keduanya juga sedikit berantakan setelah perginya Farel.

Terdengar helaan nafas dari sebrang sana. Berhasil, dirinya berhasil kembali mengungkit keegoisan Matteo.

"Papa harap kamu kuliah yang benar disana, jangan kecewakan orang-orang disini."

"Ya." singkat Farel.

"Al sudah makan? Lagi ngapain jam segini belum tidur. Di jaga nak pola tidurnya jangan sampai tidak teratur nanti kamu sakit." ujar Matteo.

"Sudah. Al tau, aku kan bukan anak kecil lagi."

Hati Farel berdenyut ketika kata menyakitkan itu keluar dari mulutnya, jujur selama 17 tahun dirinya belum pernah bertengkar seperti ini, Farel yang memang tidak biasa marah pada Matteo karena selalu memanjakannya.

"Al sampai S2 ya disana, sebelum S2 jangan pernah pulang dulu Papa minta."

"Pa!" tegur Farel.

"Biar masa depan kamu cerah nak."

"Berenti omongin masa depan! Al capek ngomong ini berulang kali, yang berantakin masa depan Al itu Papa sendiri jadi jangan salahin Al kalo suatu saat Al nggak bisa memenuhi ekspektasi Papa. Al aja nggak minat di studi ini, aku ngejalanin semua ini setengah hati, jadi Papa disana berdoa aja supaya Al kuat dan mau lanjut."

BAPER [COMPLETED] Where stories live. Discover now