28-AAD

274 25 1
                                    

Revkal mengambil tas di kelas kemudian menuju parkiran mengambil kendaraanya, pak Udin sebagai satpam sekolah terus saja berteriak meneriaki Revkal tetapi lelaki itu berhasil bolos dan melaju menggunakan motornya karena pagar sekolah memang tidak tertutup.

"Waduh gimana ini?" Pak Udin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Semoga saja guru-guru gak ngeuh kalau anak itu bolos lagi," pasrahnya sembari menarik nafas berat juga menggeleng heran.

Sementara Revkal terus saja melajukan motornya hingga tiba di sebuah hotel mewah, tangannya mengepal kuat juga kedua matanya menajam seperti elang yang akan menangkap mangsanya.

"Keterlaluan! Lembur macam apa ini?" Revkal terkekeh hambar.

Revkal memasuki hotel untuk memastikan dugaannya benar, ia terkekeh ketika kedua insan itu memasuki kamar yang sepertinya memang sudah di pesan.

Revkal sudah tidak tahan, lelaki itu mulai geram dan mengeluarkan pisau yang sama, saat tadi ia menorehkan luka pada lengan Adara saat di rooftop.

"Kali ini gue gak perduli kalau sampai gue harus di penjara, yang berkhianat harus mati!!" 

Saat Revkal ingin menuju koridor kamar yang kedua insan itu tempati, tengannya di tarik ke arah yang berbeda oleh seseorang.

"Heh! Lepasin gue!!" Revkal berteriak tetapi mulutnya di bungkam.

Revkal sekuat tenaga untuk bisa mengendalikan dirinya, saat Revkal sudah mengusai diri sendiri dan mencoba untuk menikam seseorang di hadapannya saat ini ternyata di luar dugaan, orang tersebut malah menahan pisau yang ingin di layangkan ke arahnya.

Telapak tangannya meneteskan begitu banyak darah, tetapi sepertinya ia tidak sedikitpun merasa kesakitan.

Revkal di buat heran dengan reaksi orang tersebut yang terlihat biasa-biasa saja, beberapa detik kemudian lelaki di hadapan Revkal melepaskan penutup wajahnya.

Revkal semakin kaget ketika melihat orang itu adalah Kevin, abangnya.

Revkal memutar bola matanya, ia jengah dengan tingkah abangnya. "Lo apa-apaan sih, bang?!!" Revkal menampilkan raut wajahnya yang tak suka kepada Kevin karena telah memberhentikan niatnya yang sebentar lagi akan berhasil.

Revkal memperhatikan Kevin dari atas sampai bawah. "Ngapain lo di sini?" Revkal menggantungkan kalimatnya mencoba berfikir beberapa detik ketika tidak mendapat jawaban sama sekali dari Kevin.

Revkal menyipitkan kedua matanya. "Atau jangan-jangan?..."

"Iya, dugaan lo emang benar. Bahkan beberapa hari lalu saat lo nyelidkin ayah di cafe, gue juga ada di sana."

Revkal menatap Kevin tak suka. "Sejak kapan?"

"Gue tau udah lama, bahkan sebelum lo nyadar tentang semua ini."

"Hahaha, kalau emang bener lo udah tau kenapa lo pakai acara nahan gue segala buat ngebunuh mereka? ngelucu lo!!"

"Lo sadar gak sih sama apa yang lo lakuin?!! Sebelum lo bertindak sesuka hati, coba fikirkan dampak yang bakalan lo terima akibat kecerobohan lo ini!!"

"Dampak? Gue bukan orang tolol bang, gue rela berkorban demi bunda, kalaupun gue harus ngebunuh ayah gue sendiri.. gue rasa itu bukan masalah," ucap Revkal dengan santai.

"Mungkin setelah ini gue bakalan di penjara. Iya, kan? Hahaha apa lo pikir gue perduli? Enggak! Bahkan gue ngerasa di penjara enggak bakalan ada apa-apanya ketimbang ngeliat bunda sakit hati karena ayah kita main belakang."

"Jangan gangguin gue, atau lo bakalan ikut gue bunuh!!" sinisnya kemudian ingin melangkah keluar toilet.

Toilet saat ini sedang sepi, tetapi saat Revkal ingin melangkah keluar Kevin kembali menariknya untuk kembali ke tempat semula.

Aku Atau Dia! (COMPLETE)Where stories live. Discover now