12. Victor

9.6K 999 423
                                    

Brak!

"Kalian ngapain?!"

Kayvan dan Rechil terkejut, mereka mendorong tubuh masing-masing agar menjauh. Dua orang lelaki masuk ke ruangan itu tanpa permisi. Mereka duduk di sofa kemudian menatap dua sejoli di depannya dengan intens.

"Avan, lo habis ngapain sama Rechil?" tanya Rafiq dengan suara tercekat. Ia tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya saat melihat posisi Kayvan dan Rechil tadi.

Kayvan menggelengkan kepala, "Gue gak ngapa-ngapain," jawabnya jujur.

"Terus itu cewek kenapa nangis?" tanya Kafin datar.

Rechil mendongak, "Aku gak kenapa-napa kok."

"Tuh, gue emang gak ngapa-ngapain."

Kayvan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, ia memperhatikan dua sahabatnya bergantian. Kayvan tidak heran mereka tahu dia disini karena pasti orang tuanya yang melapor jika dia tidak pulang.

"Rechil," panggil Rafiq.

"Iya, Kak, kenapa?"

Rafiq tersenyum tengil, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, setelah itu dia berkata, "Kalau Kayvan sakitin lo, kasih tahu gue, ya."

Rechil mengangguk saja, dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa karena ia juga belum terlalu kenal dengan dua sahabat Kayvan. Kayvan menyadari kecanggungan ini, dia memutuskan untuk membesarkan volume tv.

"Emm, Kay, gue kayaknya harus pulang deh." cetus Rechil.

"Loh, kenapa?" tanya Kayvan.

Rechil menunjuk jam dinding, "Udah jam sembilan, gue harus pulang."

"Ya udah, ayo gue anter." Kayvan berdiri berniat mengantar Rechil, tetapi Kafin menahannya dengan mengatakan sesuatu.

"Gue mau bicara empat mata sama lo," katanya, "Rechil lo pulang dianter Rafiq."

Rafiq mengangguk pelan, "Ayo Sil, gue anter."

Rechil menatap Kayvan seolah meminta ijin. Kayvan yang melihat tatapan itu mengangguk, sepertinya Kafin ingin membicarakan sesuatu yang penting. Biarlah Rechil di antar Rafiq.

Setelah Rafiq dan Rechil pergi, Kafin mulai berbicara serius. Kayvan menajamkan pendengaran dan penglihatannya. Ia tidak boleh salah dengar jika sedang berbicara berdua dengan Kafin karena Kafin adalah pembicara yang cepat dan malas mengulangi.

"Polisi Tangerang telpon gue, ada tahanan yang kabur dan bikin resah warga."

Kayvan mengangguk, "Kenapa bikin resah?"

Kafin berdecak malas, Kayvan menyengir kuda, dia menatap sahabatnya itu memelas.

"Jadi begal, 10 mati."

"Siapa? Begal nya apa warga nya?" Kayvan bertanya polos.

Kafin menaikkan bahunya acuh, ia malah mengganti siaran tv dengan film horor. Kayvan menghentakkan kakinya kesal, bicara dengan Kafin itu harus ekstra sabar dan peka.

KAYVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang