34. "Kay takut"

6.1K 689 44
                                    

Jam menunjukkan pukul delapan malam, Kayvan pulang ke rumahnya setelah mengantar kekasihnya. Dia melihat keluarganya sedang duduk di ruang tengah, Kayvan pun berjalan menghampiri.

Kayvan memeluk ibunya dari belakang, dia mengecup pipi tirus sang ibu dengan lembut. Ibunya tersenyum kemudian mengusap rahang Kayvan.

"Udah pulang, Boy?" basa-basi Allea.

Kayvan mengangguk, dia memutari sofa lalu memilih duduk di samping sang ibu. Kayvan melirik adiknya dan seorang lelaki yang menjadi sandarannya. Kayvan beralih melirik ayahnya yang berada di samping ibunya.

"Naon sih, Bang?" Lelaki di samping Keina menatap Kayvan dengan sebelah alis dinaikkan.

Kayvan memalingkan wajahnya, "Muka lo kek anjing,"

"ABANG!!"

Keina melotot tak terima, masa pacarnya di sebut mirip Anjing? Dasar kakak tidak tahu diri! Kayvan menjulurkan lidahnya, dia menatap Allea. Allea membalas tatapan Kayvan, dia tahu Kayvan ingin berbicara sesuatu.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kay tidur sama Mama, ya?"

Pertanyaan Kayvan membuat semua orang menatapnya. Kayvan mengerucutkan bibirnya saat melihat tatapan tajam sang ayah. Allea mengusap kepala Kayvan pelan.

"Kenapa?" tanyanya lagi.

Kayvan menggelengkan kepala, dia malah memeluk lengan Allea manja. Allea tidak puas, dia menatap suaminya membuat sang suami mengangguk. Dia membuka handphonenya.

"Tumben, kamu ada masalah? Berantem sama Rechil? Atau Rechil gak terima sama masa lalu kamu? Bilang sama Mama, Kay!"

"Nggak. Kay sama Rechil baik-baik aja, Ma. Kay cuma..."

"Ok, malem ini kamu tidur sama Papa dan Mama." Fano menyela ucapan Kayvan.

Allea mengerutkan kening, ada apa? Allea berniat menanyakan pada suaminya tapi Fano menggelengkan kepala. "Nanti kita bicara."

Setelah pembicaraan singkat itu, akhirnya Kayvan pun benar-benar tidur di kamar orang tuanya. Mereka tidak seranjang karena Fano sengaja menyimpan dua ranjang di kamarnya untuk saat-saat seperti ini. Ya, seperti Kayvan atau Keina ingin tidur bersama.

Sekitar pukul satu pagi, Fano dan Allea sama-sama terbangun. Mereka memutuskan untuk duduk di sofa. Allea menatap anak sulungnya yang tertidur nyenyak, dia pun menatap suaminya.

"Ada apa?" tanyanya.

"Dia datang lagi, Sayang."

Deg

Allea tertegun, dadanya terasa berdetak kencang, dia menarik nafas dalam lalu bertanya kepada Fano, memastikan apa yang ada dipikirannya.

"Dia? Maksud kamu Bajingan itu?"

"Iya."

Fano menarik Allea ke pelukannya, dia tahu Allea terkejut. Fano mengusap lengan istrinya itu dengan lembut, ia memang tidak se-terkejut Allea karena ia tahu ini pasti terjadi. Dia belum mati, pastinya dia kembali.

Allea mengatur detak jantungnya, dia mencengkram piyama yang di pakai suaminya dengan kuat. Kenapa harus kembali? Allea tidak siap, dia takut.

"Sayang, ada aku di sini. Aku gak akan tinggalin kamu, yang tenang ya, kita lewatin bareng-bareng."

Allea menggelengkan kepala, "Aku takut,"

"Gak apa-apa, selagi kita bareng, semuanya akan baik-baik saja. Aku akan perketat keamanan, okay?"

"Tapi--"

"Arghh nggak!"

Fano dan Allea saling pandang, mereka segera berlari ke arah ranjang Kayvan. Kayvan menggeliat dalam tidurnya, tangannya terkepal mencengkram spray, matanya tertutup tapi air matanya mengalir, keringat pun bermunculan di pelipis pemuda itu.

KAYVANNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ