"Kau akan pergi?"
Jaehyun berucap kepada Taeyong yang duduk diseberangnya, namun rasanya seperti ia sedang berbicara dengan angin."Taeyong?"
"Eoh?" Taeyong tersadar dari lamunannya saat Jaehyun memanggilnya lagi.
"Apa kau sakit? Daritadi kau hanya memandangi makanan mu?"tanya Jaehyun khawatir kearah Taeyong yang mengusap wajahnya."A-ah aku hanya kepikiran mengenai acara reuni"sahut Taeyong kemudian melanjutkan makannya.
Pisau itu mengiris daging steak itu dengan pelan,kemudian ia menyuap daging itu kedalam mulutnya.Hambar,
Makanannya terasa hambar.
"Sayang? Kau yakin tak apa?"tanya Jaehyun sekali lagi. Makan malam kali ini, suasananya terasa tak nyaman."Aku sudah kenyang, kalau kau sudah selesai, apa kita boleh pulang sekarang?"tanya Taeyong sesaat setelah ia meletakkan pisau dan garpunya.
"Benarkah? Kalau begitu ayo kita pulang, takutnya orang tua mu menunggu kita terlalu malam untuk menjemput Jisung"ucap Jaehyun kemudian ia mengadahkan tangannya memanggil pelayan untuk meminta bill.Taeyong memperhatikan, kemudian ia menghela nafasnya berat. Ia sadar bahwa ia menghancurkan suasana malam kali ini,
Padahal ini adalah kesempatan yang jarang bagi mereka untuk bisa makan malam bersama.Kini keduanya berada didalam mobil,
Taeyong menyangga dagunya dengan telapak tangannya, netra nya memperhatikan keluar jendela mobil.
Sesekali Jaehyun menoleh untuk melihat keadaan Taeyong
"Apa kau ingin pergi ke Reuni?"tanya Jaehyun.Taeyong terdiam sejenak
"Aku tak tau"jawabnya singkat
"Apa karena orang itu?"tanya Jaehyun lagi, membuat Taeyong menoleh kearahnya."Maafkan aku karena membuat suasananya menjadi buruk"ucap Taeyong
"Kau tak perlu minta maaf, aku tau perasaanmu"jawab Jaehyun."Perasaanku?"monolog Taeyong kecil.
.
Malam telah berlalu dan berganti pada keesokkan harinya,
Jaehyun memperhatikan Taeyong yang masih tertidur, padahal biasanya Taeyong yang akan membangunkannya untuk pergi bekerja.Ia usap dahi putih itu pelan, menyibak poni yang menghalangi wajah manis itu.
Jaehyun tersenyum kecil, rasanya sekarang ia ketakutan kalau-kalau saja Taeyong akan meninggalkan nya.Dengan cepat ia menggeleng berusaha menepis pikiran buruknya, hal itu tak akan terjadi.
Yang ia selalu yakin dan tahu adalah bahwa mereka saling mencintai.Ia pun bangun dan mulai bersiap, ia pula yang membantu sang Putra untuk bersiap-siap kesekolah
"Sayang, aku berangkat"ucap Jaehyun kemudian dahi Taeyong yang masih tertidur itu.Setelah perjalanan menuju kantor,
Akhirnya ia sampai.
Langkahnya ia bawa menuju ruangannya,
Denagn beberapa membalas sapaan karyawan-karyawannya.Ia terduduk dan terdiam sejenak.
Tampak berpikir mengenai sikap Taeyong malam itu
"Apa yang sebenarnya terjadi?"keluhnya sambil mengurut pelan dahinya.
Ia tak pusing secara fisik, namun rasanya kepalanya seperti berputar-putar.Tok tok
Jaehyun mendongak
"Tuan"panggil seorang wanita yang tak lain adalah Minju.
"Masuklah"ucap Jaehyun yang langsung dituruti oleh wanita itu.Dengan dokumen yang ia bawa dalam genggamannya, ia pun berjalan mendekat kemudian menyerahkan dokumen-dokumen itu
"Ini dokumen-dokumen yang anda minta"ucap Minju
"Baiklah, terima kasih"jawab Jaehyun yang kini sibuk memperhatikan lembar demi lembar dokumen itu.
Namun gerakannya terhenti saat ia sadar kalau Minju masih ada disana."Kau bisa kem-"
Kring kring
Ucapan nya tersela kemudian Jaehyun melirik ponselnya yang berbunyi
"Taeyong?"monolognya kemudian meraih ponselnya dan mengangkat panggilan itu
"Ada apa sayang?"tanya Jaehyun sesaat setelah ia mendengar suara Taeyong yang berucap 'Halo'."Ah tak apa, aku memang sengaja tak membangunkanmu"jawab Jaehyun,
Sedangkan Minju yang berdiri disana hanya diam melihat itu.Jaehyun yang tersadar pun memberi nya kode untuk pergi kembali ke mejanya dengan gerakan tangannya, Minju yang paham pun langsung melangkah oergi sesaat setelah ia membungkuk hormat.
"Tak apa, jangan kau pikirkan. Lagipula kau tadi terlihat sangat nyenyak. Jadi aku tak tega membangunkanmu"jawab Jaehyun, dan berbagai perbincangan mereka ucap hingga panggilan itu berakhir.
Jaehyun tersenyum kecil,
Rasanya sekarang ia memiliki semangat untuk bekerja, Karena tampaknya Taeyong sudah baik-baik saja..
"Kau lihat itu, ternyata mereka pasangan gay"
Taeyong yang baru saja membawa sampahnya keluar oun merasa terkejut mendengar ucapan dua orang wanita paruh baya itu.Tampaknya tetangganya membicarakannya
"Iihhh aku jadi takut anakku akan jadi seperti mereka, padahal kan wanita masih banyak"seru salah satu wanita itu yang saling berbicara.Taeyong berusaha menangkan emosinya,
Akan lebih buruk kalau ia marah-marah kepada mereka.
Dengan emosi ia pun memilih berjalan kedalam rumahnya, berusaha mengacuhkan bisikan-bisikan dari pembicaraan mereka.Dengan langkah gontai ia pun berjalan menuju sofa
"Apakah aku seburuk itu?"ucapnya pelan pada udara, kemudian ia terkekeh pada dirinya sendiri karena sadar bahwa ia tampak bodoh untuk mendengar kan ucapan orang-orang itu.Begitu menurutnya, namun tetap saja ia tak mampu membendung rasa sedih dan takutnya, ia hanya bisa menangis dan menangis. Bahkan untuk jatuh cinta pun adalah hal yang tak tepat baginya.
"Kau gila? Kau pikir dirimu itu siapa?! Berani-beraninya kau mendekati anakku!"
Kenangan buruk itu kembali berputar di otaknya.
'Nyonya Jung' atau ibu Jaehyun, yang waktu dulu memakinya saat ia dibawa Jaehyun untuk bertemu mereka.Hal berat mereka lewati sejak awal hubungan,
Ditambah ibu Jaehyun yang tak setuju dengan mereka, walaupun akhirnya wanita itu luluh tapi ia masih belum siap untuk bertemu dengan Taeyong.Bahkan hingga Jisung berumur enam tahun pun,
Hanya Jaehyun yang membawanya kerumah ibunya dan ia memilih tak pergi.
Bukan memilih, tapi terpaksa lebih tepatnya.Tbc
Votement juseyo
Kisseu
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVORCE (JaeYong)
FanfictionJaehyun dan Taeyong, Menghadapi kesulitan dalam hubungan rumah tangga mereka. Hingga perceraian adalah jalan terakhir.