20

872 93 6
                                    

"Apa yang kau pikirkan?"pertanyaan itu menyadarkan Taeyong yang sedari tadi melamun.
Pemuda Lee itu menatap kearah pemuda yang duduk di hadapannya.

Taeyong menghela nafasnya berat, kemudian mengusak rambutnya kasar. Ia hampir tak sadar kalau dia sedang bersama Doyoung di kafe saat ini.
"Aku bertemu dengan Jaehyun lagi kemarin"ucap Taeyong, membuat Doyoung yang di hadapannya pun mengerti kenapa pemuda Lee itu tampak tak biasa.

"Lalu? Apa yang kalian lakukan?"tanya Doyoung, namun yang dapat pemuda Kim itu lihat hanyalah bibir Taeyong yang melengkung turun.

"Tidak ada, kami hanya saling melewati tanpa berkata apapun"jawab Taeyong, entah mengapa ia kecewa karena tidak menyapa Jaehyun.

"Tapi..."Taeyong menjeda kalimatnya, membuat Doyoung menunggu pemuda itu melanjutkan ucapannya
"Emm begini, sebenarnya aku punya pelanggan yang selalu datang ke toko bungaku dan kami jadi akrab"ucap Taeyong, kemudian pemuda itu menyenderkan tubuhnya pada kursi.

"Dan aku pergi bersamanya kemarin ke makam ibunya, lalu-"
"Wah kalian benar-benar sedekat itu"sela Doyoung sambil menunjukkan wajah terkejutnya.
"Hei! Jangan menyela!"sahut Taeyong, membuat Doyoung hanya bisa tersenyum tipis.

Taeyong pun kembali menjelaskan apa yang terjadi kemarin
".....dan ternyata mereka saling kenal"akhiri Taeyong, dan dapat ia lihat Doyoung menaruh jari nya di dagunya, seolah-olah pemuda itu sedang berpikir serius.

"Wah, duniamu benar-benar sempit"balas Doyoung dan hanya dibalas Taeyong dengan tatapan dingin.
"Respon mu tidak bagus sekali"
"Hei! Kau mau aku bagaimana? Sudahlah, lebih baik kau lupakan saja dan jalani lagi hidupmu"ucap Doyoung kepada pemuda Lee dihadapannya itu.

"Tapi, bagaimana menurutmu tentang pelanggan mu itu?"tanya Doyoung, hingga netra pemuda Kim itu membesar, membuatnya tampak seperti seekor kelinci.
"Menurutku dia baik"jawab Taeyong seadanya
"Itu saja?"ucap Doyoung lagi yang tampak kehilangan rasa penasarannya, dan dibalas anggukan oleh Taeyong.

"Heiii jawab dengan benar, dia tampan? Mapan? Rupawan? Menawan-"
"Ya ya ya hentikan, apa-apaan kau! Dia begitu lah pokoknya"sela Taeyong dengan wajahnya yang menunjukkan bahwa dia jengah dengan pertanyaan Doyoung.

.

"Tuan Jaehyun, tuan? Tuan Jung?"

"Eh?"Jaehyun tersadar dari lamunannya, pemuda Jung itu mendongak menatap sekretarisnya yang berdiri di ambang pintu
"Boleh kah saya masuk?"ucap sang sekretaris
"Masuklah"sahut Jaehyun, kemudian netra nya mengikuti langkah sang sekretaris yang semakin mendekat.

"Ada apa?"tanya Jaehyun sambil menumpukan kedua sikunya diatas meja
"Saya ingin memberitahu anda, kalau tuan Minho mengajak anda untuk makan siang bersama"ucap sang sekretaris, membuat Jaehyun menatapnya bingung
"Kenapa?"tanya Jaehyun
"Saya tidak tahu, tuan. Beliau hanya meminta saya menyampaikan hal ini"sahut sang sekretaris.

Jaehyun melihat kearah jam tangannya,
Dua puluh menit lagi jam makan siang
"Baiklah, sampaikan padanya aku menerima ajakannya"ucap Jaehyun dan dituruti oleh sekretarisnya yang kini berjalan keluar dari ruangannya.

Pemuda Jung itu terdiam sejenak,
Apalagi setelah kejadian hari itu,
Ia menjadi semakin penasaran dengan apa yang terjadi antara Minho dan Taeyong.

Jaehyun menggelengkan kepalanya, berusaha menepis isi pikirannya.
Pemuda Jung itu yakin tidak ada apa-apa antara keduanya
"Taeyong..."ucap Jaehyun pelan, kemudian mengurut dahinya yang mengkerut,
Rasanya pikirannya sedang bertumpuk-tumpuk menimpanya.

.

"Saya tidak menyangka anda akan menerima ajakan saya"ucap Minho, kemudian pisau di tangannya bergerak membelah daging steak itu.

DIVORCE (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang