23

1.3K 98 20
                                    

Taeyong mengeratkan mantelnya,
Sembari kakinya terus melangkah menuju salah satu kafe.

Beberapa kali ia menggenggam erat tangannya yang berada didalam kantung mantelnya,
Bulan oktober kali ini terasa lebih dingin daripada tahun sebelumnya.

Tringg

Lonceng di pintu itu berbunyi ketika Taeyong memasuki kafe tersebut,
Kakinya melangkah terburu menyusuri kafe bergaya minimalis itu,
Hingga netra nya tertuju pada seseorang yang berada agak jauh di ujung sana.

"Minho-ssi"panggil Taeyong sembari tersenyum,
Dan Minho yang menyadari kedatangan Taeyong pun ikut tersenyum, membuat mata pemuda Choi itu melengkung bagai bulan sabit.

"Apa kau menunggu lama?"tanya Taeyong sambil mendudukkan dirinya,
Dari tempatnya duduk, dapat Minho dengar nafas pemuda Lee itu.
"Tidak, aku baru saja sampai beberapa menit lalu"ucap Minho, namun Taeyong melihat Kopi panas pemuda itu sudah mulai setengah, berarti ia sudah cukup lama.

"Maafkan aku, tadi ada masalah dengan mobilku. Makanya aku kemari dengan taksi"ucap Taeyong, namun ucapan 'tak apa' terus ia dengar dari belah bibir pemuda Choi itu.

Hening sejenak,
Membuat Taeyong menggigit bibir bawahnya
"Oh iya, apa yang ingin kau bicarakan?"ucap Taeyong berusaha memulai topik.

Minho menyesap kembali kopinya,
Kemudian menatap Taeyong sambil tersenyum tipis.
Entah mengapa, hal itu membuat Taeyong sedikit malu untuk menatap netra pemuda Choi itu.

"Aku... sudah berusaha sebisaku untuk menahan diri"ucap Minho pelan, pemuda itu hanya berbicara sambil menatap jemarinya yang mengetuk meja.
Sedangkan Taeyong entah mengapa merasa gugup.

"Tapi, aku sudah memantapkan diri untuk mendekatimu"lanjut Minho, membuat Taeyong menatap wajah pemuda itu.
"Bukannya kita sudah dekat? Sebagai tem-"
"Bukan sebagai teman"Sela Minho, membuat Taeyong tertegun mendengar ucapan pemuda itu.












"Tapi lebih dari itu"

.

Taeyong memukul-mukul bantal nya,
Kejadian tadi siang sangat amat membuatnya gelisah.

"Haruskah aku menerimanya? Atau tidak? Aaaaaaa tapi kan dia bilang pendekatan dulu"ucap Taeyong kemudian menenggelamkan wajahnya pada bantalnya.

Pemuda Lee itu tampak bingung,
Disisi lain ia merasa senang, tapi di sisi yang lain ia merasa ada yang mengganjal hatinya.
Rasanya ada sesuatu yang menahannya untuk menerima Minho.

Ia ingin menerima pemuda Choi itu untuk mendekatinya, tapi rasanya seperti ia melakukan kesalahan.
"Aku seperti mengkhianati seseorang"ucap Taeyong tanpa sadar.

Drrt drrt

Taeyong terkesiap, kemudian meraih ponselnya yang berada di meja nakas.
Matanya membelalak melihat nama orang yang ia pikirkan tadi muncul di layar

"H-halo"ucap Taeyong tergagap, entah mengapa ia merasa gugup
"Kupikir kau sudah tidur. Apa yang kau lakukan?"ucap seseorang di panggilan itu, yang tak lain adalah Minho.

"A-aku aku hanya tidur-tiduran saja"jawab Taeyong,namun yang ia dengar adalah suara tawa kecil dari Minho
"Kenapa tertawa?"tanya Taeyong bingung

"Tidak, hanya saja suaramu terdengar lucu saat gugup"

Blushhh

Merah, wajah pemuda Lee itu memerah karena tersipu. Untung saja Minho tak bisa melihat nya
"A-apa-apa maksudmu? A-aku tidak gugup"jawab Taeyong terbata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIVORCE (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang