05

6.7K 492 46
                                    

Marah. Ingin mengamuk. Aku terus berdiam diri menatapi layar ponsel dimana titik merah terus berjalan.

Sialan. Berani sekali kakak kabur. Dia kira semudah itu untuk pergi?

Aku tak pernah mengira bahwa gadis itu akan nekat seperti ini. Membobol jendela entah dengan apa, lalu melompat dari balkon.

Benar-benar nakal.

Hampir sebulan. Aku ingat dengan jelas bahwa kakak terus berdiam diri dan membisu. Makan dengan tenang, mandi tanpa menangis atau bahkan merengek. Bahkan tidak mencoba untuk melawanku disetiap kesempatan seperti biasanya.

Aku tak curiga sedikitpun. Kakak tampak begitu lugu dan manis untuk membuatku berfikir lebih. Yang ku tahu, batinnya sudah terlalu lelah ku bentur. Atau parah lagi adalah otaknya. Aku tak pernah berhenti untuk memasukan banyak racun pada pikiran juga hatinya. Tidak pernah.

Kukira kakak sudah benar-benar kuhancurkan.

Namun kali ini aku tahu. Otaknya belum benar-benar meredup. Kakak masih cerdik diatas keluguan wajahnya. Gadis nakal. Aku tak pernah berfikir bahwa otak kecilnya tengah membuat berbagai macam cara agar ia mampu pergi dariku.

Bibirku tertarik miring. Jadi begini sayang yang kamu mau? Harus ku hancurkan seperti apa lagi kamu?

Kakak benar-benar tidak menyerah. Baiklah, tak mengapa. Kali ini, mari kita lihat apa yang akan mampu ku lakukan.

Mari kita lihat seberapa hancurnya kamu ku buat.

Bersiul senang. Aku berjalan keluar dari mobil untuk membawa langkah ke dalam gubuk kecil tengah hutan. Menarik bibir, pintu reot ku tendang hingga suara tangisan juga pekikan semakin terdengar jelas.

Tangisan itu mengeras saat aku berdiri acuh di ambang pintu. Manikku seketika menggelap. Rasa puas dan amarah besar melambung dalam tubuh saat mendapati kakak tengah memberontak dari tiga pria besar suruhanku.

Bibirku tertarik lebar. Ya, suruhanku.

Kakak. Tengah terbaring telentang dengan banyak luka ditubuh. Masing-masing tangannya ditahan dengan satu pria yang terus mencoba menanggalkan pakaiannya.

Cantik sekali. Dari mana ia mendapat wajah yang begitu indah di nikmati?

" DEAN! DEAN! Tolong-Akh! Lepas! DEAN! "

Acuh. Aku memilih duduk dikursi reot, menatapi kegiatan menyenangkan ini. Tak bisa berhenti aku dibuat tersenyum. Memejamkan mata saat kakak terus berteriak dan menangis.

" LEPAS BRENGSEK! Dean! Dean! Hiks, kumohon! "

Hampir telanjang. Aku terkekeh, merasa terhibur oleh kegiatannya yang terus berusaha melepaskan diri. Kakak menungging setelah ketiga pria itu melepas jerat. Gadis itu meringkuk dengan tubuh bergetar hebat. Tak berhenti menangis, kakak beringsut mendekat dengan lututnya.

Alisku naik tertarik saat tangan-tangan kecilnya memeluk kakiku. Kakak hiteris seolah raganya benar-benar telah dihancurkan. Aku mendongak dengan senyuman lebar.

" Hiks, Dean.. Dean.. Kumohon. Kumohon bawa aku pergi.. Hiks, bawa aku pergi.. "

Sangat terguncang. Kakak merengek dengan wajahnya yang cantik. Gadis itu bahkan berdiri untuk memeluk tubuhku yang acuh. Gadis itu semakin histeris saat peluknya tak ku balas.

" Jangan peluk aku. "

Kakak menggeleng keras. Gadis itu memaksakan tubuh untuk duduk diatas pahaku. Menangis terisak saat aku mengalihkan pandangan. " Dean, h-hiks, Dean.. Jangan begini. Maafkan aku, hiks. Suruh mereka berhenti.. "

I'M Obsessed[OnGoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang