5. RAY DAN HARGA DIRINYA

9.6K 1.2K 81
                                    

"Ray," panggil Gavyn dengan nafasnya yang terengah-engah. Ia terlalu tenggelam dalam pusaran gairahnya sendiri hingga baru menyadari tubuh Ray gemetar. Gavyn menghentikan gerakan tubuhnya di atas, Ray, kemudian mensejajarkan wajah keduanya. Ketika Gavyn berhenti bergerak, perlahan tubuh Ray kembali rileks dan Gavyn bisa merasakan hal itu dengan jelas, sebab keduanya bersatu secara jasmani.

Ray tetap menutup matanya dan menggigit bibirnya kuat-kuat, berusaha menahan sakit di tubuhnya. Ia tidak tahu jika seks dengan Gavyn bisa sesakit ini. Mungkin, karena ini adalah seks yang sebenarnya, mengingat selama menjadi pelacur dulu, kliennya akan lebih banyak pasif dan membiarkan Ray mengambil alih. Jika Ray menjadi tuannya, ia mengerti bagaimana tetap nyaman. Namun, seks dengan pria tua itu berbeda jauh dengan seks bersama Gavyn. Ketika bersama Gavyn, pria itu mengambil alih penuh tubuhnya. Tangan Ray bahkan ditahan di sisi tubuhnya, membuat Ray semakin tidak berdaya. Pria itu juga selalu menempatkan tubuhnya seenaknya, sesuai dengan keinginan Gavyn. Seringkali, belum sempat Ray bereaksi, dalam hitungan detik, Gavyn sudah membalikkan tubuhnya dengan mudahnya dan melakukan apa pun yang pria itu mau.

Ray ingin menyerah. Tubuhnya masih tidak nyaman, namun sialnya Gavyn tampak seperti tidak kenal lelah. Tidak, ia tidak boleh memohon atau pun meminta Gavyn berhenti. Harga diri Ray terlalu tinggi untuk itu. Ia lebih memilih untuk menahan sakit di tubuhnya daripada harus merendahkan dirinya di depan Gavyn.

"Ray, sakit?" tanya Gavyn lagi sembari mengusap wajah Ray dengan lembut.

Ray membuka matanya, menatap tepat di mata Gavyn. Ia menggelengkan kepalanya sembari menelan ludahnya. Gavyn tahu bahwa Ray sebenarnya kesakitan, namun ia ingin tahu sampai mana batas toleransi wanita di hadapannya.

"Ingin lebih pelan?" tanya Gavyn lagi, memberikan Ray kesempatan terakhir. Ray kembali menggelengkan kepalanya, mempertahankan harga dirinya.

"Di sini membosankan," ujar Gavyn lagi sembari menarik tubuh Ray agar duduk di pangkuannya tanpa melepaskan penyatuan mereka. Ray memeluk leher Gavyn dengan erat, berusaha mengatur nafasnya yang berat. Ray tidak ingin menatap Gavyn. Ia tidak ingin Gavyn melihat matanya yang berair, karena menahan sakit.

"Ray, kamu ingin aku berhenti?" tanya Gavyn lagi, mulai khawatir sembari mengusap punggung telanjang Ray yang tengah memeluknya.

"N-nggak, lanjutkan aja," balas Ray sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Gavyn.

"Let's do it in kitchen, shall we?" tawar Gavyn dengan nadanya yang nakal.

"Ta-tadi udah di dapur," gumam Ray panik.

"Hotel kamu sempit. Semua tempat sudah dijelajahi," keluh Gavyn sembari menghela nafas kasar.

"Di sini aja," jawab Ray lagi dengan nadanya yang pelan, tidak seangkuh yang tadi. Selain tenaga pria itu yang tidak main-main, kreativitas Gavyn juga tidak perlu diragukan. Pria itu selalu menemukan cara baru untuk membuat percintaan di antara keduanya semakin panas, termasuk berpindah tempat. Namun, masalahnya adalah lagi-lagi Ray tidak nyaman, apalagi jika ia harus melakukannya di dapur. Punggungnya terasa pegal jika mereka harus kembali melakukan di dapur.

"Kamu lebih suka di sini?" tanya Gavyn lembut.

Ray mengangguk bersemangat, menciptakan senyuman kecil di bibir Gavyn. Sedari tadi, Ray tidak mengatakan apa pun dan membiarkan Gavyn yang mengambil alih seluruh percintaan mereka. Tentu saja, Gavyn tidak akan melewatkan sisi patuh wanita itu, namun hati nuraninya mengkhawatirkan Ray.

"Ray, aku ingin lihat wajah kamu," bujuk Gavyn lagi, agar wanita itu mau melonggarkan pelukan di lehernya dan menatapnya.

Ray cepat-cepat menghapus sisa air matanya, kemudian melonggarkan pelukannya di leher Gavyn. Kini, wajah keduanya sejajar. Tatapan mata keduanya saling terkunci antara satu dengan yang lain. Ini adalah momen yang terasa sangat intim bagi Ray dan ia lagi-lagi tidak nyaman. Selama ini, seks yang ia lakukan, cepat dan efisien, tanpa perlu saling menatap antara satu dengan yang lain. Kini, ketika ia harus melakukannya dengan Gavyn, perasaan asing seperti kupu-kupu mulai menjalari perutnya.

Gavyn mengaitkan sejumput rambut Ray ke belakang telinga wanita itu. "Lain kali, kamu harus simpan banyak stok pengaman," ucap Gavyn lagi. "Menjengkelkan rasanya, harus mengakhiri seks, hanya karena stok pengaman yang habis."

"Mungkin seharusnya kamu yang kontrol diri kamu sendiri," keluh Ray dengan wajah cemberutnya.

Gavyn tertawa mendengar keluhan Ray. "Selama menyenangkan, kenapa harus ditahan?"

Ray memasang wajah masamnya. Gavyn mendengus geli, kemudian mengecup lembut bibir Ray. Kecupan itu awalnya hanyalah kecupan singkat, namun tangan Gavyn bergerak untuk menahan tengkuk Ray dan memperdalam ciuman mereka. Gavyn menggoda bibir Ray dengan lihai, membuat Ray mengerang pelan. Pelukan Gavyn di pinggang Ray mengerat, memberikan sinyal bagi tubuh Ray. Benar saja dugaannya, Gavyn menuntun tubuhnya untuk bergerak di atas pria itu. Awalnya, Ray mengikuti tuntunan pria itu dengan lembut. Desahan feminin kembali terdengar dari Ray, membuat Gavyn menggeram pelan. Namun, tuntunan tangan Gavyn semakin cepat, membuat Ray yang sudah kehabisan tenaganya, langsung menahan pundak Gavyn dan melepaskan ciuman di antara keduanya.

"Pelan-pelan," ucap Ray pada akhirnya, menghancurkan harga dirinya sendiri. Gavyn tersenyum miring, mendapati kemenangan di tangannya.

"Aku nggak ingin diperintah Ray," balas Gavyn dengan sengaja.

Ray mengerutkan kening jengkel pada Gavyn. "... please," lanjutnya dengan nada mengalah.

"Ulangi," pinta Gavyn dominan.

Ray menelan ludahnya, berusaha menahan seluruh egonya. "Pelan-pelan please..." ulang Ray yang memancing senyuman miring dari Gavyn.

"Ray... Ray... Ray..." ucap Gavyn, sengaja mengulang nama Ray berkali-kali di kala ibu jarinya mengusap bibir wanita itu yang basah. "Kamu hanya perlu memohon, Ray dan aku akan memberikannya untuk kamu. Apa sesulit itu untuk memohon?"

Ray menggigit ibu jari Gavyn yang berada di bibirnya dengan kesal. "Itu sebenarnya hanya membuang waktu."

"Nggak, itu menyenangkan," balas Gavyn cepat. "Memegang kendali itu menyenangkan, Ray, apalagi di atas wanita seperti kamu."

TBC...

Halo, bestie maaf baru bisa uodate. Baru ada waktu sekarang.

Aku sebenarnya agak panik yang mau melanjutkan cerita ini, karena teman temanku mulai tahu akun wattpadku. Mana aku aktifnya di organisasi yang berbau rohani pula😭🤌. Semoga mereka nggak baca cerita yang ini😭🤌

 Semoga mereka nggak baca cerita yang ini😭🤌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HOW TO BE A (FAKE) CRAZY RICH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang