Mr. Perfect 12

5.5K 218 0
                                    

Sean terbangun dari tidurnya, menyibak selimut ia berjalan menuju kamar mandi. Dua puluh menit berlalu Sean keluar dengan lilitan handuk di pinggangnya, di tambah lagi handuk kecil yang ia gunakan untuk mengerikan rambutnya.

Melirik ranjang, mata Sean melihat Anna yang masih terlelap didalam selimut nya. Risih, Sean tidak suka melihat orang lain tertidur di pagi hari, karena itulah Sean tergerak membangunkan Anna.

"Hey," Sean menarik selimut yang menutupi tubuh Anna.

"Anna bangun." lanjut Sean memanggil nama Anna sembari tangannya menepuk-nepuk pipi Anna.

"Euhghh." Anna memutar badan menghadap samping.

Tak kunjung berhasil, Sean mengambil gelas berisi air di atas nakas dan menuangkan seluruh isi nya di wajah Anna.

"Aaahhhhh, Racah!!" mengusap wajahnya kasar Anna berteriak sambil mengubah posisinya menjadi terduduk.

"Racah aku ngantuk, biarkan aku tidur beberapa menit lagi." mohon Anna menarik selimut dan bersiap untuk kembali tertidur.

Membaringkan tubuhnya Anna memejamkan matanya, namun indra penciuman nya menangkap aroma lain.

Wangi Ini? tidak seperti wangi parfum Racah.

Menyadari hal itu Anna membuka matanya cepat dan...

"Aaaaaahhhhhhh!!" teriak Anna menutup matanya dengan kedua tangannya.

Sean hanya diam, ia bahkan tidak beranjak dari posisinya. Penampilan nya kaki ini jauh lebih baik dari semalam saat Anna secara tiba-tiba membuka pintu kamar dan disaat itu juga Sean sedang mengenakan pakaian dalamnya.

"Ngapain kamu di situ, hah?!" tanya Anna masih menutup mata.

"Lihat jam,"

Anna menurut, membuka sedikit matanya ia melihat jam. Tepat pukul 04.00 subuh dini hari Sean membangunkan nya. Sepagi ini bahkan pria itu sudah bangun dan selesai membersihkan dirinya. Tapi ini kan masih pagi, coba deh kalian banyakan sepagi ini mandi. Apa nggak dingin? di tambah lagi Anna tidak terbiasa bangun pagi.

"mulai besok dan seterusnya kamu harus bangun lebih cepat dari jam itu." lanjut Sean dan berjalan memasuki walk in close.

Anna menelan saliva susah payah, "Lebih cepat dari jam 4?" terdiam "Aahh Racah, jika aku tahu menikah akan se'sengsara ini, seharusnya aku tidak langsung menyetujui perkataannya waktu itu." rengek Anna memukuli selimutnya.

"Waktu tidur ku akan berkurang mulai besok. Atau mungkin mulai hari ini." ujar Anna lemas dengan bibir yang menguap lebar menahan rasa kantuknya.

Menghela nafas panjang Anna menurunkan kakinya dan melangkah memasuki kamar mandi. Mau nggak mau ia harus membersihkan dirinya di pagi buta ini dengan menahan rasa dingin nya.

Beberapa menit setelah Anna masuk Sean keluar. Tidak melihat keberadaan Anna di atas ranjang Sean sedikit lebih tenang, apalagi saat ia mendengar suara air dari dalam kamar mandi.

Sean adalah tipe pria yang bangun lebih awal atau lebih tepat nya ia tidak pernah benar-benar tertidur. Itulah mengapa ia tidak suka melihat orang lain tertidur tenang dia saat ia tidak merasakan hal sama dengan orang itu.

Contoh nya Anna. Anna adalah orang pertama yang membuat Sean risih dan kesal, karena di saat tidur ia begitu tenang dan menikmati istirahat nya berbeda dengan durinya tidak bisa merasakan hal yang sama seperti Anna.

♡✎♡

Keluar dari dalam kamar Anna melangkah memasuki ruang makan, dimana dapur kotor berada di ruangan yang sama.

Sesekali menguap, Anna memikirkan masakan apa yang akan ia masak untuk Sean sebagai sarapan sebelum pria itu berangkat ke kantor.

Tidak ingin membuat masalah Anna memilih bertanya langsung dengan orang nya. Anna sangat kaget dan tercengang saat menyadari mansion sebesar ini namun tidak memiliki satupun pelayan di dalam nya.

Tok tok tok!

Anna mengetuk pintu terlebih dulu, ia tidak ingin mengulangi kesalahannya untuk kedua kalinya.

"Masuk." ucap Sean dari dalam.

"Tumben."

Anna masuk, berdiri di depan Sean dengan tangan yang dilipat didepan dada. "Kamu mau sarapan apa?" tanya Anna menatap Sean yang sibuk dengan berkas-berkas yang ada di hadapannya.

"Sean?" panggil Anna saat Sean tak kunjung mengeluarkan suara nya.

"Saya nggak sarapan."

"Hah, kenapa?" tanya Anna.

Sean mendongak, "Saya sibuk, kamu keluarlah." ujar Sean terang-terangan mengusir Anna.

Menyengir heran Anna tidak percaya, niat nya baik mau memasakkan suaminya itu sarapan. Tapi pria itu malah mengusir nya.

"Tapi ini kan masih jam lima lewat, kamu masih bisa sarapan loh." ujar Anna masih membujuk Sean, yah walaupun sebenarnya ia sedikit menyesali itu.

"Telinga kamu masih berfungsi kan?"

Membuang mukanya Anna berbalik dan berjalan keluar dari ruang kerja Sean. Itu pertanyaan lebih terdengar sindiran bagi Anna. Padahal niat nya baik banget.

"Masih sehari, tapi rasanya kepalaku sudah mau pecah." cerca Anna menarik pintu Sean kuat sampai menimbulkan bunyi yang kuat. Anna terdiam mengigit bibirnya, takut Sean akan marah karena mengganggu konsentrasi nya.

Buru-buru Anna berlari ke dalam kamar, ia bersembunyi di sana untuk menghindari Sean.

"Ku mohon jangan sampai dia menemukan ku."

Baru lima menit Anna mengucapkan permohonan itu, "Anna keluar." suara Sean sudah terdengar, bahkan pria itu menyebut namanya.

Menepuk jidat nya, Anna merasa ia jadi bego saat bersama dengan Sean. Buktinya sekarang ia malah memilih bersembunyi di dalam kamar yang jelas bersebalahan dengan ruang kerja Sean. Melangkah mendekati pintu, Anna menarik gagangnya dan tersenyum sumringah melihat Sean tepat di depan pintu.

"H-hai, Sean." sapa Anna dengan tangan yang melambai-lambai pada Sean.

Sean tidak menjawab, ia menarik tangan Anna sampai Anna terjungkal ke depan dan menabrak dada sean. Anna membeku, ia tidak tahu harus apa selain diam. Bau parfum Sean kembali tercium oleh nya, bau nya sungguh menenangkan pikiran yang Anna berkelana entah kemana.

Anna semakin terpaku saat salah satu tangan Sean berada di pinggang nya dan menarik Anna untuk lebih dekat lagi dengan pria itu. Perasaan apa ini, dan mengapa jantung nya berdetak sekencang ini.

Mengelus pipi Anna, Sean tiba-tiba mencium bibir Anna. Hal ini semakin membuat Anna panah bukan main. "Saya pergi." ujar Sean mencium kening Anna setelahnya dan di detik selanjutnya pria itu berlalu pergi meninggalkan Anna yang mematung di tempatnya.

Hik hik hik!!

Anna tersedak, menutup mulutnya. "Suara apa itu? Mengapa aku cegukan?" tanya Anna menelan banyak-banyak saliva untuk mengehentikan cegukannya.

Beralih menyentuh bibirnya, bayangkan saat Sean mengecup bibir kembali terlintas di kembali. Anna cepat-cepat menggelengkan kepalanya dan menepuk pipinya beberapa kali.

"Sadar Anna sadar, ini hanya kecupan biasa tidak ada yang spesial. Bahkan diluar sana banyak orang yang juga merasa hal yang sama kayak kamu, tapi mereka belum menikah."

"Beruntung nya kamu sudah menikah jadi itu tidak bisa di bilang zinah kan." lanjut Anna menyadarkan dirinya, jika semua itu hanya hal-hal biasa. Tidak ada yang spesial dari itu kan.

"Aaaahhh! Tidak! Tidak!" Anna berteriak dan langsung berbalik masuk kedalam kamar. Sekeras apapun ia mengelak, tapi yang ia rasakan jauh dari kata biasa saja. Bagi Anna semua itu adalah yang pertama kali, dan perasaan aneh ini adalah perasaan pertama yang ia rasakan selama sembilan belas tahun hidup di dunia.

To be continue...

Mr. PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang