Mr. Perfect 26

5.5K 219 22
                                    

Drama kemarahan antara sepasang suami-istri itu berlangsung lama sampai awan gelap menghiasi bumi dan bulan berada di atas mereka. Kini keduanya berbaring di atas ranjang dengan posisi Sean memeluk erat tubuh Anna dari belakang.

Hal ini tidak bisa diterima baik oleh Anna, sehingga membuat gadis itu risih. Selain itu, Anna juga belum terima Sean bersikap biasa saja saat ia sendiri masih merasa tersinggung.

"Sean iihh, jangan peluk-peluk!" keluh Anna dengan kesal, ia sudah mengatakan hal yang sama sebanyak tiga kali. Tapi Sean, pria keras kepala dan egois itu malah menghiraukan ucapannya dan semakin mempererat lilitan tangannya di perut Anna.

"Sean lepas." sentak Anna memberontak lepas dari lilitan tangan Sean.

"Kalau saya nggak mau, kamu bisa apa?" Anna menelan saliva nya, ia tak berkutik saat Sean bersuara dengan nada dinginnya.

Menghela nafas pasrah, Anna memejamkan matanya, ia berusaha menetralkan dirinya agar bisa tertidur dengan nyenyak. Sehingga keesokan harinya tidak ada lagi drama terlambat dan dipulangkan untuk yang ketiga kalinya.

Jujur itu adalah pengalaman pertama dan kedua Anna yang berujung sangat memalukan. Ia sendiri tidak habis pikir, kenapa ia bisa-bisanya di pulangkan setelah lama menekuni semua peraturan di kampus, tanpa pernah melakukan kesalahan sebelumnya.

"Huh! Sudahi dan lupakan! Masalah mu banyak, jadi berhenti mengingat-ingat kejadian bodoh itu!" batin Anna menegur dirinya sendiri.

Membuka matanya cepat, Anna menggaruk tekuk leher nya tidak gatal. Gadis itu ingin sekali mengubah posisi wenaknya, supaya bisa lebih cepat masuk ke alam mimpi. Tapi lagi-lagi ia harus mengurungkan keinginan nya itu, dimana jika ia tetap kekeh ingin mengubah posisinya, maka Anna harus siap untuk kembali beradu argument dengan Sean yang pada akhirnya akan di menangkan oleh pria itu.

Berbeda dengan Sean, pria itu sangat menikmati pejaman matanya dengan hidung nya yang terus aktif menghirup aroma rambut Anna.

Bergerak gelisah ditempat nya, Anna tak kunjung merasa nyaman. "Kenapa, hm?" tanya Sean menyadari kegelisahan Anna.

Menghiraukan pertanyaan Sean, gadis itu kembali membuat gerakan. Sean yang pertanyaan dihiraukan membuka matanya, dan tanpa aba-aba langsung membalikkan badan Anna untuk masuk kedalam dekapannya.

"SEAN!"

"Sstt, diam dan tidurlah." pinta Sean sembari tangannya menenggelamkan kepala Anna di curut leher nya. Tangan pria itu kembali memeluk Anna dengan mata yang perlahan di pejamkan.

"Tidak. Aku tidak akan bisa tidur dengan posisi ini Sean." ucap Anna masih mengeluh.

"Tidurlah!" tegas Sean memerintah tanpa terbantahkan. Tangan pria itu berkerja untuk menepuk-nepuk kepala Anna pelan, namun disela-sela tepukan itu Sean juga tidak lupa untuk sesekali mengelus lembut rambut Anna.

"Apa perlu saya nyanyikan?" tanya Sean memberi usulan.

"Apa kamu terima penolakan?" sahut Anna kembali melempar pertanyaan yang tidak berhubungan dengan apa yang diharapkan Sean, namun bisa di simpulkan jawabannya.

"Mau lagu apa?"

"Terserah." jawab Anna masih belum mood meladeni Sean.

"..."

Tidak ada tanda-tanda Sean mulai mengeluarkan lantunan nada dari mulut nya. Bukankah tadi ia bilang ingin menyanyikan sebuah lagu untuk Anna. Tapi mana? Kenapa tak kunjung terdengar di telinga Anna?

Anna yang mulai tidak sabar mendengar suara pria itu, keluar dari curut leher Sean untuk mendongak menatap wajah suaminya.

"Sean, kenapa diam? Bukankah tadi kamu ingin bernyanyi untuk ku. Mana? aku tidak mendengar lantunan apapun." tanya Anna yang malah menemukan Sean dengan mata tertutup.

Mr. PerfectWhere stories live. Discover now