Mr. Perfect 15

6.7K 229 0
                                    

Membuka matanya, Sean terbangun dari tidur. Menyibak selimut yang menutupi tubuh nya, Sean melirik sisi ranjang dan tidak mendapatkan keberadaan Anna di sana.

Sampai saat ini Sean tidak percaya jika Anna akan mematuhi nya untuk bangun sebelum jam 04.00 pagi. Ia awalnya mengira Anna adalah gadis keras kepala yang susah di atur.

Tidak memusingkan itu, Sean beranjak berdiri dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersiap pergi ke kantor.

Setalah selesai dengan bersih-bersihnya Sean keluar dan langsung menuju ke ruang ganti. Hal pertama yang selama sebulan ini ia lihat saat memasuki ruang ganti di pagi hari adalah stelan jas yang tertera rapi di atas kursi.

Sean nggak tahu apa sebenarnya niat Anna melakukan hal seperti ini. Menghiraukan stelan jas itu, Sean lebih memilih mengenakan stelan jas lain, ketimbang ia harus menghargai usaha Anna.

Drrttt drrttt drrt!

"Pagi tuan, maaf saya menggangu."

"Kenapa?"

"Saya ingin menyampaikan, jika pertemuan anda dengan tuan Arfat di percepat dari jam sebelumnya. Dan sudah di tetapkan, jika pertemuannya akan berlangsung di perusahaan kita dan bukan di perusahaan tuan Arfat." ucap Sonya menyampaikan perbaruan dengan jelas pada Sean.

"Baik."

Mematikan panggilan, Sean mengatongi ponsel nya dan kembali merapikan kerah baju yang sebelumnya terhenti saat ponsel nya berdering.

Mengenakan jam tangan nya sambil berjalan keluar dari kamar. Baru membuka pintu, aroma makanan sudah tercium di indra penciuman Sean.

"Pagi." sapa Anna saat membalikkan badannya, dan melihat Sean di depan nya.

Anna menghela nafas saat melihat pakaian Sean. Lagi-lagi Sean tidak menghargai nya. Bukan lagi-lagi tapi hampir tidak pernah menghargai usahanya.

Melirik meja makan, Anna bisa menebak jika hari ini Sean juga tidak akan menyentuh masakan nya.

Entah kenapa Sean begitu dingin dan bodo amat pada nya. Padahal yang memaksa untuk menikah adalah Sean, tapi yang tidak menghargai hubungan itu juga Sean.

Tidak menggubris keberadaan maupun sapaan Anna, Sean berjalan melewati Anna.

"Selalu begini, kapan coba dia menghargai ku?"

Memutar balik badannya, Anna berjalan menyusul Sean di belakang pria itu. "Sean," panggil Anna "Sean kamu nggak sarapan?" tanya Anna dari belakang Sean.

"Oke, terserah kamu serapan atau tidak, aku nggak akan memaksa. Tapi seenggaknya kamu minum air sedikit." bujuk Anna lagi saat tangan nya menggapai gelas yang berisi air di atas meja.

Masih tidak menggubris Anna, Sean terus melangkahkan kakinya hingga keluar dan langsung masuk kedalam mobil. Menghidupkan mesin mobil, pria itu sama sekali tidak melirik Anna yang masih mematung di ambang pintu depan segelas air di tangan nya.

Saat pagar otomatis terbuka, mobil Sean keluar dan berlalu dengan kecepatan tinggi dari penglihatan Anna.

Pagar otomatis tertutup dan Anna tidak lagi memiliki harapan untuk Sean meminum air yang ia pegang ini. Tidak menyia-nyiakan berkat Tuhan, Anna meneguk air itu sampai habis tak tersisa.

"Jelas aku tahu jika Sean akan menolak semuanya dan aku masih kekeh berusaha."

"Bukankah aku begitu naif." ejek Anna pada dirinya sendiri dan berbalik masuk kembali kedalam rumah.

♡✎♡

"Apa!?"

"Huh, aku tidak menyangka kalau Milka seantusias itu." tutur Racah.

Mr. PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang