5

2.9K 345 12
                                    

"Kau menangis?"

Menangkap suara yang menjengkelkan (Name) mengusap sudut matanya kasar.

"Sepertinya sifat cengengmu juga ikutan abadi ya." Sukuna yang tengah duduk diteras kuil menatap sang puan dengan sorot mata yang mengejek.

(Name) tak menjawab, dia sadar diri datang mengunjungi Sukuna saat butuh doang. Tapi rasa kesalnya jauh lebih besar daripada rasa sadar dirinya.

"Kuilmu juga masih sama bau, tidak berubah dan masih berbau anyir." (Name) ikut meledek sang raja kutukan.

"Meledek kuilku huh? Ingat kau tumbuh dan berkembang disini." Sarkas Sukuna.

"Tidak peduli tuh~" Mengabaikan ucapan sarkas Sukuna, (Name) melenggang masuk ke dalam kuil yang menghantarkan sensasi dingin dan sedikit lembab.

"Sangat tidak tau sopan santun hahh." Sukuna menghela nafas, sudah menduga sang puan pasti berlaku seenaknya lagi. Memangnya sejak kapan dia menuruti perkataan Sukuna? Dia sudah kebal dan tahan banting, tak pernah memedulikan perkataan sang raja kutukan. Memang perintah sang raja bersifat mutlak dan tak terbantahkan, tapi ada pengecualian untuk (Name) sendiri.

(Name) memperhatikan setiap sudut dan lorong kuil milik Sukuna, tak banyak yang berubah masih tetap gelap, sunyi, dan agak suram. Kaki dilangkahkan menuju letak kamarnya berada. Sudah berapa lama ia tak kemari? Kendati tak pernah ditempati, kamarnya masih tetap bersih dan rapi. Sepertinya Uraume rajin membersihkannya. Walau Uraume membenci (Name), tapi terkadang babu Sukuna itu sangat menyayanginya. Seperti punya love hate feeling padanya.

Tubuh direbahkan diatas futon, (Name) memeluk erat bantal yang berada diatas futon tersebut.

"Cape deh." Gumamnya.

Badannya berbalik menatap langit langit kamar dengan pandangan melamun.

"Sukuna masih didepan ya?" Monolognya pada diri sendiri.

Terlalu lama melamun membuat kantuk menyerbunya lebih cepat. Matanya pun perlahan mulai terpejam, alam mimpi pun mulai menerjangnya.

"Hei apa kau gila? Selama ini kau tinggal dengan seorang kutukan!"

"Dia cewek gila!!"

"(Name) cewek gila!!"

"Lihat saja, palingan hidupnya juga tak akan lama! Cepat ataupun lambat pasti dia akan jadi makanan lezat bagi raja kutukan itu hahahahaha!!!"

Tawa mereka menggema bersautan, gadis kecil itu menatap beberapa bocah sebayanya nyalang, telinganya ditutup menggunakan kedua telapak tangannya, air mata menggenang dimanik matanya, ingin menangis namun tak ingin dikatakan cengeng oleh sang raja kutukan lagi dan lagi.

"Aku bukan makanannya!! Liat saja besok aku pasti jadi istrinya!!" Teriak bocah kecil bernama (Fullname). Sejak kecil (Name) sudah bertekad ingin menjadi istrinya Sukuna, meski pada usia itu dirinya masih tak tahu apa itu istri. Seseorang hanya pernah memberitahunya bahwa istri adalah pendamping sehidup semati untuk orang yang disayanginya, (Name) menyayangi Sukuna. Oleh karena itu, dirinya bertekad ingin menjadi istri Sukuna kelak.

Tawa kian membesar dari kumpulan bocah itu. "Kalian dengar? Dia bilang istri, benar benar sinting! Mana ada manusia menjadi pendamping hidup kutukan, dasar gila!!" Cemooh salah seorang dari mereka.

(Name) kecil ingin menghajarnya, membogem anak perempuan yang berkata ia tak bisa menjadi istri Sukuna. Mengapa rasanya begitu mengesalkan kala kalimat itu terucap dari bibir tak terdidiknya? (Name) geram, memilih lari daripada terus berurusan dengan bocah tak punya kerjaan seperti mereka. Andai ini by one pasti sudah dipukulnya anak tadi, tapi sayang kalau (Name) melawan pasti mereka keroyokan.

𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]Where stories live. Discover now