20

1.4K 161 3
                                    

"Jangan, ibuku itu abadi, dia tidak akan mati dengan cara apapun." Kepalanya menunduk murung, dilema menyerbu dirinya. Kaindra memijit pangkal hidungnya yang terasa pening.

"Lalu? Kau akan biarkan dia begitu saja hanya karena dia pernah menjadi ibumu?" Senyum remeh terbit, Kaindra menggertakan giginya kesal dengan ucapan salah-satu petinggi.

"Mungkin kau lupa ini. Tapi, biar aku ingatkan lagi bahwa wanita yang kau anggap sebagai ibu itu adalah penghianat umat manusia!" Netra penuh kebencian menatapnya tajam.

"Diam! Aku tidak butuh opini sampahmu disini!" Netranya menyala, menatap nyalang ke arah lawan bicara dengan telunjuknya menunjuk wajah lawan bicaranya.

Hembusan nafas panjang ia keluarkan, Kaindra memejamkan mata sembari berfikir tenang.

"Aku punya sebuah rencana.. Ibuku tidak bisa mati, ayahku juga sulit untuk terbunuh.. Daripada menambah banyak korban jiwa, lebih baik kita segel saja mereka berdua." Usul Kaindra. Tetap menyebut Sukuna dan pendampingnya sebagai orangtua tanpa malu. Walau cemoohan sudah seperti makanannya sehari-hari. Remaja berusia 18 tahun itu sudah kebal.

"Apa? Bagaimana jika suatu saat segel itu malah terlepas?! Kau mau bertanggung jawab dikuburmu?!"

"Sudah ku bilang ini rencana terbaik yang bisa kita lakukan! Aku sudah menciptakan segel yang sampai kapanpun tidak akan bisa terbuka!"

Keduanya bersitegang, sampai ketua organisasi mengintrupsi keduanya.

"Sepertinya aku setuju dengan usulannya, korban jiwa sudah banyak yang berjatuhan. Sukuna dan pendampingnya memang tidak bisa dibunuh, lebih baik kita menyegelnya."

Kaindra mengangkat tangannya ingin mengusulkan pendapat lagi.

"Aku ingin penyihir rank tinggi yang menyegel Sukuna. Urusan ibuku, biar aku sendiri yang menyegelnya dengan tanganku ini." Kaindra menunduk, mengepalkan tangannya kuat.

Beberapa diantara mereka menatapnya tak suka, tapi beberapa juga menatapnya iba. Anak mana yang mampu menyegel ibunya sendiri? Beberapa petinggi mengerti perasaan itu. Kaindra adalah anak yang kuat. Mampu menyetarakan antara logika dan perasaannya.

Beberapa diantara mereka mulai merubah pandangan mereka mengenai pendamping Sukuna, sepertinya dia wanita yang baik. Mengapa mereka berfikir seperti itu? Sudah pasti jawabannya ada pada sorot mata bocah ahli jujutsu itu.

Netranya nampak sangat menyayangi ibunya, mereka mengiba namun tak bisa berbuat apa-apa, karena sejak awal takdir mereka sudah bertentangan.

Tidak ada yang salah pada keduanya, yang salah adalah takdir yang mempertemukan mereka dengan kasih sayang yang melebar seiring berjalannya waktu.

"Baiklah, tidak masalah sama sekali." Ketua organisasi menyetujui.

Dengan titah terakhir itu berakhirlah rapat pertemuan itu.

Bohong, Kaindra berbohong. Namun tak sepenuhnya berbohong. Anak itu hanya tidak bisa menyakiti kedua orangtuanya, meski batin menangis darah pun tidak akan pernah mengubah takdir yang telah terjalin.

Batin bertengkar dengan logika, sanggupkah dia menyegel ibunya sendiri?

"Maaf mama.. Aku anak tidak tau diri." Dalam kesendirian pemuda itu menangis, meraung sembari memukuli dadanya yang terasa nyeri.

"Aku tidak pantas menjadi anakmu-

"-Aku tidak pantas menerima kasih sayangmu yang tulus.." Terduduk sembari menjambak surainya kasar. Kaindra begitu frustasi dengan pilihan yang menyulitkan dirinya.

𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang