18

1.3K 181 5
                                    

Beribu kata maaf pun tak bisa menggantikan kedua netra yang kini telah buta itu.

Penyesalan selalu mengikuti, terlebih kala Kaindra melihat ibunya menangis dalam keheningan malam. Dengan kupu-kupu dan kunang-kunang mengelilinginya.

Saat itu, kumpulan kupu-kupu itu bergabung, membentuk perawakan seorang wanita bersinar dengan tudung yang menutupi wajah serta surai panjangnya.

"Maaf, aku lagi-lagi melanggar peringatanmu."

"Aku tau.. Karena itu, kali ini kau pasti akan patuh kan?" Senyum tipis terbit walau tak terlihat. Pendamping Sukuna mengangguk samar, karena apabila ia melanggar perintah takdir untuk yang ketiga kalinya maka sama artinya melanggar janji yang disepakati, dimana keabadian (Name) dipertaruhkan disini.

(Name) mengangguk walau sedikit ragu, tak yakin apakah ia bisa menepatinya atau tidak. Tapi lagi-lagi batinnya terasa nyeri kala membayangkan raga menghilang dari pandangan sang raja. Eksistensinya akan terhapus, dan (Name) tak mau hal itu terjadi.

"Aku yakin kali ini kau akan mengerti, (Name).. Patuh ya? Kau ingin selalu bersama Sukuna kan? Jangan langgar perjanjian kita jika kau tak ingin menghilang untuk selamanya."

Wajah memucat, (Name) sulit hanya untuk sekedar berkata iya. Menangis sejadi-jadinya pun tak akan merubah apapun. Gadis itu menangis pilu dalam dekapan wanita bercahaya itu.

Kaindra yang melihatnya merasa sesak. Menyalahkan diri sendiri, karena dia ibunya jadi menderita seperti itu.

Sejak kejadian itu ibunya tak lagi pernah keluar kuil, Sukuna benar-benar ketat dalam menjaga pendampingnya itu. Seperti yang dikatakannya sebelumnya, (Name) akan terkurung selamanya di kuil. Bukan tanpa alasan Sukuna melakukan itu, para penyihir jujutsu mulai mengincar miliknya dan dia paling tidak suka apabila (Name) ikut terseret dalam permasalahannya yang cukup rumit dengan para penyihir jujutsu.

Namun, pendamping Sukuna itu tak mengerti. (Name) mengira ia dikurung sebagai bentuk hukuman akibat dirinya yang selalu membangkang. Nyatanya ia salah besar. Sukuna, sang raja kutukan itu melakukannya karena tak ingin sang pendamping tersakiti jauh lebih dalam. Semata-mata ingin melindungi wanitanya, tanpa mengatakan bahwa ia akan melindungi selamanya.

Lagi, tawaran menjadi penyihir jujutsu kembali di dapatinya.

Wajah anak itu terlihat amat lelah, bagaimana tidak? Penyesalan selalu menghantuinya bagai mimpi buruk di tiap malam yang terlewati.

"Kau yakin tidak mau? Demi ibumu, kalau kau sudah mahir menggunakan potensimu.. Jangankan melindungi, membahagiakannya saja kau bisa melakukannya."

Tawaran yang menggiurkan, tapi nyatanya bagai sebuah harapan yang tak dapat dipegang. Kaindra tak ingin mendapatkan sesuatu yang tak pasti bisa digapai.

"Kau tidak lelah menjadi beban? Tidakkah kau merasa bersalah atas apa yang terjadi pada ibumu?"

DEG

Perasaan bersalah mulai menghampiri, keringat dingin mengucur membasahi pelipis anak itu. Jantungnya berpacu cepat. Netranya membulat dengan tangan gemeteran hebat.

"Apa yang kau tau tentang hidupku?!!!" Teriaknya.

"Tenanglah, aku tak berniat untuk menyulut perkelahian denganmu. Yang aku maksud disini itu jadilah kuat untuk ibumu."

Detak jantungnya menormal, nafasnya mulai teratur. Tanpa sadar bibirnya mengurva ke atas membentuk lengkungan indah.

Ya benar, dia bisa melakukan itu. Sesuatu yang bisa digapai. Menjadi kuat demi ibunya. Hatinya menghangat, Kaindra bisa melakukan itu untuk ibunya, setidaknya ia tidak akan menjadi beban lagi bagi keduanya, baik itu Sukuna maupun pendampingnya.

𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang