24. Sifat Tidak Terduga (Aqila) dan Masuk Kelas

38 8 16
                                    

"Sayangnya aku tidak bisa." Kataku.

Aqila menatapku tidak percaya kalau aku tidak bisa melakukan sihir. Bisa dibilang aneh sih, aneh banget. Mana mungkin aku tidak memiliki kelas dan sihir.  Jika memang aku tidak memiliki kelas apalagi sihir? Aku tidak akan pernah ada di sekolah mirror ini dan disisi lain, aku juga tidak mau meninggalkan Salsa dan Ika disini.

Ini pilihan yang sangat rumit buatku.

"Kau tidak memiliki sihir dan kelas?" Tanyanya dan mengangguk mengiyakan  sebagai jawabanku. Wajahku untuk pertama kalinya sedih dihadapan orang lain selain, papa, mama dan Mas Dicky.

  Aqila segera merangkul bahuku, tersenyum. "Tenang aja, pasti ada kok. Jika kau menjadi penyihir terpilih pasti semua penyihir bakal kagum denganmu."

"Be-benarkah?" Aqila mengangguk mengiyakan dan tersenyum menjawab pertanyaan ku,"benar."

Kami berempat masuk ke dalam ruangan kepala sekolah. Pria paruh baya yang tengah duduk membaca buku fashion segera meletakkan buku tersebut melihat ke arah kami dengan tersenyum lebar. Pak James langsung merangkul Yudistira dan Aqila dengan perasaan senang. Aku dan Arya hanya bisa tersenyum menatap pemandangan langkah ini.

  Pak James melepaskan pelukannya dan mengelus rambut Aqila lembut, berkata,"anakku satu ini semakin hari semakin cantik deh." ucapnya sedikit menggoda Aqila. Gadis itu hanya bisa tersenyum mendengar Pak James bilang seperti itu.

"Ah, Papa James selalu bilang begitu. Papa nggak kangen sama aku dan Mas Yudistira?" Tanyanya.

"Jelas kangen lah. Yudistira ini kayaknya tambah keren walau badannya kurus." Komentar Pak James membuat Yudistira berdecih kesal mendengarnya.

"Berhentilah! Menghinaku seperti itu, Pak James! Aku ini udah beda loh tanya aja sama Qila." Kata Yudistira sedikit tidak terima. Aqila menatap tajam ke Yudistira.

"Apa itu benar? Aqila?" Tanya Pak James ke Aqila.

"Yang dikatakan Mas Yudistira benar kok, Papa James. Dia udah beda dan bertambah kuat, kami berdua selalu bersama di luar sana. Papa James nggak akan pernah percaya kalau kami berdua sering bertemu dengan hewan-hewan sihir yang kuat." Kata Aqila menceritakan sedikit tentang petualangan mereka berdua.

Aku jadi penasaran dengan kehidupan luar sekolah tapi mengingat disini ada bangunan asrama sekolah yang aku belum tahu, letak asrama sekolah ini berada dimana? Pak James tersenyum penuh arti melihat Aqila dan Yudistira bergantian.

"Serius hanya itu?"

"Iya, hanya itu. Memangnya ada hal yang lain?" Tanya Aqila mengerutkan kening, nada heran. Aku yang merasa tidak enak hanya bisa diam sembari melirik ke Arya sedikit mendongak.

Arya menoleh ke arahku dengan wajah yang mengisyaratkan "ada apa?" Aku menyuruhnya sedikit menunduk dan berbisik di telinganya. Ini hanya feeling ku saja sih, pertanyaan yang akan keluar dari mulut Pak James. Arya hanya mengangguk mengiyakan dan menatap mereka bertiga.

"Iya ada. Seperti kedekatan kalian berdua, jatuh cinta begitu."  Kata Pak James tertawa terbahak-bahak.

"PAK JAMES!" seru mereka berdua kompak sedangkan aku dan Arya hanya bisa menggeleng, tidak berani tertawa pecah.

  Selama di ruangan kepala sekolah ada-ada saja keributan di sana. Aku tidak menyangka saja kalau Aqila memiliki sifat yang tidak terduga jika aku melihat wajah Aqila—ia cenderung serius kayak aku gitu, serius dan tidak bisa diajak bercanda. Namun, dugaan ku salah.

  Aku melirik ke Yudistira yang hanya diam melihat tingkah laku Aqila, tengah bersenang-senang adu sihir dalam ruangan bersama Pak James.

"Mas Yudistira?" Panggilku membuat si empu menoleh dan berkata,"ada apa?"

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang