Bab 2

8.4K 145 3
                                    

Tok tok tok.

Sura ketukan pintu membuat Gaby menghapus air matanya berharap itu bukan El dan berniat membawanya kabur.

"Non Gaby, saya bi Jum. Saya bawa makanan untuk non." Ucap Bi Jum kemudian membuka pintu.

Pupus sudah harapan Gaby ternyata pembantu di rumah ini.

Bu Jum melangkah masuk kemudian mengunci kembali pintu lalu meletakan makanan di atas meja nakas.

"Di makan dulu non abis itu bibi panggilkan tukang pijet."

"Saya ga mau makan Bi. Saya mau pulang tolong biarin saya pulang Bi saya mohon." Ucap Gaby menatap sendu Bi Jum sambil meneteskan air matanya kembali.

Bi Jum duduk di sebelah Gaby menatap wajah Gaby sendu. Ada rasa kasihan dalam hatinya namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena ia bekerja di sini untuk Tuan muda El.

"Maafkan bibi non, bibi ga bisa bantu non untuk kabur. Saran bibi lebih baik non nurut aja karena tuan muda itu ga suka di bantah. Semakin non memberontak tuan muda semakin memaksa."

"Saya ga bisa bi tinggal serumah sama orang bajingan kayak dia hiks...hiks hikss lagi pula saya ga kenal dia tiba-tiba saya di culik ke sini saya mohon bi bebasin saya dari neraka jahanam ini."

"Maaf non sekali lagi bibi ga bisa bantu non, kalau non berpikir tuan muda bajingan tidak mungkin tuan muda mau bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat. Memang caranya salah mendapatkan non tapi percaya sama saya non tuan muda tidak pernah seliar ini. Jujur saya kaget mendengar tuan muda mengatakan kalau dia menghamili seorang wanita. Saya yakin tuan muda itu cinta sama non jadi tuan muda menghamili non karena tuan muda ga mau non di ambil sama orang lain." Nasehat Bi Jum.

Gaby memijat pelipisnya yang terasa pusing "Saya ga perduli bi dia cinta sama saya. Tolong bibi bilangin sama dia bebasin saya. Saya ga butuh pertanggung jawabannya. Saya bisa urus anak ini sendiri." Ucap Gaby.

Gaby sudah memutuskan untuk merawat anak ini sendiri. Ini cara agar ia bisa lepas dari El. Setelah El melepaskannya Gaby akan menggugurkan bayi sialan ini.

"Baik non saya akan sampaikan, permisi." Bi Jum melangkah pergi dari kamar.

Gaby kembali menangis. Ia enggan menyentuh makanan itu lebih baik ia mati di bandingkan harus menuruti kemauan El bajingan itu.

Pukul 06.00 Wib Sore, Gaby sudah tertidur akibat lelah menangis.

El melangkah memasuki rumah sehabis mengurus surat-surat pernikahannya besok. Ia tak mau menunggu lama apapun El lakukan untuk mempercepat pernikahannya.

"Selamat sore Tuan." Sapa Bi Jum

"Sore Bi, Dimana Gaby Bi?." Tanya El.

"Nyonya di kamar tuan." Jawab Bi Jum.

El mengganguk kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamar Gaby calon istrinya.

Setiba di kamar Gaby El membuka pintu dengan kunci yang ia pegang.

Hal pertama yang El lihat Gaby tengah asik tidur. El melangkah masuk kemudian menutup pintu. El berjalan menghampiri Gaby lalu duduk di ranjangnya.

El menatap makanan yang masih utuh di meja nakas. El menggelengkan kepalanya Gaby belum makan dari pagi. Jujur saya El khawatir akan kesehatan Gaby dan anaknya.

Harus dengan cara apa lagi agar Gaby mau menuruti perintahnya?.

El menghusap pipi Gaby "Bangun makan dulu."

Gaby mengerjapkan matanya merasakan keberadaan seseorang. Gaby melihat El di sampingnya dengan cepat Gaby duduk lalu menjauh "Pergi Lo." Bentaknya.

"Makan dulu baru gue pergi."

"Gue mau makan asal Lo lepasin gue dari sini. Gue bisa ngurus anak ini sendiri."

El menatap Gaby lekat "Gue ga percaya Lo bisa jaga bayi kita. Lebih baik Lo makan percuma Lo mau ngomong seribu kali sampe mulut Lo berbusa gue ga bakal ngelepasin Lo." Tekan El.

"Kenapa Lo egois? Hikss..hikss.. " Tangis Gaby kembali.

"Karena gue khawatir sama bayi kita."

"Kenapa sih bayi ini harus hadir gue benci bayi sialan ini karena dia gue ga bebas hikss.. hikss..hikss.." Tangis Gaby sambil memukul perutnya.

Dengan sigap El menahan tangan Gaby mengehentikan aksi brutal Gaby "Stop!!! Bayi itu ga salah Gaby!!." Bentak El.

Kesabarannya sudah habis.

"Bayi ini salah!!! Karena bayi ini gue harus satu rumah sama Lo gue benci bayi ini dan gue juga benci sama Lo brengsek hiks..hikss..hiks.."

"Sampai kapan Lo mau berontak kaya gini? Ouh atau emang Lo ga bisa di bicarakan baik-baik. Oke kalau itu mau Lo. Lo pilih keluarga Lo jatoh miskin jadi gelandangan atau Lo bebas."

Gaby menampar pipi El kencang
"Jangan pernah Lo bawa-bawa orang tua gue." Murka Gaby. Orang tua adalah segalanya untuknya.

El menatap Gaby lekat tamparan gadis itu sangat kuat pipinya terasa panas namun ia berusaha sabar karena gadisnya tengah mengandung anaknya "Pilihan ada di tangan Lo. Lo inget kalau ucapan gue ga pernah main-main jadi lebih baik Lo pikirin gue kasih waktu sampe jam 8 malem." Ucap El kemudian melangkah keluar dari kamar.

"Dasar Cowok pemaksa, bajingan, setan, anjing, babi, sialan!!!!!! Hikss..hiksss..." Umpat Gaby lalu menangis tersedu-sedu.

Gaby akui ia salah tengah berurusan dengan cowok ganteng namun seperti ibilis, Gila, pemaksa dan egois.

Jika waktu boleh di putar Gaby tidak akan pernah mau mengenal El Doni Bagaskara.

Ia muak dengan hidup lebih baik ia mati namun Gaby masih sayang dengan nyawanya sendiri. Yang Gaby lebih takuti adalah Ancaman cowok iblis itu karena menyangkut kedua orang tuannya. Gaby tau kedua orang tua El punya kuasa lebih besar dari siapa pun.

*********
Jangan lupa vote and comment yaaa maaci🤗

Pushy Boy (Cowok Pemaksa) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang