Bab 12

3.3K 57 3
                                    

Aku memang dendam padamu tapi sebagai manusia aku punya setitik sisi kebaikan - Gaby

Gaby kembali ke kamar El membawa nampan berisi bubur dan obat penurun demam. Gaby menaruh nampan tersebut di atas meja nakas.

Gaby duduk di tepi ranjang El, kembali membangunkannya "El, ayo bangun sarapan dulu abis itu minum obat." Ucap Gaby sambil menghusap pipi El lembut.

El menggerjapkan matanya perlahan, kepalanya terasa sangat pusing sekali namun melihat Gaby di hadapannya dengan raut wajah khawatir tapi masih tetap saja cantik, El tersenyum.

"Malah senyum ga jelas, ayo sarapan dulu El nanti keburu dingin buburnya." Ucap Gaby Bawel.

El beranjak duduk, menyandarkan tubuhnya pada dinding kasur.

Gaby meraih semangkuk bubur lalu memberikannya pada El "Ayo makan."

"Suapin atau ga makan sama sekali." Ucap El.

"Kamu kan punya tangan El, ayo makan sendiri jangan kayak anak TK." Balas Gaby.

"Aku mau lanjut tidur aja."

"Iya, iya aku suapin."  Gaby menyendokan bubur ke arah mulut El. El menerima dengan senang hati.

Sehabis makan, Gaby menaruh mangkuk bubur yang habis kembali di atas meja nakas lalu memberikan obat penurun demam pada El "Di minum obatnya El biar demam kamu turun ya."

"Aku ga mau minum obat, buang aja!." Tolak El.

"Kok di buang, nanti kamu tambah demam El kalau ga minum obat." Ucap Gaby lembut sesabar mungkin.

"Ga, Aku ga suka minum obat." Tolak El.

"Yaudah kalau kamu ga mau minum obat tapi nanti demam kamu nanti ga turun-turun El."

"Aku mau peluk Kamu aja, demam Aku pasti bakal turun." Ucap El.

Gaby menatap El kesal "Ga lucu El, kamu lagi demam kok malah di peluk, Ga bakalan sembuh."

"Sembuh, makannya peluk Aku." Ucap El.

"Gamau!." Tolak Gaby lalu beranjak pergi.

Namun dengan cepat El menarik Gaby hingga jatuh di sampingnya.

"Kamu mau lihat aku demam terus? Ga kasihan sama aku?." Tanya El menatap Gaby lekat.

Wajah Gaby dan El hanya berjarak 5 cm. Bahkan seru Deru nafas El Gaby dapat dengar.

CK dasar modus, pemaksa. Oke fine Gaby untuk kali ini aja Lo harus berbaik hati sama El. Jangan salahin gue kalau persaan Lo semakin dalam El karena pada saatnya gue pasti pergi dari hidup Lo batin Gaby

"Iya, iya aku peluk." Gaby memeluk tubuh El erat. Gaby menenggelamkan wajahnya di balik bidang dada El. Satu tangannya terulur menghusap rambut El lembut.

El tersenyum senang, lantas meraih selimut menutupi tubuh mereka berdua lalu memejamkan matanya kemudian tidur.

Kedua insan yang berbeda hati ini memberikan kehangatan satu sama lain di suasana hujan yang mengguyur kota mereka.

Pukul 05.00 wib Sore Gaby terbangun dari tidurnya tangannya terulur memeriksa suhu tubuh El. Sudah tidak demam.

Secepat itukah? Demamnya Turun. Gaby melongo tak percaya ucapan El benar katanya demamnya akan turun bila ia peluk.

Gaby melepaskan pelukan El perlahan, El menggerjapkan matanya ikut terbangun "Makasih Gaby, demam aku turun karena kamu." Ucap El.

"Sama-sama, kalau gitu aku mau balik ke kamar." Gaby hendak beranjak dari kasur.

"Di sini aja temenin aku." Ucap El.

"Aku mau makan. I- iya mau makan dulu." Dengan cepat Gaby melesat pergi menuju meja makan di lantai bawah.

El tersenyum senang, Gaby sangat gugup dan pipinya merona. Akankah Gaby sudah mencintainya?.

El berharap Gaby sudah mencintainya walaupun sedikit, hanya sedikit El pasti akan sangat bahagia.

El kembali tersenyum, gadisnya memang mampu membuat jantungnya berdebar-debar dengan cepat.

"CK, kayaknya gue harus konsultasi ke dokter jantung." Gumam El lalu kembali memejamkan matanya.

****************

Pagi hari kembali tiba, matahari memancarkan sinar pada bumi. El sudah siap dengan seragam sekolahnya.

El melangkah menuruni anak tangga rumahnya untuk sarapan di meja makan. Sehabis makan, El melangkah menuju parkiran mobil. Mobil melesat tinggi menuju sekolah.

Setiba di sekolah, El melangkah turun menyusuri koridor yang ramai akan orang berlalu lalang menuju kelas.

Sesampai di kelas, El berjalan memasuki kelas lalu duduk di bangkunya.

"Woy El kemarin Lo kemana anjir ga masuk? Bolos Mulu Lo." Ucap Gian.

"Sakit gue" balas El.

"Terus kemarin siapa yang rawat Lo El? Bonyok Lo kan di luar negeri." Ujar Riko.

"Gaby." Jawab El pelan.

"Serius? Sumpah? Demi apa?." Cerocos Valen.

"Hm."

"Gila sih, Gaby si gadis barbar bisa ngurus Lo juga haha. Jantung Lo gimana aman ga?." Kekeh Riko.

"Nanti mau gue konsultasi ke dokter. Jantung gue kayak sering berdetak lebih cepat gitu." Jawab El seadanya.

"Si bego! itu mah tandanya Lo beneran cinta sama Gaby makanya jantung Lo Jedar jedur ." Ucap Valen.

Bel masuk berbunyi, aktivitas mengobrol mereka terhenti saat guru berseragam Dinas melangkah memasuki kelas.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa Pak Joni.

"Pagi Pak." Sapa seluruh murid serempak.

"Hari ini kita kedatangan murid baru, kamu silahkan masuk nak perkenalan diri kamu." Ucap pak Joni.

Gadis berambut sepinggang yang di panggil pak Joni melangkah masuk ke dalam kelas.

"Perkenalkan nama saya, Veyla Monica Lusina. Saya pindahan dari SMA Starla Amerika. Saya harap kalian semua bisa berteman baik dengan saya." Ucap Veyla.

Deg

El yang tengah asik membaca buku pelajaran, mendengarkan nama yang familiar di kupingnya terkejut lantas menatap ke arah depan.

El memijat pelipisnya saat melihat wajah yang bernama Veyla. Veyla sahabatnya saat sekolah dasar pindah sekolah ke sekolahnya, bagaimana bisa bukannya ia mengatakan tidak akan pernah kembali lagi?.

"Veyla kamu bisa duduk di bangku yang kosong ya." Ucap Pak Joni.

Veyla melangkah menuju bangku yang tersisa lalu duduk. Pelajaran di mulai, pak Joni mulai menjelaskan materi.

Tak terasa bel istirahat berbunyi, Murid-murid berhamburan keluar kelas menuju kantin. Tetapi tidak dengan keempat Cs yang masih berada di dalam kelas.

"El ayo kantin laper gue." Ajak Valen.

"Lo pada duluan aja, gue ada urusan." Ucap El.

"Kuy." Ajak Riko lalu mereka melangkah pergi.

El menatap Veyla dari bangkunya barisan belakangan, Ada sedikit kerinduan dalam hatinya. Selama belasan tahun tak berjumpa ingin rasanya El menanyakan kabarnya.

Namun El menepis pemikiran itu, untuk apa? Veyla sendiri yang meninggalkanya dan mengucapakan kalimat tak akan pernah kembali lagi. El tak akan pernah menggangap kehadirannya ada.

El melangkah menuju kantin, namun panggilan namanya membuat langkahnya terhenti.

Veyla menghampiri El dengan senyuman manisnya "El, apa kabar?." Tanya Veyla tak berdosa.

El berusaha untuk tidak merespon toh yang berlalu biarlah berlalu. El kembali berjalan namun sebuah cekalan tangan lembut Veyla menghentikannya.

"El aku minta maaf." Lirih Veyla.

********

Bersambung haha jgn lupa vote and comment guyss

Pushy Boy (Cowok Pemaksa) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang