Bab 8

4.2K 75 0
                                    

Pukul 09.00 wib Malam. Gaby terbangun dari tidurnya. Gaby menggerjapkan matanya lalu beranjak duduk badannya terasa pegal akibat ketiduran di sofa.

Ting tong, bel berbunyi.

Gaby melangkah menuju pintu utama rumah El. Ada sedikit rasa ketakutan siapa yang bertamu di rumah sebesar ini pukul 09.00 wib malam.

Sesampai di depan pintu kebesaran Gaby mengintip di balik lobang pintu yang tersedia. Ternyata El, tumben sekali El pulang jam segini masih dengan pakaian seragam sekolah.

Dengan malas Gaby membuka pintu.

Grep.

El memeluk Gaby erat.

"Lepas El kamu mabuk." Gaby mendorong tubuh El.

El malah semakin mempererat pelukannya "Biarin kayak gini dulu sebentar aja, aku mohon." Ucap El lirih.

"Hm."

"Jangan salahin gue kalau Lo jatuh cinta sama gue lebih dalam El karena gue ga akan pernah bisa balas perasaan Lo bahkan sampai kematian." Batin Gaby lalu tersenyum smirk di balik punggung El.

Setelah puas memeluk Gaby, El melepaskan pelukannya.

"Kamu kenapa mabuk?." Tanya Gaby melihat raut wajah El yang sangat berantakan.

Gaby hanya penasaran dan merasa sedikit kasian pada El.

El tak menjawab, malah menggendong Tubuh Gaby dengan ala bride style menuju kamar Gaby.

Sesampai di kamar Gaby, El merebahkan tubuh Gaby di atas kasur. El menarik selimut Sampai bidang dada Gaby "Tidur, udah malem." El hendak melangkah pergi.

Gaby menarik tangan El kasar hingga jatuh di samping Gaby. Jujur saja El sedikit terkejut dengan tingkah Gaby apalagi saat ini wajah El berdekatan dengan Gaby.

El merasa kehabisan oksigen!

Untung saja El masih setengah sadar kalau tidak sudah habis Gaby malam ini!.

"Babynya lagi nendang ga bisa tidur kalau ga di temenin papanya." Ucap Gaby seadanya.

Jujur saya Gaby sebenarnya muak harus tidur di samping El namun bayi yang di dalam perutnya memaksanya untuk selalu berada di samping El. Terpaksa, Gaby harus menurunkan harga dirinya namun Gaby merasa bahagia karena lewat bayinya Gaby bisa menjalankan balas dendam suatu saat nanti.

"Baby, jangan nakal ya udah malem. Bobo ya sayang." El menghusap perut Gaby lembut.

"Makasih El" Ucap Gaby lalu tersenyum manis.

"Sama-sama, aku balik ke kamar dulu." El hendak beranjak namun lagi-lagi Gaby membuat jantungnya berhenti berdetak seketika akibat memeluknya erat lalu menenggelamkan kepalanya di bidang dadanya.

"Babynya mau tidur sama papanya."

"Oke." El berusaha tenang.

Tak lama mendekap El, Gaby sudah tertidur. El yang melihat itu tersenyum senang. Istrinya sangat cantik bahkan meskipun tertidur.

El berniat beranjak pergi karena sedari tadi detak jantungnya tak beraturan namun ia tak bisa El takut Gaby terbangun. El menghusap rambut Gaby lembut.

El merasa nyaman di dalam dekapan Gaby. El membalas pelukan Gaby dengan erat El rasa ia semakin jatuh cinta lebih dalam pada Gaby. Apakahkah Gaby merasakan hal yang sama?.

El tau Gaby melakukan ini karena kemauan bayinya. El sangat tau karena tak mungkin seorang Gaby mencintainya.

Tak apa, El tak bisa memaksa Gaby untuk mencintainya cukup Gaby selalu di sampingnya saja El bahagia.

"Aku minta maaf, karena aku kamu terluka. Tapi asal kamu tau aku cinta banget sama kamu Gab. Maaf kalau cara aku salah untuk dapetin kamu. Aku harap suatu saat kamu balas perasaan aku." Batin El sambil menatap wajah Gaby yang menggemaskan di balik bidang dadanya.

El mencium dahi Gaby lembut lalu memejamkan matanya menyusul Gaby ke alam mimpi.

*****************

Matahari bersinar memasuki kamar dari balik kaca jendela. Gaby terbangun melihat ke samping. El sudah tidak ada.

Kemana perginya suaminya itu?.

Gaby beranjak bangun melangkah menuju kamar mandi. Gaby membersihkan tubuhnya di dalam bath up.

Setelah segar, Gaby melangkah turun ke bawah.

"Selamat pagi nyonya." Sapa Bi Jum.

"Pagi Bi, El udah pergi berangkat sekolah ya?." Tanya Gaby.

"Iya nyonya, Tuan El titip pesan pada saya. Jika nyonya sudah bangun nyonya harus sarapan lalu minum susu bayi." Jawab Bi Jum.

"Iya Bi, makasih ya." Ucap Gaby lalu duduk di kursi meja makan kemudian menyantap sarapan.

Sehabis sarapan, Gaby merasa bosan. Gaby memutuskan untuk berkebun. Gaby melangkah menuju taman lalu menyiram bunga-bunga yang indah di sana sambil mendengarkan lagu.

Sesekali Gaby memotret bunga-bunga yang indah di sana. Setelah lelah, Gaby duduk di bangku taman.

Gaby menghusap perutnya yang sudah semakin terlihat.

"Gue benci Lo, tapi gue ga bisa bunuh Lo. Jadi gapapalah gue lahirin Lo karena Lo alat gue buat balas dendam sama bapa Lo."

"Cepet lahir ya anak sialan, gue capek harus bawa-bawa Lo terus."

"Kalau Lo lahir nanti semoga wajah Lo ga mirip bapak Lo. Gue benci banget sama bapak Lo. Ralat lebih tepatnya dendam banget."

"Awas aja Lo kalau Lahir nyusahin gue."

Monolog Gaby sambil menghusap perutnya.

Lelah berbicara, Gaby beranjak dari bangku taman melangkah menuju danau buatan.

Gaby menatap pemandangan danau yang indah itu sambil memikirkan bagaimana kabar kedua orang tuannya di Amerika sana?.

Apakah mereka lupa, mereka punya anak semata wayang di sini. Orang tua macam apa mereka hanya mementingkan uang dan uang.

Gaby sangat kecewa pada kedua orang tuanya tapi Gaby juga sangat menyayangi mereka. Gaby harap mereka baik-baik saja di sana.

Gaby meneteskan air matanya, sungguh sangat menyedihkan nasib hidupnya. Kedua orang tuanya tak peduli lagi padanya lalu El Doni menghancurkan hidupnya dan mimpinya.

Gaby menghusap air matanya, ia tak boleh lemah. Ia harus kuat.

Gaby pasti bisa melewati ini semua, Gaby beranjak dari danau melangkah menuju rumah.

Setiba di rumah, Gaby melangkah menuju kamar.

Setiba di kamar, Gaby langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur Gaby merasakan kepalanya pusing .

*************

Pukul 06.00 wib sore.

El Doni melangkah masuk ke dalam rumah dengan wajah kusut. Lelah rasanya, harus sekolah lalu pulangnya bekerja di perusahaan papanya.

Namun El harus kuat dan bertahan untuk Gaby istrinya. El akan lakukan apapun untuk kebahagian dirinya.

El mendaratkan bokongnya di sofa ruang tamu.

"Bi Jum." Panggil El kencang.

"Iya Tuan." Ucap Bi Jum sambil menghampiri El.

"Gaby lagi apa sekarang?." Tanya El.

"Nyonya Gaby sedang tidur tuan." Jawab Bi Jum.

"Kalau gitu jangan ganggu Gaby, siapkan makanan saya lapar."

"Baik Tuan." Bi Jum melangkah menuju dapur.

Tak lama makanan matang, El menyantap dengan nikmat. Sehabis makan El melangkah menuju kamarnya lalu tidur.

Pushy Boy (Cowok Pemaksa) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang