Bab 19

218 14 0
                                    

Gadis itu menatap kedua tangannya yang terangkat ke atas. Membentangkan bikini yang dijejalkan mertuanya ke dalam kopernya. Eve tak bisa berkata-kata saat ia menemukan bikini seksi itu ada di hadapannya lagi. Padahal sudah jelas ia telah mengeluarkan benda itu dari kopernya sebelum pergi berbulan madu dengan Avraam. Tentu tanpa sepengetahuan mertuanya.

Tapi sepertinya dengan melihat benda itu yang sudah ada di depannya saja Eve sudah tahu. Kalau mertuanya tahu Eve mengenyahkan benda itu dari kopernya. Dan jadilah Eve mendengus. Heran dengan pemikiran mertuanya. Meskipun Eve sudah tidak aneh dengan memandang bikini saja. Tapi Eve belum pernah sekali pun memakai bikini seseksi itu. Bahkan nyaris dalam seumur hidupnya Eve hanya pernah memakai dua kali bikini. Itu pun yang lebih sopan dibandingkan yang ini.

Suara langkah kaki Avraam mendekat. Gadis itu buru-buru memasukkannya kembali ke dalam koper. Tapi mata Avraam lebih dulu melihatnya. Dan siulan menggoda pria itu. Juga kata-kata vulgarnya membuat Eve harus mengubur wajah panasnya.

"Bikini itu terlihat sangat cocok untukmu, Eve. Apalagi bikini itu pemberian mama. Mungkin kau bisa memakainya dan menunjukkannya padaku. Sekalian melakukan sesuatu yang sangat menyenangkan," pria itu memandang Eve dengan sungguh-sungguh. Sungguh-sungguh minta di jejali mulutnya dengan kain.

"Tidak mau. Aku bahkan tidak pernah memakai bikini seperti itu. Lebih baik aku memakai jubah mandiku saja."

Eve sudah akan berdiri. Tapi Avraam langsung menyergapnya dari belakang. Memeluk tubuh Eve dan berbisik. "Tapi aku lebih suka kalau kau telanjang saja. Mau mencobanya lagi? Di pasir pantai mungkin." usulnya.

Dengan kesal juga malu. Eve menyikut perut Avraam yang lalu mengaduh dengan melebihkannya. Padahal tenaga Eve tak akan membuat pria itu kesakitan sama sekali.  "Jangan menggodaku lagi Avraam. Bulan madu kita bukan hanya untuk berhubungan badan saja, tapi juga untuk menikmati hal lainnya."

Avraam berdecih. "Bukan berhubungan badan, Sayang. Tapi bercinta. Bercinta." ulangnya lagi. "Dan hal lain yang harus kita nikmati menurutmu dengan menurutku berbeda. Aku lebih suka kita berada di dalam kamar saja dan membuat bayi sesering mungkin."

Kepala gadis itu menggeleng. Tak mengerti dengan pemikiran Avraam yang selalu menjurus ke arah sana. Padahal Eve ingin melakukan hal lainnya juga. "Terserahmu saja," Eve tak ingin pembahasan itu hanya berputar di sana-sana terus. Jadi ia lebih memilih mengalah saja.

Avraam tersenyum puas. Merasa menang dengan hal kecil. "Kau bisa pakai baju yang menurutmu nyaman, Eve. Tadi aku hanya bercanda. Aku keluar sebentar, kau tunggu aku di sini!"

Gadis itu mengangguk. Avraam mengecup keningnya dan mengusap puncak kepalanya. Meninggalkan Eve yang kembali memilih baju yang menurutnya cocok dan nyaman untuk menikmati perjalanan bulan madu mereka. Avraam bilang mereka akan pergi ke suatu tempat dengan menyewa mobil. Jadi Eve harus memilih baju yang tepat untuknya.

Beberapa saat kemudian. Eve sudah rapi. Rambutnya diikat tinggi membentuk ekor kuda. Sementara melihat isi kamar masih kosong. Menandakan Avraam masih belum kembali. Suara getar ponsel menarik perhatian Eve. Gadis itu memandangi ponsel Avraam yang masih bergetar memunculkan satu nama. Alea.

Eve tak pernah mengenal nama itu. Juga Avraam yang tak mengatakan apa-apa padanya. Mungkin itu panggilan penting untuk Avraam. Jadi Eve dengan memberanikan diri mengambil ponsel itu dan menjawab panggilannya. Namun panggilan itu mati begitu saja sebelum sempat Eve menjawabnya. Gadis itu memandang bingung.

Ditaruhnya lagi ponsel itu ke tempatnya. Dan getaran kembali menghentikan langkah Eve yang sudah akan berbalik. Sebuah pesan. Gadis itu membukanya. Beruntung ponsel Avraam tidak menggunakan kata sandi apa pun.

TRAPPED IN YOUR LOVEWhere stories live. Discover now