7. Little Kids

785 189 43
                                    

Masih ingat saat Mas Raya meminta tolong gue untuk datang ke apartemennya jam tujuh pagi dan membayar gue dengan jalan-jalan malam ke Pecenongan dan Lapangan Banteng?

Rupanya hari itu Mas Raya meminta gue untuk melipatkan baju-bajunya ke dalam koper sebab siang harinya ia harus menaiki penerbangan menuju Hongkong.

Iya, Mas Raya gak bisa ngelipat bajunya sendiri.

Satu kelemahan Raya Gunawan yang kini gue ketahui, ia gak terlalu pandai dalam urusan melipat baju. Namun, dibandingkan fakta kalau dia tak pandai melipat baju, gue lebih kaget ketika tahu kalau dia mau pergi ke Hongkong dan baru packing di pagi harinya.

Sebagai orang yang selalu menyiapkan sesuatu dari jauh-jauh hari, tentu gue shock berat! Bisa-bisanya dia sesantai itu belum packing? Akhirnya hari itu gue memarahi Mas Raya habis-habisan. Persetan dengan statusnya, gue terlanjur geram dibuatnya!

Sekarang gue tengah berada di apartemennya untuk mengurus ketiga anaknya. Mas Raya masih belum pulang dari Hongkong, katanya sih besok pagi ia akan kembali pulang ke Indonesia.

"Lobaaak! Jangan mainan di situ dong!" teriak gue pada Lobak, "kamu tuh sadar diri, please! Badanmu itu besar, jangan main di situ!"

Gue memarahi Lobak karena kucing kelebihan berat badan itu sedang melompat-lompat di atas kulkas. Jangan tanya gue gimana dia bisa naik ke atas sana karena gue pun tak tahu. Lobak akhirnya melompat turun dari kulkas dan beranjak menjauhi gue. Sepertinya kucing itu mulai jengkel dengan gue.

Di sisi lain, ada Lily yang sedang tertidur di singgasananya. Kucing berwarna putih dan cantik itu nampak nyenyak sekali tidurnya, gue tersenyum melihatnya. Sementara itu, kini muncul sebuah pertanyaan di kepala gue.

Lada ke mana?

Si abu-abu yang lincah itu tidak menampakkan dirinya di depan gue. Tumben, padahal biasanya Lada selalu berada di dekat Lily. Hmm, pasti ada yang tak beres!

Benar saja, belum ada satu menit setelah gue bertanya-tanya, terdengar suara berisik dari arah dapur. Gue buru-buru pergi ke dapur apartemen dan mendapati Lada sedang mengacak-acak isi lemari yang berisi bahan-bahan masakan. Gue mendengus, ada-ada saja tingkahnya!

"Lada, kalau gabut jangan berantakin lemari dong! Ini namanya bikin susah manusia!" gerutu gue kepada si abu-abu. Namun, Lada malah kabur dari dapur dan memasang wajah seolah tak bersalah.

Mau tak mau, gue pun merapikan kembali isi lemari tersebut. Beberapa bungkus spaghetti dan pasta instan milik Mas Raya yang sempat berhamburan keluar itu gue masukkan kembali ke dalam lemari. Melihat banyaknya persediaan makanan instan seperti ini, gue jadi berasumsi kalau Mas Raya juga menyukai makanan ala barat.

Tak sampai sepuluh menit kemudian, lagi-lagi gue mendengar suara keributan. Kali ini suara yang gue dengar adalah suara kucing yang saling bersahutan. Ulah apa lagi yang dibuat oleh anak-anaknya Mas Raya?

"LOBAAAAAK! LADAA!" Itulah dua kata pertama yang gue teriakkan ketika melihat Lobak dan Lada yang sedang berkelahi di depan televisi.

Bukannya berhenti, mereka malah semakin giat berkelahi. Bahkan, karpet yang menjadi alas ruangan pun jadi ikut berantakan! Gue memijat kening, pusing! Jujur, gue gak pernah tahu kalau ternyata mengurus kucing bakalan seribet ini!

Perkelahian Lobak dan Lada rupanya membangunkan Lily yang tertidur. Sekarang, ketiga kucing itu tengah beradu tatap satu sama lain. Untuk mencegah adanya keributan yang berkelanjutan, gue buru-buru memisahkan mereka. Tangan gue dicakar oleh Lada sebab nampaknya si abu-abu itu tidak suka jika gue mengganggunya.

Hampir seharian gue berada di apartemen Mas Raya untuk mengurus kucing-kucing itu. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, itu artinya sudah sekitar dua belas jam gue berada di sini. Ketiga kucing tersebut pun sudah terlelap di tempat tidurnya masing-masing.

Hey Jakarta [CITY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang