(27) Insiden

1.6K 160 3
                                    

Setelah beberapa bulan yang lalu, ketika Haruto dan Maruto terus meminta adek cewek kepadanya. (Name) dan Atsumu pun sepakat untuk mengabulkan permintaan anaknya itu.

Kini wanita itu sedang mengandung anak ke tiga mereka. Kandungan (Name) sudah menginjak enam bulan, dimana perutnya sudah cukup besar. Mereka mengira anak mereka akan kembar lagi, namun ternyata tidak. Dan mereka bersyukur, kali ini adalah anak perempuan. Haruto dan Maruto yang mendapat kabar bahwa adek mereka perempuan, sangatlah senang.

"Osamu, titip anak-anak dulu ya. Gue mau ngurus paket pesanan dulu di depan."

"Oke."

(Name) pergi ke depan rumah untuk mengurus paket pesanan dengan kurir.

"Paman, tante yang waktu itu gak dateng?" tanya Maruto menarik lengan Osamu.

Pria itu mengerutkan dahinya, masih belum mengerti. Seketika dia langsung teringat seseorang yang dimaksud oleh Maruto.

"Tante lagi sibuk kerja, nanti kalau libur, paman ajak main ke sini ya," ucap Osamu.

"Tante janji katanya mau beliin kita es krim," ujar Maruto dengan polosnya.

"Ahh begitu. Baiklah, nanti paman ajak tante ya, Maru," tuturnya lembut.

"Oke."

Setelahnya Maruto kembali bermain dengan Haruto. Sekitar dua puluh menit kemudian, (Name) kembali dan langsung duduk di ruang tamu.

"Udara hari ini sepertinya lebih dingin dari kemarin," tukas (Name) membuka laptop.

"Iya, sudah memasuki musim dingin," timpal Osamu.

Baru saja (Name) ingin bersantai sebentar, terdengar dentuman seperti barang jatuh dari dalam kamar si kembar. (Name) yang hendak langsung berdiri pun di cegah oleh Osamu.

"Biar gue aja. Lo duduk dulu aja," ujar Osamu dengan cepat langsung berlari ke kamar si kembar.

Samar-samar (Name) mendengar suara Osamu dan juga tangisan dari anaknya. Osamu pun membawa si kembar ke ruang tamu.

"Kalian kenapa?" tanya (Name) dengan nada panik.

"Gue ambil P3K dulu," ucap Osamu.

(Name) menghampiri Maruto yang menangis kesakitan, terlihat dengkul kaki kanan yang tergores dan sedikit Lebam. (Name) langsung memangku Maruto dan menenangkannya.

"Sstt sstt, Baby Maru," tutur (Name) lembut.

Haruto duduk terdiam melihat kembarannya menangis. Namun, lama kelamaan ekspresi wajahnya seakan ingin menangis.

"Kita obatin ya, Maru-chan," ucap Osamu sembari membuka P3K.

Setelah mengobati dan menutup luka dengan plester, tangisan Maruto mulai mereda.

"Gomen, Maru," ucap Haruto yang akhirnya bersuara.

"Maru, lain kali jangan naik-naik kursi. Haru juga bilang sama mama kalau mau ambilin barang ya. Oke?"

Keduanya mengangguk cepat, tiba-tiba Haruto langsung memeluk (Name).

"Haru, aku gak apa-apa," ucap Maruto mengusap matanya.

Haruto semakin mengeratkan pelukannya pada (Name) dan terdengar suara tangisan.

"Jangan nangis, Haru. Maru gak apa-apa tuh, udah gak nangis. Masa Haru yang nangis sekarang," tutur (Name) mengusap punggung Haruto.

(Name) mengangkat wajah Haruto yang menangis dan mengusap air matanya sembari memberikan beberapa kecupan di dahinya. Haruto pasti merasa bersalah pada Maruto.

"Haru, jangan nangis," ucap Maruto.

Osamu mengangkat senyum tipis melihat keduanya.

***

"Lho, kaki Maru kenapa?" ujar Atsumu terkejut yang baru pulang.

"Ayah, ssttt," ucap Maruto pada Atsumu sembari menaruh telunjuknya.

Dia melirik ke arah Haruto yang seketika terdiam memerhatikan keduanya. Nampaknya melihat Atsumu yang panik, membuat Haruto merasa bersalah--lagi.

"Heee? Kok Haru nangis?" ujar Atsumu makin terkejut.

"Ya ampun, Tsumu. Jangan panik gitu! Lo ngebuat Haru nangis kan!" tukas Osamu yang kemudian menggendong Haruto.

"Yosh yosh, Haru-chan. Gak apa-apa. Ayahmu gak marah kok," bisiknya pada Haruto.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Miya Atsumu X ReaderWhere stories live. Discover now