(28) Kekhawatiran Semua Orang

1.5K 155 0
                                    

"Haru-chan, Maru-chan," panggil nenek mereka.

"Mama kalian akan baik-baik saja. Jangan nangis ya, sayang," ucapnya menenangkan si kembar yang menangis di depan ruang persalinan.

Sudah sejak satu jam berlalu, namun belum ada kabar dari dokter yang menangani persalinan (Name). Haruto sudah menangis sedari (Name) masuk ke dalam ruang persalinan, dia memeluk Nenek Miya dengan sangat erat. Sedangkan Maruto berada di pelukan Osamu.

"Ayah gak dateng, Nek?" lirih Haruto pelan.

Nenek Miya menghela napas panjang, "Ayahmu lagi di luar kota, Sayang. Ada pertandingan, kalau sudah selesai, nanti ayah langsug ke sini kok."

Melihat tatapan Haruto yang sedih, Nenek Miya mengulas senyum hangat, tangannya terulur mengelus rambut cucunya itu.

"Ayah sayang kalian, sayang mama juga. Kalau pun ayah di sini dari dua hari yang lalu, pasti ayah akan menenami mamamu, sayang."

"Jangan nangis lagi ya, semua akan baik-baik saja, sayang," lanjutnya tersenyum hangat.

Haruto mengusap matanya sembari mengangguk pelan.

"Maru juga jangan nangis lagi," ujar ibu dari (Name) yang juga hadir.

Osamu tersenyum kecil melihat Maruto yang sudah tidak menangis lagi.

***

Malam harinya sekitar pukul 23.30 waktu Tokyo. Atsumu tiba di rumah sakit, dengan langkah tergesa-gesa pria itu menyusuri lorong rumah sakit yang sepi. Dia tidak sabar ingin bertemu dengan (Name) dan juga anak mereka.

Pria itu terhenti di depan salah satu kamar VIP, tertulis nama istrinya di samping pintu kamar tersebut. Perlahan tangannya membuka pintu, melangkahkan kakinya dengan hati-hati takut membangunkan penghuni kamar.

Dalam keremangan kamar, Atsumu melihat Haruto dan Maruto yang tertidur dengan nyenyak di sofa di sisi lain dia melihat Osamu yang sudah terbangun.

"Tsamu, arigatou," ucap Atsumu dengan tulus.

Dia berjalan dan mengelus si kembar.

"Si kembar nampaknya gak mau meninggalkan mamanya sendiri ya?" ucap Atsumu pelan mengulas senyum kecil.

Osamu mengusap wajahnya, "Ya begitulah, mereka sedari tadi siang menangis terus."

"Iya gue udah mendengarnya dari mama."

"Jangan bangunkan mereka."

"Iya tau."

Atsumu menatap ke arah (Name) yang tertidur.

"Gue merasa bersalah karena gak ada saat (Name) bersalin," ucap Atsumu merasa sedih.

Osamu mengerti posisi Atsumu saat ini, ketika dia harus melaksanakan tugasnya sebagai pemain volly andalan, tapi di waktu yang sama juga harus sebagai suami yang mendampingi istrinya. Osamu yakin bahwa Atsumu pasti ingin terus pulang ke sini selama di luar kota.

"Jangan menyalahkan diri lo, (Name) juga mengerti posisi lo, Tsumu."

"Sial, rasanya mau nangis," lirih Atsumu pelan.

"Jangan berisik nangisnya," respon Osamu.

"Sial," umpat Atsumu.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Miya Atsumu X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang