19

40.2K 7.5K 999
                                    

Sean aneh!

Dia jadi menggelikan dan membuat gue terkadang bergidik merinding.

Seperti malam ini contohnya.

"Ayo sini tidur. Aku mau peluk-peluk sama cium-cium Mrs Pretty Noisy."

Gue yang sedang melakukan ritual skincare rutin meliriknya dengan ekspresi geli. Sementara Sean di tempat tidur sedang rebahan menyamping dan mengangga kepalanya dengan tangan kanannya. Ketika gue meliriknya, Sean menepuk-nepuk bagian kosong di depannya.

Mirip seperti buaya terdampar.

"Kamu tidur aja dulu, aku masih mau lihat majalah," kata gue akhirnya.

Sean kemudian bangkit dan duduk bersila di atas tempat tidur. "No worries, Pretty. Kamu bisa duduk di pangkuanku kalau mau."

Gue belum terbiasa dengan Sean yang seperti ini. Dulu memang nggak jarang dia menggoda, tapi hanya sekali dua kali, itupun kontennya selalu 18+.

Lalu sekarang?

Gue dibuatnya pusing. Dia benar-benar menjadi laki-laki yang membuat gue geli dengan semua tingkah dan ucapannya.

"Dasar buaya."

"Basically nggak salah juga kamu bilang begitu. Aku punya banyak buaya, jadi nggak heran kamu ngatain aku kayak buaya."

"Ya emang mirip. Kalau kamu buaya darat. Mulutnya kadang manis tapi ternyata manisnya cuma jebakan aja."
"Kapan mulut manisku jebak kamu? Bukannya kamu suka sama mulut manisku? Enakkan buat dicium?" Dia malah menggoda gue.

"Biasa aja."

"Kurang manis? Next kita bisa tambahin cokelat atau sesuatu yang manis kalau mau ciuman? Wanna try?"

"Yan?" panggil gue sambil merubah posisi duduk menjadi ke arahnya.

"Sehat kan?"

"Yap. I'm good. Mau ciuman?" Sean tersenyum miring dan menaikkan alisnya.

"Kamu kenapa sih? Aku sampai nggak yakin kalau kamu yang sekarang ini Sean Liedarto yang aku kenal."

"Ini tetep Sean, a.k.a Darto kalau kamu lagi sebel sama aku."

"Biasa aja bisa nggak sih? Nggak usah lebay. Geli banget kamu tuh," tegur gue akhirnya.

"Bagian mana yang geli? Aku cuma nggak mau nutupin perasaan aku kok. Just be honest."

Ya...

Tapi aneh.

Gue mendekat dan duduk di sampingnya. "Tapi lebay. Tiba-tiba jadi berubah begini, aneh Yan. Perasaan kemarin kamu nggak begini."

Satu sudut bibir Sean terlihat turun.

"Nggak bisa jawab kan?" desak gue.

"Iya, iya. Soal gengsiku tinggi. Puas kamu?" Dia berkata dengan wajah masam.

"Nggak menjelaskan apa-apa sih." Gue mengendikkan bahu.

"Duduk sini dulu baru kujelasin."

Sean menepuk pahanya, dan gue meresponnya dengan pura-pura merinding.

"Nggak usah kalau gitu. Nggak jadi minta penjelasan."

Sean membuang napas kasar. "Ya gengsi, Ka. Kalau aku bilang cinta terus kamunya diem aja. Atau kamu malah ngetawain aku. Aku tahu kamu itu anaknya keras kepala, sama kayak aku. Nggak mudah luluh sama gombalan. Yang ada kamu pasti jadi ngejek aku."

Bener juga sih. Tapi tunggu! Mana ada orang cinta terus memperlakukan istrinya macam pembantu?

"Halah cinta, pusar kamu bodong. Kalau cinta kenapa kamu memperlakukan aku kayak pembantu. Minta ini itu, minta aku kerjain ini itu. Beresin ini itu? Kadang sakit tahu. Apalagi waktu aku capek, terkadang kamu masih minta ditungguin pulang."

Sean mendekat kemudian merangkul bahu gue. Tubuh gue jadi menempel di dadanya.

"Iya, yang itu salah. Tapi Ka. Kamu sadar enggak sih? Kalau aku bilang suruh nyabutin rumput, buangin daun kuning, kalau nggak kamu lakuin aku diem aja? Terus kamu emang pernah lihat aku ngecheck tugas kamu?"

Gue kembali menyelami memory gue, dan sepertinya memang Sean itu hanya modal menyuruh saja, tapi setelahnya diam.

"Nggak pernah," jawab gue.

"Soalnya aku bingung biar bikin terus ngomong sama aku," jujurnya kemudian yang membuat gue sedikit menjauhkan tubuh.

"Maksudnya?"

"Bingung, Ka. Bingung cara ngajak ngobrol. Kalau kamu nggak ngedumel sambil nyahutin aku, palingan kamu diem kan? Biar kita deket juga, jadi aku suka suruh-suruh."

Tangan gue langsung memukul lengannya pelan. "Nggak gitu juga! Emang kalau ngobrol sama aku harus dengan ngomel-ngomel?!" seru gue nggak terima.

"Yan! Kamu itu keterlaluan tahu! Kamu pikir enak tiap hari dibikin kayak babu?!"

"Iya, Ka. Iya... Aku salah. Maaf... Tapi kan tugas istri kan salah satunya melayani suami."

Rasa nyeri di dada gue kembali terasa. Sesak tiba-tiba juga ikut mendominasi.

Gue kembali memukul lengannya. "Tapi kamu berlebihan. Kamu jahat!"

Kemarin saat Sean meminta maaf sambil melancarkan aksi ngalusnya, demi apapun hati gue sulit untuk tersentuh. Namun malam ini ketika membahas bagaimana perlakuan Sean terhadap gue dan alasannya yanh receh serta menurut gue nggak masuk akal. Hati gue kembali nyeri.

"Loh Ka? Lanika...." Sean buru-buru memeluk gue saat airmata gue turun.

"Aku yang salah, Ka. Aku minta maaf, ya?" bujuknya setengah berbisik dekat gue.

"Tahu nggak sih, Yan? Aku ngerasa aku nggak ada harganya di hari ketika aku menyadari kalau semua orang di deketku nggak ada yang bisa jadi tempat buat aku berkeluh kesah. Kamu yang jadi tukang suruh, keluargamu yang selalu menghinaku, dan keluargaku yang sengaja berbuat jahat ke orang lain dan bikin aku jadi istri kamu. Berat, Yan." Gue berkata sambil terisak pelan.

"Iya, Ka. Ini karena sifat gengsiku, karena egoku yang nggak mau ngaku kalau aku sayang sama kamu. Maafin aku ya?"

Gue menyeka tangis gue yang kemudian langsung dibantu oleh Sean membersihkan sisa air di wajah gue.

"Karena itu, Yan. Aku masih ragu sama kita. Aku kasih kesempatan buat kamu itu buat lihat lagi apakah keputusan kembali sama kamu itu adalah terbaik. Nggak mudah, Yan buat aku yang pernah ada di titik ngerasa dirinya sendiri nggak berharga buat orang-orang disekitar aku."

"Kamu berharga. Tapi aku ditutupi sama gengsi. Mulai sekarang aku akan buang gengsi aku ke kamu. Aku akan tunjukin kalau aku memang cinta dan sayang sama kamu, Ka. Makasih ya, Ka. Kamu udah mau mencoba lagi sama aku. Aku nggak akan buat kamu nyesel. Aku janji." Sean berkata sambil menggenggam tangan gue erat.

"Aku belum bisa kasih kamu janji apapun, Yan," ujar gue pelan.

"Kamu mau ada di deket aku saat ini aku udah seneng banget Ka. Berikutnya, tugas aku buat bikin kamu yakin sama rumah tangga kita. Dan semoga hati kamu segera terbuka buat aku ya, Ka?"

***




















Segini dulu ya? I know ini super pendek

Marvelous HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang