1. Great Welcome

216 37 179
                                    

"Aku bisa mati jika semua teman tahu tentangku."

Zeevaya menatap mata pada cermin di hadapannya. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain melanjutkan apa yang telah dimulai. Sekalipun ia berjalan sambil tertatih, sekalipun ia sama sekali tak bisa melihat masa depannya. Ia hanya siswi SMA. Yang dipaksa dewasa sebelum waktunya.

"Jika hari ini aku tidak mendapat teman, aku akan tetap sekolah," bisiknya pelan. Ya ia berjanji pada dirinya sendiri untuk sekolah dengan rajin, tidak terlibat pada kekacauan apapun di sekolah. Tidak akan peduli apapun segala urusan yang membuatnya berurusan dengan guru BK. Zeevaya harus menepati janjinya. Hanya saja, ia mengkhawatirkan satu hal untuk misi tersebut; gadis itu suka memberontak. Itu faktanya. Apapun yang membuatnya tidak pada jalurnya—diskriminasi dan perundungan contohnya, ia akan berteriak.

Ia juga heran sebenarnya. Tujuan bersekolah sudah jelas 'kan? Mempelajari sesuatu? Dan tentu saja lulus dengan nilai baik. Jangan berdebat tentang ijazah, jelas itu sangat berguna untuk mencari pekerjaan. Meskipun gaungan tidak pentingnya ijazah juga keras sekali. Zeevaya termasuk siswi yang sangat peduli pada nilainya. Ia bukan siswi pandai, jadi perlu bekerja keras untuk mendapatkannya.

Baginya, itu mempermudah takdir. Begini, jika siswa yang bernilai buruk, ia perlu membuktikan dua hal lagi; nilai dirinya, dan nilai skill-nya. Maka siswa yang bernilai baik hanya perlu membuktikan satu hal, yakni nilai dirinya saja. Sejak kecil Zeevaya bertanya dalam hatinya, apa mereka tak punya tujuan bersekolah? Atau jangan-jangan tidak peduli tentang hidupnya? Entahlah.

Diakui Zeevaya sendiri bahwa ia sungguh pandai bermimpi. Meskipun jelas-jelas ia terlempar keras di tanah berdebu, Zeevaya bangkit lagi, lalu bermimpi lagi, terlempar lagi, bermimpi lagi. Setidaknya lemparan tersebut tidak membuatnya terkubur. Memang, selalu ada alasan Zeevaya selalu terlempar, beruntungnya ia juga selalu punya kekuatan untuk bangkit. Jika orang lain mungkin dipermudah hanya untuk meraih mimpinya, maka Zeevaya harus mati-matian bertahan hanya untuk bersekolah.

Itu juga yang akhirnya melemparkan Zeevaya pada hari ini. Memulai sekolah baru untuk keempat kalinya! Iya empat! Kenyataannya memang tidak mudah. Tapi sungguh beruntung ia memiliki jiwa yang begitu kuat, tanpa perlu menyesali yang terjadi, atau bahkan trauma! Ia tetap berjalan tegak seolah masa depan di dekat matanya. Bukan naif! Bukan! Zeevaya hanya pandai bermimpi, ia tahu caranya bangkit. Tidak lebih.

Hanya saja, ada satu hal yang selalu membuatnya selalu takut saat ia memulai hidupnya sebagai siswi baru. Bagaimana jika temannya tahu siapa dirinya? Adalah pertanyaan yang sampai sekarang belum bisa ia jawab sendiri. Sama halnya dengan pengalaman sekolah kedua dan ketiganya, ia tidak bisa menjawab. Lalu memilih untuk menarik dirinya sendiri untuk memulai segala sesuatu yang baru adalah jawaban yang paling dianggapnya aman.

Meskipun sampai di sekolah keempat ini, ia masih juga belum menemukan jawaban terbaiknya. Padahal ia sangat berharap ini adalah sekolah terakhirnya. Ia sudah kelas XI mendekati ujian untuk naik ke kelas XII, setelahnya tentu ia tidak punya banyak waktu hanya untuk mengurus kepindahan sekolah.

Semuanya berawal dari sekolah pertamanya. Ada skandal besar yang tersebar tentangnya.

Dan sayangnya, sampai sekarang ia tidak pernah bisa mengelak atau sekedar membela untuk dirinya sendiri. Karena itu memang bukan hanya rumor. Tapi kenyataan yang menggelinding untuknya, yang mau tidak mau ia harus menangkapnya. Skandal yang terus-menerus mengikuti Zeevaya hingga ketiga sekolahnya. Ia hanya berharap, sekolah keempatnya adalah sekolah yang benar-benar menyambutnya, menutupi kesalahan-kesalahannya di masa lalu.

Baiklah, rambut hitamnya sudah terikat sempurna sekarang. Panjangnya mencapai ikat pinggang yang melingkar di baju seragamnya. Menyisakan anak rambut di dahi dan sekitar telinganya. Gadis berlesung pipit itu siap berangkat sekarang.

Blue DaysΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα