2. Darren

130 30 121
                                    

Sambutan yang keren, Zeevaya ingin bertepuk tangan untuk itu. Dengan tanpa rasa bersalah, sedikitpun siswa laki-laki itu tidak melirik Zeevaya, meskipun gadis itu menghampiri bangkunya sekarang. Rasanya, Zeevaya ingin juga menendang bangku tersebut. Membuat manusia di depannya itu mati kutu, hanya saja ia ingat untuk menahan marahnya.

Zeevaya menggerakkan salah satu sudut bibirnya untuk senyum. Lucu. Siswa di hadapannya itu memiliki wajah terlalu imut untuk jadi kasar. Sekarang dia melirik dengan lirikan yang begitu tajam dan itu berhasil membuat Zeevaya mengurungkan niatnya melayangkan pukulan. Runtuh sudah image imut yang barusan Zeevaya duga.

"Ada dua kursi kosong, jadi apa salahnya aku pilih satu?" Zeevaya memang siswi baru, tapi ia merasa tak berhak ditindas.

Karena siswa itu diam saja, Zeevaya memilih untuk memalingkan muka, menata kembali bangku, lalu menduduki kursinya. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Dari ekor mata kirinya, Zeevaya melihat siswa itu menurunkan kakinya dan berjalan santai ke bangku Zeevaya.

Siswa itu menarik napas, "Siapa bilang itu kursi kosong!" Masih sama pelannya dengan kalimat sebelumnya. Zeevaya mendongak, tapi tetap tidak beranjak. Siswa sok itu memainkan permen batang di mulutnya, sudah berlagak seperti mafia saja, batin Zeevaya.

Kini Zeevaya dan siswa itu beradu mata. Sungguh! Sebenarnya siswa itu tidak memiliki mata setajam miliknya, hanya saja, itu benar-benar membuat Zeevaya menuruti permintaannya.

"Zeev, menurutlah pada Darren!" Seru seseorang dari depan. 

Seseorang yang duduk di bangku depan ujung kiri tadi. Ohh nama manusia songong ini Darren, kenapa aku harus menurutinya? Batin Zeevaya. Gadis itu lagi-lagi menatap Darren malas. 

Dan tanpa peringatan apapun, dalam sepersekian detik Darren sudah menghantamkan kepalan tangannya ke bangku Zeevaya, Bruaghhh!!! Membuat gadis itu hampir terjungkal kaget. 

Wah bukan main anak ini! Bukan main sintingnya! Pikir Zeevaya. "Oke oke, aku pergi!"

Rasanya, baru saja Zeevaya mencoba untuk berhenti berpikir tentang manusia-manusia pembuat onar, muncul Darren. Ini bukan cuma pembuat onar, tapi sok keren, berdapuk mafia. Fix orang-orang tanpa tujuan. Kenyataannya, ini begitu menyedihkan. Alih-alih mengurusi hidup sendiri, malah mengurusi hidup orang lain.

Daripada meladeni hal yang tidak penting, menghabiskan tenaganya, Zeevaya memilih bangku kosong di sebelah kanannya lagi. Tanpa bicara apapun, gadis itu beranjak. Ia tidak takut, hanya malas mengurusi orang gila seperti Darren. Tuh! namanya saja imut! Sok-sok-an jadi bad boy! Zeevaya beneran kesal sekarang.

Akhirnya Bu Rani datang, pandangannya langsung tertuju pada Zeevaya.

"Kalian kedatangan siswi baru hari ini!"

"Sudah tahu Bu, sudah perkenalan!" celetuk salah satu siswa.

"Mulai sekarang, Zeevaya akan jadi bagian dari kelas ini. Mengerti?"

"Mengerti Bu!" Jawab para siswa serempak, tapi sungguh itu terdengar malas.

"Zeev!" Panggil Bu Rani.

"Ya?" Sahut Zeevaya.

"Kau bisa minta bantuan yang lain jika perlu." 

Zeevaya mengangguk, namun menolak dalam hati. Gadis itu merasa tidak perlu. Bukan karena sok pintar, jelas dia tidak sepintar yang diharapkan kebanyakan sekolah. Hanya saja ia merasa harus berusaha sendiri. Intinya tidak mau merepotkan orang lain.

"Kalian tugasnya sudah selesai semua?" Tanya Bu Rani disusul langkah malas para siswa mengumpulkan lembaran tugas.

"Zeev!" panggil Bu Rani lagi.

Blue DaysWhere stories live. Discover now