37. Na'as

263 38 13
                                    

Happy reading...

"Sudah saya katakan, kandungan kamu lemah dek!"

"Jangan sering stress,"

"Kalau ada masalah, berbagi sama yang lain. Memendam masalah gak baik buat calon ibu muda seperti mu, dek,"

Alika menghela napas.

Setiap dirinya cek kandungan, kira-kira pesan seperti dia atas lah yang selalu ia terima.

Jangan stress.

Kemana suaminya?

Alika muak. Dua Minggu setelah Arya menikah dan Alika belum berani untuk pulang. Ia belum berani menyakiti hatinya lagi.

Bunda Lis dan Arya sudah berkali-kali memintanya kembali. Tapi dengan berkedok merawat mamanya, Alika diperbolehkan untuk menetap lebih lama di rumah mamanya. Beruntung lagi, Haryo sedang keluar kota. Jadi Alika merasa sedikit tenang.

Alika menata langkahnya melewati pinggir jalan yang hampir sepi, jam istirahat makan siang telah berlalu. Ia mengusap lembut perutnya yang sudah mulai membesar.

Hari ini ada kalimat baik dari dokter, "Masya Allah, bayinya dek Alika kuat ini. Mulai terasa pergerakannya ya? Bagus. Sehat selalu ibu dan calon debaynya ya."

"Bunda tau kamu kuat, Sayang. Kamu menguatkan Bunda saat orang lain menjatuhkan. Bahkan Abi pun ikut. Tak apa sayang, ada bunda yang sayang sama kamu," ucap Alika pada kandungannya yang memasuki usia lima bulan.

"AWAS!"

•••

Jam empat sore sehabis hujan, beberapa warga memasuki gerbang pesantren yayasan Darul Hikmah. Mereka tergesa-gesa saat berbicara dengan satpam. Begitu juga satpam tersebut berlarian ikut mengantar beberapa warga tadi.

"Assalamu'alaikum, Umi!"

"Wa'alaikumussalam, Pak."

"Ada apa ya?" Tanya Bunda Lis terlihat tenang dengan balutan mukenanya.

"Gus Arya ada, Mi?"

"Arya sedang di rumah sakit, Pak,"

"Ooh. Berarti Gus Arya sudah tahu dong ya. Syukurlah kalau begitu, Mi," ucap salah seorang dari tiga bapak-bapak tadi.

Bunda Lis mengangguk, membenarkan pernyataan bapak itu.

"Iya, Pak. Istrinya tadi drop,"

Setelah yakin bahwa Arya di rumah sakit, tiga warga tadi pun berpamitan pulang tanpa bertanya panjang lebar pun tanpa memperjelas maksud dan tujuannya mendatangi pesantren itu. 

Bunda Lis lanjut memasuki rumah.

"Alika gimana kabarnya ya sekarang?" Gumam Bunda Lis saat melewati kamar yang selalu ditempati Alika dan Arya.

Bunda Lis bermaksud menghubungi Alika via suara. Tapi dering lain lebih duluan sampai di ponselnya.

"Ya Arya?"

"Alhamdulillah. Qeela udah siuman ya nak?"

"Iya. Ndak apa-apa. Nginap aja dulu, besok baru pulang ya, Rio."

"Iya,"

Bunda Lis menutup teleponnya. Ia ikut bersyukur dengan kabar membaiknya Qeela di seberang sana. Walaupun ia belum bisa menerima kehadiran Qeela seutuhnya, tapi kalau untuk masalah penyakit Bunda Lis adalah orang nomor satu yang akan peduli. Mau setidak suka apapun ia terhadap orang itu.

"Qeela sudah aman. Sekarang Alika nih!"

Bunda Lis mencoba menghubungi Alika, tapi nomornya tidak aktif. Timbul tanya di benak Bunda Lis. 'Kemana menantu termanisnya itu?'

Arya & Alika 2Where stories live. Discover now