2. Cekrek

1.1K 81 4
                                    

Happy reading ...

        Disinilah mereka sekarang. Di sebuah tempat di daerah Bandung yang sangat asri dan bernuansa alami. Ya, memang Arya dan Alika sama-sama menyukai alam. Karena itulah sang Umi menghadiahkan voucer liburan terdekat. Tak perlu ke luar negeri untuk liburan, yang terpenting adalah kebersamaan dan nuansanya.

        Pagi-pagi sekali keduanya telah berangkat dengan menggunakan motor kesayangan Arya. Menembus dinginnya subuh demi sampai ke tempat tujuan sebelum matahari meninggi. Sepanjang perjalanan Alika tak melepas pelukannya sedetikpun dari pinggang Arya. Ia kedinginan meski telah memakai jaket tebal dan sarung tangan sekali pun. Sedangkan Arya tersenyum lebar mendapati perlakuan istrinya itu. Ini membuatnya lebih hangat dan bersemangat melajukan motornya.

        Kepergian Arya dan Alika juga diikuti oleh Bunda Lis. Ya, wanita itu berangkat ke Bogor untuk berziarah ke makan sang suami dan menginap di rumah Aisyah. Ia berencana untuk berliburan disana selama beberapa hari.

        "Bunda, bikinin Abi kopi dong!" minta Arya yang sedang duduk di teras penginapan mereka.

        "Bikin aja sendiri, Bi. Bunda capek habis beberes," sahut Alika yang baru duduk di samping Arya.

        Arya melihat sebentar ke arah istrinya, lalu beranjak ke dapur untukembuat kopi. Ya, Arya tak jarang harus mengalah pada sang istri. Seperti kali ini, untuk kesekian kalinya Arya lebih memilih diam dan tak banyak bicara. Ia tak mau merusak suasana liburan mereka. Mengalah untuk sekedar membuat kopi saja tak akan apa-apa, toh sepertinya Alika memang kelelahan.

        "Nih, Abi bikinin kopi susu buat Bunda!"

        Arya menaruh secangkir kopi susu di atas meja dan langsung disambut hangat oleh Alika.

        "Terimakasih Abi sayang."

        "Iya, Bunda."

        Kemudian mereka menikmati pagi cerah dengan butiran embun tebal yang dingin menusuk kulit. Arya dan Alika saling bercanda dan tertawa satu sama lain. Menyaksikan kabut naik dari perbukitan dan merekahkan senyum sang mentari.

•••

       "Sini Abi! Kita foto bareng."

       Ajak Alika saat keduanya sedang berada di kebun teh yang sangat luas. Sejauh mata memandang hanya teh dan teh. Tak sedikit juga yang memilih liburan ke tempat ini. Dari tadi sudah puluhan orang yang dijumpai Alika. Mulai dari remaja hingga pasangan seperti mereka.

       "Bunda jangan lari-lari gitu! Ntar jatoh!" ujar Arya setengah berteriak karena Alika yang sudah begitu jauh di depannya. Ia juga berlari untuk menyusul gadis itu.

        BRUK

       "Tuh kan beneran Jatuh!"

       Arya mempercepat langkahnya saat Alika tersungkur ke tanah. Ia pun dapat mendengar dengan jelas suara ringisan Alika.

       "Bunda bandel sih," ucap Arya.

       "Maaf. Tapi ini sakit beneran, Bi. Kakiku sakit,"

       Arya menyibak kaus kaki hitam yang di kenakan Alika. Dan benar saja. Mata kaki Alika membiru lebam.

       "Astagfirullah. Kaki Bunda terkilir ini."

       Tiba-tiba Alika menangis terisak.

      "Nanti kita urut ya sayang," Arya menenangkan gadisnya.

       Tapi bukannya berhenti, Alika malah makin menjadi. Hal ini lah yang harus membuat Arya ekstra sabar. Usianya yang lebih muda dari Alika tak membuatnya kesulitan untuk bersikap lebih dewasa dari istrinya itu. Ia maklum dengan sikap Alika yang kekanak-kanakan. Selain usia yang masih terbilang remaja, Alika juga kekurangan kasih sayang. Dan Arya bertekad untuk membahagiakan gadis itu selama bersamanya. Ia tak ingin Alika sedih dan tersiksa lagi.

Arya & Alika 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang