9. Inisial F

559 66 8
                                    

Happy reading ...

"Assalamualaikum!"

"Loh! Kenapa ini?" 

Fakhri terkejut saat melihat rumahnya berantakan. Yang pertama ia lihat adalah foto Alika di lantai. Cat lukisannya menjadi belepotan hingga menempel di kursi ruangan itu.

"Kenapa Mas?"

"Aa-mu sepertinya kambuh Mai."

Mendengar itu Alika tersentak. Ia makin penasaran dengan adek Fakhri yang katanya punya masalah kejiwaan. Dan kenapa hanya fotonya yang berserakan? Tapi pesan dari Ambu membuatnya harus segera pulang. Ya, hari sudah sore dan pasti Ambu sudah mengkhawatirkannya. Mau tak mau Alika pamit duluan pada Fakhri dan Maisyaroh.

Fakhri mengetuk pintu kamar yang tadi sempat dibanting keras. Daun pintu berwarna coklat tua yang jauh dari kata baik. Kosennya sudah lecet akibat terlalu sering berganti engsel. Kuncinya pun sudah los, terkadang susah sekali untuk dibuka. Apalagi setelah dibanting dan itu biasanya hanya bisa dibuka jika didobrak.

"Minggir Mai!" suruh Fakhri. Dan Maisyaroh pun menyingkir. Ia dapat menangkap dengan jelas betapa khawatirnya wajah Fakhri sekarang.

"PRAAAANG!"

Dan benar saja. Pintu terbuka hingga engselnya terlepas. Fakhri tak peduli, yang ia cari pertama kali adalah saudara kandungnya.

"MAS! Aa berdarah!" teriak Maisyaroh histeris.

Dengan cepat Fakhri mendekati Maisyaroh dan seorang pemuda yang tertelungkup di samping dipan kayu itu. Dan, berdarah! Fakhri menelentangkannya dan menyibakkan rambut gondrong milik adeknya. Terlihatlah sebuah luka yang menjadi sumber darah itu berasal tepat di dahinya. Fakhri berkali-kali menepuk wajah berjambang itu tapi tak ada respon. Ia makin khawatir.

"Aa kenapa, Mas?" tanya Maisyaroh bergetar. Ia pobia terhadap darah, apalagi yang mengalir seperti ini. Ia tak bisa.

"Cepat keluar, Mai. Buka pintu mobil!" suruh Fakhri.

"I-iya Mas."

Dengan tergopoh-gopoh Fakhri membopong adeknya. Tungkainya yang panjang membuat Fakhri kesusahan dibuatnya. Apalagi saat memasukkannya ke dalam mobil. Butuh tenaga ekstra dan itu hanya dilakukan Fakhri sendiri tanpa ada pertolongan. Sekilas mobil sedan berwarna hitam mengkilap itu melaju dengan cepat menuju pusat kesehatan.

•••

Puskesmas mendadak ramai karena kejadian ini. Entah dari mana datang orang, yang jelas semuanya sedang menanti kabar adek Fakhri yang sedang berada di ruang UGD. Maisyaroh hanya terduduk lemas di kursi tunggu sambil memainkan ujung jilbabnya. Sedangkan di sampingnya ada Fakhri yang tak bisa tenang.

"Keluarga pasien mana?" tanya seorang dokter pria yang tinggi dan hitam manis.

"Saya Dok."

"Mari ikut saya!"

Rasanya Fakhri kembali ke masa sekolahnya. Saat dirinya digiring oleh guru BP ke ruangan kepala sekolah. Takut dan menerka-nerka kemungkinan yang akan terjadi.

"Maaf sebelumnya Mas. Apa saudara anda sedang mengalami gangguan kejiwaan?" tanya dokter yang dari name tag-nya bernama Dr. Era. Ya, Era saja tanpa embel-embel lain.

"Benar, Dok."

Dokter Era menghela napas.

"Ada apa dengan adik saya, Dok?"

"Bagian kepala pasien terbentur cukup keras. Entah itu ke dinding atau lantai. Tapi karena itulah pasien mengalami amnesia ringan."

"Hilang ingatan, Dok?" tanya Fakhri tak percaya.

Arya & Alika 2Where stories live. Discover now