1. Honeymoon?

1.6K 95 4
                                    

Happy reading ...

        Yayasan Pondok Pesantren Darul Ilmi terlihat ramai hari ini. Mobil-mobil mewah silih berganti datang maupun meninggalkan area sekolah. Ya, selama tiga minggu kedepan kegiatan belajar mengajar diliburkan karena sudah berada diakhir semester. Dan selama tiga minggu itu pula lingkungan pesantren akan sepi dari para santri-santriwati yang jumlahnya ratusan itu. Asrama ditinggal penghuninya untuk pulang kampung. Tak sedikit dari mereka yang merencanakan liburan dan menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta.

        Satu persatu dari mereka berpamitan kepada ustadz-ustadzah yang berdiri di tengah lapangan melepas kepergian calon para pembela agama itu. Angin berhembus lembut menyejukkan suasana yang mengharu biru. Mengibarkan kerudung panjang wanita-wanita sholehah hingga berkilauan diterpa hangatnya cahaya matahari.

        "Pamit, Teh!" ujar seorang santriwati pada wanita muda dihadapannya. Matanya berkaca-kaca. Bibir tipisnya bergetar seolah ia tak ingin berpisah dengan wanita itu, walau sebentar saja.

        "Iya. Tetap istiqomah dan rendah hati di luar sana, Dik. Balik lagi ya kesini!" sahut wanita itu dengan senyum tulus dan lembut.

        "Maisyaroh gak mau pisah sama Teh Lika!" rengeknya terkesan cengeng. Dan benar! Gadis remaja bernama Maisyaroh itu menangis dan menghambur ke pelukan Alika. Ya, wanita muda itu adalah Alika.

        Alika menenangkannya. Alika tahu semenjak gadis itu menjadi santri baru dua bulan lalu hanya ia lah orang yang sangat dekat dengannya. Maisyaroh tipe remaja yang susah bergaul, bahkan alasan ia pindah dari sekolah lamanya adalah karena kasus pembullyan. Dan Alika lihat hal tersebut berpengaruh besar pada mental gadis berkulit putih hambar itu. Ia tak tega melihat Maisyaroh tersisih dari santri lain. Karena itulah Alika menjadikan ia sebagai sahabatnya.

        "Teteh gak kemana-mana kok, Mai. Tiga minggu lagi atau bahkan tiga tahun lagi Teteh masih akan tetap disini," ujar Alika mengusap punggung Maisyaroh.

        "Beneran 'kan, Teh?"

     Alika mengangguk.

        Lalu Maisyaroh mengambil secarik kertas dan pulpen dari dalam tas ranselnya.

        "Tulis nomor HP Teteh! Nanti Syaroh telfon," ujarnya.

        Tanpa berpikir panjang Alika meraih kertas itu dan menuliskan dua belas angka disana. Maisyaroh terlihat senang dan memeluk Alika sekali lagi sebagai ucapan terimakasih. Hal itu membuat antrian yang cukup panjang hingga Bunda Lis menegur mereka. Keduanya kemudian saling melepas peluk dan Maisyaroh berlalu dengan lambaian tangannya.

•••

        Alika duduk di depan rumah sambil mengamati lingkungan pesantren yang sepi. Yang tersisa disana sekarang hanyalah dirinya dan beberapa guru yang memang menunda kepulangan mereka besok pagi. Sungguh asing rasanya tempat yang biasanya ramai oleh santri yang beradab dan beretika islami itu kini lengang. Suara mengaji dan hafalan di setiap penjurunya kini mulai tak terdengar. Mendadak Alika merindukan semua.

        "Suasana di kota santri ...."

       "Asyik senangkan hati ...."

      Sekilas mulai terdengar nyanyian kecil dari bibir Alika. Sesekali ia tersenyum ramah pada Mbak El yang berlalu lalang dengan sepeda motornya untuk membeli bahan masakan ke mini market terdekat. Alika tahu hari ini wanita paruh baya itu tak terlalu sibuk, karena hanya akan memasak untuk beberapa orang saja.

        "Neng Likaaaa!" teriak wanita itu saat kali ke limanya lewat di hadapan Alika.

        "Iya Mbak El!"

Arya & Alika 2Where stories live. Discover now