Chapter 58 ♗

552 106 3
                                    

Seseorang mengerutkan keningnya pada sesosok putra bangsawan. Tangannya menggenggam permukaan sebuah gagang pedang, memegangnya erat-seolah dia akan menariknya keluar dari sarungnya tidak lama lagi.

Orang yang ada di depannya itu menaikkan alisnya.

"Ada apa?"

"Kau selalu membuat orang-orang memiliki kecurigaan padamu."

"Aku pikir aku tidak bisa mencegah itu."

"Kau punya banyak orang yang akan mengawasimu."

"Aku tidak bisa menghindari itu."

Orang yang memegang gagang pedang itu mengernyit. "Kemana kau ingin kita pergi?"

"Beberapa tempat. Kita akan mengumpulkan beberapa benda."

"Benda apa?"

"Benda yang akan kau lihat sendiri nanti."

Sang putra bangsawan bergumam. "Awalnya aku ingin membuat orang lain mengambil mereka tapi setelah kupikir-pikir lagi aku bisa melakukannya sendiri."

Sang pengguna pedang mengernyit. Orang itu, Kei, merendahkan suaranya. "Bagaimana kau akan melakukannya sendiri?"

Valias mengalihkan pandangannya.

"Tidak. Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Aku butuh kau."

"Aku?"

"Aku butuh kau untuk melindungiku. Kau satu-satunya orang yang bisa kupercaya dalam hal ini."

"Kenapa kau percaya padaku?"

Karena kau tokoh utama, pikir Valias. Kei sebagai pemilik kekuatan terbesar. Jika seseorang mengharapkan perlindungan maka mereka harus memintanya dari Kei. Meskipun dia belum tentu akan memberikannya. "Karena kau punya keahlian yang tidak bisa diragukan oleh siapapun."

"Kau memanfaatkanku."

Valias mengedikkan bahu. "Benar. Aku memanfaatkanmu."

Dia memandang pemuda itu. "Kau akan protes?"

Kei tidak menjawab.

Valias memutar badannya. Merenggangkan sedikit dirinya sendiri. Dia duduk dalam waktu lama. "Aku akan meminta banyak hal padamu. Aku harap kau akan memberikanku setiap yang aku minta."

"Apa yang kau mau?" Mata Kei tajam waspada.

"Janjimu untuk selalu mendengarkanku," jawab Valias.

"Aku tidak mendengarkan siapapun."

"Maka dari itulah aku memintanya padamu."

"Hanya untuk beberapa waktu. Setelah itu, kau tidak akan perlu mendengarkanku lagi," lanjutnya.

Kei mengerutkan keningnya. Menggelapkan wajah dan memasang raut tidak senang.

"Tunjukkan padaku benda apa yang ingin kau ambil."

"Kita harus ke sana sendiri. Ayo kita pergi."

Seorang mage yang kini hanya mendengarkan ucapan Valias. Seorang mage yang sebelumnya tinggal di Kediaman Bardev. Mareen. Dia akan menjadi mage yang mendampingi Valias kemanapun dia pergi.

"Beritahu saya apa yang harus saya lakukan." Mareen berucap khusyuk.

Valias membuat gumaman mengiakan. Menoleh pada sang mage. "Kita pergi ke koordinat yang kusebutkan."

Mantra digumamkan. Pola sihir di atas lantai keramik muncul menyiptakan cahaya. Tiga pasang mata memejam, menyiapkan diri untuk melihat pemandangan yang belum pernah mereka kenali.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Onde as histórias ganham vida. Descobre agora