»»--⍟--««
HAPPY READING!
⋇⋆✦⋆⋇🌼🌼🌼
Waktu menunjukan pukul. 20.00. Malam. Kini semua santri sedang berkumpul di aula dari mulai kelas ibtida (Ula) sampai kelas yang paling senior (Ulya).
"A, bangun. Sekarang bagian bahsul masa'il di aula."
Azka masih terpejam. Tidak menghiraukan Alan, sampai saat tubuhnya diguncang-guncangkan Azka murka.
"DIEM LO, BANGSAT! GAUSAH GANGGU GUE!"
Alan berdehem, lalu meneguk ludah berkali-kali. "Y-yaudah kalo gak mau. Saya duluan. Assalamualaikum."
Seperginya Alan, Azka yang sedaritadi pura-pura tidur akhirnya bangun.
Sementara orang lain tengah mengaji bersama di aula. Azka memasukkan baju-bajunya ke tas.
Saat ini, di belakang asrama santri putri tidak ada orang. Azka segera keluar dengan mengendap-endap.
Saat sampai di belakang asrama santri putri Azka celingak-celinguk memastikan agar saat dia menaiki tembok tinggi pembatas jalan itu tidak ada orang yang melihatnya.
Saat dirasa aman. Azka segera menaikinya.
Melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah pukul 20.35. Azka mempercepat menaiki tembok pembatas jalan.
Baru saja Azka ingin meloncat turun. Tiba-tiba seorang cewek dari seberang jalan turun dari mobil lalu meneriaki Azka.
"Maliiiingggg!!! Abi Ada maling."
Azka gelagapan saat cewek itu mengambil kayu sembarang yang ada di jalan lalu memukul-mukul kaki Azka yang menjuntai ke bawah.
"Aw... Gue bukan maliiing!"
Buk buk buk.
"Turun kamu! Berani-beraninya maling di pondok ini! Santri pada kemana lagi!" gerutunya yang masih dapat Azka dengar.
"GUE BUKAN MALING! JANGAN MUKUL GUE, KAMPREET!"
"Bodoamat saya gak peduli!" Buk buk buk. "Abiii bantuiiin!" teriaknya pada orang yang ada di dalam mobil. Orang yang ada di dalam mobil keluar dengan raut wajah cemas.
Karena terus-menerus di pukul akhirnya Azka oleng lalu terjatuh tepat di depan orang yang di panggil Abi tadi.
Orang yang di panggil Abi tadi segera menangkap maling itu. Tapi saat melihat wajahnya dia langsung kaget. "Azka?!"
Azka juga memperlihatkan raut keterkejutan saat orang yang memblokade tangannya adalah Ama.
"Kenapa kamu disini, Nak? Kamu tidak mengaji?" tanyanya seraya melepaskan cekalan pada Azka.
"Gue bukan maling!" ucapnya tajam dengan muka memerah menahan marah pada cewek yang berada di depannya. Cewek itu balik menatapnya tajam dengan mata memicing.
"Kalo gak percaya tanya aja sama orang yang ada di depan lo!"
Cewek yang ada di depannya itu menatap Ama. Yang ditatap mengangguk. "Benar, Hulya. Dia bukan maling. Dia adalah santri disini."
"Apa?!" Hulya tidak percaya. Masak santri abinya berani berbicara tidak sopan pada Abi? Biasanya para santri sering menunduk saat Abi lewat. Tapi ini?
"Abi serius?"
"Banyak bacot!" Azka segera membenarkan tasnya. Ketika hendak pergi tangannya ditahan oleh Ama.
"Mau kemana?"
YOU ARE READING
Qodarullah [Sudah Terbit]
Teen FictionSemula Azka pikir hidupnya sudah sempurna. Paras tampan bak dewa, orangtua yang menyayanginya, pacar cantik yang mencintainya, kekayaan yang tidak ada habisnya. Tapi ternyata itu hanya nyaris. Nyatanya tidak ada yang sempurna di dunia ini. Ayahnya b...