•Qodarullah 7•

62 45 1
                                    

                   »»--⍟--««
           HAPPY READING!
                     ⋇⋆✦⋆⋇ 

                    🌼🌼🌼

"Aa bangun atuh." Dengan tidak sabar Alan mengguncang-guncangkan badan Azka yang tengah terlelap.

"Eungh, apasih, ganggu aja!" lenguh Azka dengan mata yang masih tertutup rapat.

"Ck, Bangun atuh, A."

Karena tak kunjung bangun dengan cara mainstream, Alan terpaksa membangunkan Azka dengan cara anti-mainstream ala-nya.

Alan segera menaiki kasur. Di dekatinya wajah Azka yang  terlentang.

Alan mulai mengelus pipi Azka pelan. "Sayang~" Sebisa mungkin suaranya ia manjakan.

Masih belum ada pergerakan. Alan mulai bertingkah agresif. Mula-mula Alan meniup-niup wajah Azka, lalu ia
gesek-gesek hidung bangir mereka, dengan tangan kiri yang mengelus pipi. "Sayang~ mau bangun atau aku gendong ke kamar mandi," bisiknya se-sensual mungkin.

Karena merasa geli Azka mencoba menepis hidung Alan dengan mata yang masih tertutup.

"Sayang~" Tidak mau menyerah Alan kembali menggesekkan hidung mereka.

Tak tahan dengan sesuatu yang menggelikan ini, akhirnya Azka membuka mata.

"AAAAAA."

Bugh!

"AAAAAA."

Azka berteriak dan langsung melompat dari kasur saat matanya bersitatap dengan manik mata Alan. Tak lupa bogeman mentah Azka layangkan. Sungguh Azka sangat terkejut melihat ada makhluk berbatang yang berada di atasnya!

Sedang Alan yang juga terkejut dengan teriakan Azka refleks ikut berteriak. Sekaligus menahan sakit.

Buru-buru Azka menyilangkan dadanya. "Lo apain gue, hah?!"

"S-saya t-tadi cuma itu-anu." Sial! Kenapa Alan jadi gugup begini? Padahal'kan Alan tidak melakukan hal senonoh.

"Jangan bilang lo mau—hmphh." Belum selesai Azka berkata Alan segera menutup mulut Azka dengan tangannya hal itu semakin membuat Azka melotot.

"Lmpshin ghwe bhngsst!"

"Nggak! Sebelum Aa dengerin cerita Eneng dulu." Lagi-lagi Alan salah bicara. Alan tahu pasti pikiran Azka mengarah kemana-mana saat Alan memanggil dirinya dengan sebutan 'Eneng' terbukti matanya sudah hampir ingin keluar sekarang.

"Astaghfirullah! Maksudnya saya bukan Eneng. Aduh Gustiiii, paranas tiris urang teh! ( Ya Tuhan, saya panas dingin!)"

Alan menatap Azka serius. Tidak tahu saja, hal itu semakin membuat Azka bergidik, kecurigaannya semakin menguat.

Jika saja ini di drama korea, mungkin moment ini sudah di anggap romantis. Mulut yang di bekap oleh si laki-laki, lalu mata yang saling bertubrukan, menatapnya dalam. Iya, jika yang dalam bekapan si perempuan. Tapi ini ... Masa terong sama sosis!?! Sumpah!  Bukannya baper malah ingin muntah.

"Dengerin. Tadi'kan si Aa gak bangun-bangun dengan cara mainstream, jadinya saya bangunin pake cara anti-mainstream ala saya. Saya gak tahu kalo respon Aa bakal seheboh itu. Kalo saya tahu daritadi mungkin saya bakalan lebih milih bangunin Aa pake dangdutan. Intinya sekarang bagian jadwal kita masak, A. Jadi harus bangun tengah malam begini." Setelah puas dengan pembelaannya Alan membuka bekapan, membuat Azka langsung mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.

"Gila lo! Ya gak gini jugalah, caranya!" geram Azka.

Diam-diam Alan juga merutuki kelakuannya. Bisa bahaya jika ada yang melihat kelakuan Alan yang seperti ini. Imej cool, tampan, soleh, suamiable yang selama ini ia bangun akan runtuh seketika. Terlebih jika mereka memberitahukan ini pada Nadya, bisa-bisa Nadya mengira penyebab mereka putus karena Alan selingkuh dengan Azka.

Qodarullah [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang