1. Sinyal Dari Neraka

200K 9.6K 88
                                    

"Lun, ini pesanan atas nama Sisca Tarna udah gue tanda tangani ya, lo periksa lagi deh." Ujar Tami saat Luna baru sampai di Restoran.

Alih-alih memberi jawaban, perempuan itu justru menghela nafas panjang.

"Gue ngopi dulu ya, nanti biar gue cek permintaannya. Lagian, itu pesanan masih seminggu lagi, kan?" Tami mengangguk cepat.

"Ya udah, lo ngopi dulu sana. Gue mau meeting sama kepala chef untuk bahas menu baru."

"Oke!"

.................

Luna berjalan pelan ke arah pantry kecil di ruangannya. Membuka sebungkus kopi instan, dan mulai menyeduh untuk menambah semangat pagi harinya.

"Capek, tapi tetap harus semangat." Ujar Luna pada dirinya sendiri.

Sebagai anak tunggal dari pemilik Restoran ternama, Luna menuntut dirinya untuk bekerja keras. Demi membantu sang papa mengelola usaha yang sudah berdiri sejak perempuan itu kecil.

Mengingat bagaimana dulu papanya berjuang keras merintis usaha ini dari nol, rasanya tidak tahu diri jika Luna hanya menikmati hasil tanpa ikut bekerja. Itulah sebabnya, perempuan itu mengambil alih kepemimpinan, dan meminta sang papa untuk rehat saja di rumah.

Tangannya terulur mengambil berkas yang Tami sebutkan tadi. Sebuah list lengkap yang biasa customer buat saat ingin memesan katering dari restoran Luna.

"Pesanan atas nama Sisca Tarna. Untuk Production House Galang Hadiwinara."

Deg!

Mata Luna memicing tajam, ditambah hembusan nafasnya yang tidak beraturan.

Perempuan itu spontan berhenti membaca berkas di tangannya.

Restoran milik Luna memang biasa menerima pesanan untuk acara-acara besar, dan orang-orang ternama. Tapi membaca tulisan kecil itu, membuat tangannya mendadak gemetar dengan perasaan semakin gusar.

"Jadi PH itu aktif lagi?" Tanyanya lirih. Mendadak matanya panas akibat rasa takut yang kembali menghantam.

Luna ingat betul, dulu PH ini menaungi artis papan atas dan beberapa model ternama termasuk Tamara, ibunya.

Dadanya semakin sesak. Setahu perempuan itu, PH yang kini memesan katering di tempatnya sudah lama tidak aktif.

"Kenapa sekarang muncul lagi!" Kesal Luna sembari membanting berkas di tangannya.

"Tam, masih lama nggak meetingnya?" Tanya Luna pada Tami di ujung telefon.

"Bentar lagi, kenapa?"

"Selesai meeting ke ruangan gue ya. Ada yang mau gue bahas."

"Iya, bentar lagi otw!"

Luna kembali meletakkan ponselnya, ada suatu hal yang harus perempuan itu lakukan, demi ketenangan hidupnya ke depan.

Entah apa yang ia pikirkan, tapi menerima pesanan dari PH yang tertera di berkas tadi, sepertinya hanya akan menjerumuskan Luna pada masalah baru.

................


"Kenapa muka lo kusut gitu Lun?" Seru Tami sesaat setelah masuk ke ruang bos sekaligus teman kuliahnya dulu.

Benar, Tami dan Luna dipertemukan saat keduanya  sama-sama mengambil jurusan bisnis, di bangku kuliah lima tahun silam.

Setelah keduanya lulus, Luna mengajak Tami untuk membantu mengelola restoran. Menjadi manager keuangan di restoran itu, Tami benar-benar memberikan jasa terbaik. Hingga Luna merasa puas dan tidak salah mempercayai sang sahabat.

Sepaket Luka & Obatnya (Versi benar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang