6. Kilas Balik

53.3K 6.4K 180
                                    

"Ray, kemarin kamu nggak pulang ke mana aja?" Seru Viani pada anak laki-lakinya yang tengah melepas dasi dengan asal.

"Ada kerjaan di kantor, ma." Ujarnya pelan lalu mengusap wajah kasar.

"Nggak biasanya, lembur sampai berhari-hari." Cibir perempuan itu.

"Mama tumben jam segini belum tidur?" Seru Rayhan demi mengalihkan pembicaraan.

"Nggak bisa tidur, mama kepikiran kamu terus! Lagian kalo mau lembur di kantor kasih kabar dulu dong, kamu malah HP dimatiin."

"Iya, Rayhan minta maaf.. Lagi banyak pikiran."

"Mama rasa, ini bukan masalah kantor! Ada apa? Cerita ke mama."

"Nggak ada masalah apa-apa ma, acara peresmian kantor baru lancar kok. Cuma lagi berantakan aja isi kepalaku."

"Masalah perempuan ya?! Ah jangan-jangan udah ada calon yang mau dikenalin ke mama." Selidik Viani membuat Rayhan mendengus.

"Pikiran mama itu-itu aja. Enggak ada perempuan sama sekali. Kemarin aku ketemu sama anak pelakor itu!" Cetus Rayhan membuat Viani mengernyit.

"Anak, anak pelakor? Pelakor siapa yang kamu maksud?" Tanya Viani bingung.

"Siapa lagi kalo bukan anak Tamara Basuki."

"Astaga Rayhan, mak-maksud kamu Luna Basuki? Teman sekelas kamu dulu itu?"

"Kenapa mama malah sebut dia temanku. Aku aja nggak pernah anggap dia teman."

"Kenapa begitu?"

"Ma, dia itu anak dari wanita yang sudah merusak rumah tangga mama dan papa. Aku sama sekali tidak pernah merasa punya teman anak pelakor. Apalagi pelakor yang sudah mengganggu keluarga kita." Seru Rayhan penuh penekanan.

Viani terdiam menatap sang anak yang sudah diliputi emosi.

Kejadian itu sudah bertahun-tahun. Namun kenangan-kenangan buruknya tidak pernah bisa luntur dari ingatan Rayhan.

Meski Rayhan dan Viani sempat pindah jauh dari rumah ini. Namun tidak ada memori kelam yang mampu dilebur bersama jarak yang mereka tempuh.

Kini ia kembali, mengais sisa-sisa kekuatan untuk membalas setiap hal buruk yang pernah terjadi pada kehidupan keluarganya.

"Rayhan akan balas semuanya." Viani tersentak, apa ini tujuan laki-laki itu meminta ijin padanya, untuk membangun lagi perusahaan sang papa yang sudah lama tidak aktif.

"Mama nggak pernah ngajarin kamu balas dendam, Ray." Tegas Viani.

"Tapi berbeda dengan hal ini, ma."

"Ray," Sela Viani dengan sorot mata penuh luka.

Rayhan terdiam sembari membuang wajahnya ke arah lain, tidak mampu menatap wajah sang ibu.

"Mama memang tidak pernah membicarakan ini pada kamu dari hati ke hati. Mama kira, luka itu sudah tidak berbekas. Tapi sekarang, mama tahu kamu perlu penjelasan." Ucapan Viani terjeda.

"Maksud mama?"

"Tamara dan papa kamu saling mencintai." Ucap Viani. Rayhan berdecih menganggap apa yang Viani katakan hanya omong kosong.

"Orang kalo udah terlanjur khilaf memang begitu, ma. Mereka menghalalkan segala cara atas nama cinta. Mama jangan polos!"

"Kamu salah Ray, bahkan Tamara dan Papamu sudah menjalin hubungan sebelum kenal mama."

Rayhan terdiam seraya menoleh pada Viana. Mencari raut kebohongan di sana.

"Kamu pasti sulit percaya, tapi memang begitu kenyataannya." Keduanya terdiam sejenak.

Sepaket Luka & Obatnya (Versi benar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang