22 - Imajinasi Falila

11.7K 2.1K 217
                                    

Falila tidak menyapa balik. Dia hanya menatap datar ke arah Ervin, menunggu pria itu lebih dulu menyampaikan urusannya.

"Teman?"

Falila mendongak untuk menatap Haditya yang berdiri di dekatnya. Sedikit merasa heran, Falila yakin Haditya bisa menebak siapa pria yang mendatanginya. Falila sudah jujur menceritakan siapa saja yang mungkin akan mereka temui di acara reuni ini, termasuk peran mereka dalam kisah masa lalunya.

Tidak menjawab pertanyaan Haditya secara verbal, Falila menggelengkan kepala sembari kembali menatap Ervin.

"Lila, aku butuh bicara sama kamu. Aku coba hubungi semua kontak kamu, tapi nggak bisa." Ervin berbicara dengan agak tergesa. Jauh dari sikap tenang yang biasa dia lakoni.

"Nggak ada yang harus dibicarakan lagi," ucap Falila, tanpa intonasi berarti, begitu juga tatapannya pada pria itu.

"Hanya sebentar, La," pinta Ervin, melangkah mendekat.

Gerak yang dilakukan Ervin spontan memancing respons Haditya. Pria itu mendekatkan diri ke tubuh Falila. Ikut menatap Ervin dengan kening mengernyit. Tindakan yang langsung menghentikan langkah Ervin.

Seperti Haditya, Falila juga sengaja semakin merapatkan diri ke pria itu sembari menatap dengan tatapan melembut. "Dia yang namanya Ervin, Mas."

Ucapan yang dapat didengar Ervin dengan jelas sehingga menimbulkan banyak spekulasi dalam pikirannya. Bolak-balik dia menatap bagaimana interaksi Falila dan pria di dekat wanita itu.

Tebakan Haditya benar. Dia mengangguk paham setelah mendengar perkataan Falila. Tanpa membuang waktu, dia melebarkan pintu mobil yang tadi sudah terbuka. "Kamu masuk duluan," pintanya kepada Falila sembari menuntun wanita itu untuk segera memasuki mobil.

Falila sempat ragu, tapi telapak tangan Haditya yang menyentuh punggungnya dan mendorong pelan membuat Falila mau tidak mau menurut.

"Lila, please. Aku cuma mau bicara sebentar!" Ervin bergerak cepat untuk kembali mendekati Falila. Namun sayang sekali, Falila tidak menghiraukan dan membiarkan Haditya menutup pintu sesaat dia memasuk mobil.

Falila tenang-tenang saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena entah mengapa dia yakin kalau Haditya bukan Kabiru yang kadang suka tidak memakai otak apabila berada di situasi seperti ini. Bukan juga seperti Jared yang suka mengintimidasi sok kuasa.

Falila tersenyum kecil. Merasa lucu ketika sok menebak kalau Haditya bisa jauh lebih dewasa dibanding para saudara lelakinya. Padahal dia belum mengenal pria itu secara mendetail.

Duduk bersandar di punggung kursi dengan santai, Falila menatap keluar mobil. Memperhatikan dua pria yang tampak sedang berbicara secara berhadapan. Samar, Falila mendengar Haditya memperkenalkan diri di depan Ervin, berikut dengan statusnya sebagai calon suami Falila.

Falila kembali tersenyum. Bahkan kali ini dia terlihat berusaha menahan tawa sambil mengernyit geli.

Imajinasinya datang tanpa tahu waktu. Entah mengapa dia malah teringat dengan salah satu adegan dalam novel yang pernah dia tulis. Adegan di mana seorang wanita diperebutkan dua pria. Falila menulisnya dengan hati berdebar dan antusias. Berharap adegan tersebut dapat membuat pembaca terhanyut dalam ketegangan dan keromantisan kisah cinta sang wanita. Namun nyatanya, ketika dia sendiri mengalami kejadian yang hampir mirip, Falila malah merasa hal tersebut menggelikan.

Untung saja Haditya dan Ervin bukan karakter seperti Kabiru, Jared atau para tokoh pria dalam novelnya. Tidak akan ada adegan gladiator seperti yang pernah dia tulis dalam novel atau dari kelakuan para saudaranya.

Kalau hal tersebut sampai terjadi, Falila berjanji akan kabur tanpa mau terlibat dengan keduanya. Gila saja kalau harus kembali mempermalukan diri dengan alasan cinta segitiga. Apalagi di tempat seramai parkiran.

FALILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang