Chapter 67 ♗

508 79 4
                                    

Small warning: a little depressing content on the last quarter of the chapter

_____________

Ketiga orang yang berbagi darah yang sama di ruangan itu masih duduk di tempat yang sama dengan sebelumnya. Dua tamu tadi sudah mengucap pamit namun apa yang harus dipenuhi Valias masih belum berakhir sampai di sana.

Danial dan Hadden ada di depannya. Raut wajah sama-sama menunjukkan bahwa di dalam hati mereka, mereka masih ingin Valias menjelaskan lebih banyak. Jadi Valias memutuskan untuk langsung bertanya. "Ada yang ayah dan juga Danial masih pertanyakan?"

Danial tidak menahan diri.

"Hubungan kakak dengan Putra Mahkota dan Pangeran sangat dekat aku masih tidak menyangka itu."

Valias tidak menunjukkan perubahan ekspresi. "Aku tidak bisa tidak membantunya."

"Sebenarnya apa yang membuat Putra Mahkota sangat menyukai kakak?"

Danial juga Hadden sangat tidak habis pikir. Itu karena, mereka kira Valias menghindari kebangsawanan, sehingga dia juga tidak peduli bahkan tidak mengerti masalah politik. Seperti seorang anggota masyarakat yang terus menurut pada apa yang sudah berlaku dan mengikuti alur. Tapi jika Putra Mahkota menganggap Valias bijaksana dan bisa membantunya, itu artinya Valias lebih memahami permasalahan kerajaan dari yang sebelumnya mereka kira.

Valias merespons dengan pikiran kosong. "Mungkin karena aku mengaku aku mengetahui masa depan."

Kedua orang itu bersamaan melongo pada keentengan juga kelugasan jawabannya.

Danial bertanya dengan sangat hati-hati. "Tapi kakak tidak membual. Kakak ... waktu itu pun bilang kakak memang mendapatkan pesan Dewa."

Danial masih meragukan pengakuan tidak masuk nalarnya Valias. Valias tidak tahu apa sebenarnya yang diimplikasikan Danial dari ucapan ragu-ragunya tadi tapi dia percaya yang disembunyikan Danial adalah dia masih tidak bisa mempercayai pengakuan tak masuk akalnya. Pesan Dewa? Sama sekali tidak. "Aku tau itu sulit diterima. Jadi tidak apa-apa untuk bersikap skeptis. Aku tidak mempermasalahkannya."

Hadden bicara memelas ragu. "Jangan diambil hati, Valias. Kami keluargamu. Bahkan jika kami kesulitan kami tetap mempertimbangkan apa yang kau ucapkan."

Valias menahan dirinya dari membuat helaan napas merilekskan diri sendiri. "Selain yang tadi, ada yang masih dipertanyakan lagi?"

Hadden bertanya pada dirinya.

Apakah ada yang masih dia pertanyakan? Putranya memperoleh mukjizat yang bisa jadi hanya diperoleh olehnya seorang. Dia menyampaikan apa yang dia ketahui pada Putra Mahkota dan dia berkontribusi memberi usulan padanya. Putra Mahkota senang pada apa yang sudah diberikan Valias jadi dia ingin Valias lebih banyak memberikan performa untuknya.

Tapi Valias menolak dan ingin Danial menggantikannya. Danial ... dia menyetujuinya. Mempertimbangkan Danial, dia pasti juga punya alasannya sendiri untuk mengiakan itu. Hadden tidak perlu mencemaskannya. "Tidak. Ayah sudah mengerti apa yang harus dimengerti."

Danial melihat Valias meliriknya. Setelah menunduk dengan kening yang berkerut—mendapati dia sudah tidak punya yang ingin dia pertanyakan lagi—dengan hati berat dia menjawab. "Tidak."

Valias menangkap Danial masih punya sesuatu yang mengganggunya, tapi jika dia bilang dia sudah merasa cukup maka tidak perlu bagi Valias menanyakannya lagi. "Kalau begitu, Danial." Dia melihat Danial. "Terimakasih sudah menerimanya."

"Aku ingin melibatkanmu. Aku tidak lagi menyembunyikan banyak. Dengan ini kau tidak perlu membuat kecurigaan lagi dan bisa langsung melihat sendiri. Lalu kau bisa memberitahu ayah apa yang sudah kau tau jika kau mau."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Donde viven las historias. Descúbrelo ahora