Cakep gini

395 15 0
                                    

Malamnya, Raya duduk di halaman depan rumahnya yang beralaskan rumput halus, ia tengah bermain dengan kelincinya, ya malam malam.

Ia menoleh keatas memastikan apakah ada keberadaan bintang di langit, dan jawabannya ada, gadis itu mengulumkan senyumnya, sembari mengingat kenangan nya bersama Arsen, ia sangat menyukai pria itu.

Tanpa sadar kini seseorang duduk disamping nya dan juga ikut melihat bintang ia lihat, lalu menoleh kearah Raya "malem malem ngelihatin bintang sambil senyum senyum, mending ngelihat in gua, cakep gini"

Raya tersentak, ia langsung menoleh kearah sumber suara, mendapati Arsen yang tengah menatapnya dengan senyumannya, jantung Raya berdegup kencang, dan tentunya sedikit terkejut, bagaimana tidak? pria yang barusan ia pikirkan kini tiba tiba ada disampingnya.

"Ehh, kenapa Sen malem malem kesini?"

"Itu, yang kliping Ray tadi abis dari rumah Tante gua yang daerah sini juga, jadi sekalian mampir" jawab Arsen

Raya mengangguk paham "tunggu bentar ya" ucap nya kemudian mulai beranjak berdiri meninggalkan kelinci putih dan coklatnya di samping Arsen.

Arsen mengangguk kemudian menggambil kedua kelinci tersebut dan mulai bermain dengan kedua kelinci tersebut, mulai dari mengelus elus bulu halusnya, menggendongnya dan juga menggunakan kedua tangan kelinci tersebut untuk bertepuk tangan.

Tak lama Raya datang dengan satu kliping dengan sampul biru lalu menyodorkan nya pada Arsen "nih, semoga suka sama warnanya" ucap raya kemudian kembali duduk di tempat yang tadinya ia gunakan.

"Bagus, lo baik banget Ray" puji Arsen yang baru saja meletakkan kedua kelinci tersebut kemudian menerima klipingnya.

Raya memutar bola matanya "kalo ada maunya yang gini" ucap nya karena ia paham betul, Arsen akan memujinya jika ia baru saja membantunya.

"idaman cowok asli dah ray" lanjut Arsen

"Idaman lo aja gimana?" lirih raya secara tak sadar sembari mengambil salah satu kelincinya, ia membelalakkan matanya saat sadar apa yang barusan ia ucapkan, lalu menoleh kearah Arsen "lo ga denger kan?" tanya raya dengan jantung yang lagi lagi berdegup kencang.

Arsen yang tadinya tengah bermain dengan ponsel nya itu menggeleng "denger apa?"

Raya menghela nafas lega, benar benar lega, jika saja dengar mungkin suasananya akan canggung?

Keduanya kembali mengobrol seperti biasanya, hingga akhirnya Arsen sadar sesuatu dengan diri raya.

"Ray, lo ganti model rambut?"

Raya mengangguk ragu "iya, menurut lo bagus enggak?" tanya raya hati hati

"Iya bagus, oh ya Ray, karena kata lo, lo udah suka pedes gimana kalo besok kita makan bakso pedes di kantin? gua yang traktir?" tanya Arsen yang tengah menggendong kelinci raya tanpa menoleh kearah gadis itu, sementara raya tampak membeku mendengar ajakan Arsen.

Sebab tadi di chat ia mengucapkan bahwa dirinya sudah doyan makan pedas, dan inilah risikonya, bodoh, ia bahkan tak memikirkan risiko ini, dan mau tak mau ia harus mengiyakannya.

"Boleh" balas raya sedikit kaku.

***



Bell istirahat berbunyi belum lama dan kali ini yang keluar hanya yang sudah menyelesaikan tugas mencatat dari papan tulisnya, Fany sudah selesai, disusul dengan Raya.

"Wih tumben banget ganti style rambut, pantes kaya ada yang beda, sama make up lo juga agak beda" ujar Fany yang baru menyadari perubahan Raya.

Ya, setelah raya pikir pikir semalam ia memutuskan untuk memoleskan make up yang mirip dengan milik Gea, jika biasanya gadis itu hanya menggunakan lipblam, maka hari ini tidak, ia merias wajahnya agar mirip dengan Gea, dan juga rambut yang di gerai dengan style curly hair.

Raya yang tengah memasukan alat tulisnya di kotak pensilnya itu menoleh sekilas "iya"

"Fan, jadi orang seru itu gimana sih?" tanya Raya kepada teman disampingnya.

Fany mengerutkan keningnya "gue juga gatau wehh, kenapa?"

"Gapapa" kata Raya seraya menggeleng.

"Ayo keluar Ray, kekantin" ajak Fany yang kini sudah berdiri, sementara Raya menoleh kearah Arsen yang masih tampak sibuk menulis.

Lalu kembali menoleh kearah Fany, menggeleng "gue nunggu Arsen Fan, kalo mau duluan duluan aja"

Fany mengangguk "yaudah gue duluan ya, sorry"

"Gapapa santai gue yang maaf hehe" ucap Raya kemudian Fany pun segera menghilang dari pintu kelasnya.

"Thanks udah nunggu, ayo Ray" ujar Arsen yang sudah berdiri disamping bangku Raya, Raya menoleh lalu mulai beranjak berdiri tak lupa dengan mengulumkan senyumnya lalu keduanya pun mulai melangkah meninggalkan kelas mereka.

"Ray jadi makan bakso pedes gak? yang tadi malem gua omongin, gua traktir dah" ujar Arsen yang kini keduanya tengah berjalan menuju kantin sekolahnya.

Raya tampak mematung, dan sedikit cemas, ia takut akan sakit perut atau pun mual jika memakan pedas pedasan, namun demi Arsen, mungkin kali ini Raya akan mencobanya.

Bisa saja ia sudah doyan makan pedas bukan? Tak ada salahnya untuk mencoba, dan Raya akan mencoba!

Gadis itu menoleh kemudian mengulumkan senyumnya "jadi lah Sen"

Sesampainya di kantin, Raya langsung duduk di bangku yang sudah ia pilih, sementara Arsen memesan baksonya, ya itu sudah menjadi kesepakatan kali ini.

Tak lama Arsen datang dengan membawa nampan berisi dua porsi bakso, saos, sambal, kecap, tak lupa dengan es teh yang sangat tampak segar, lalu duduk di depannya.

"Oke mau berapa sendok sambel nih?" tanya Arsen sedikit tak sabar.

Raya diam, sedikit bingung, melihat sambal yang terlihat pedas di depannya ingin sekali membuka suara dan berkata bahwa dirinya tak bisa memakan pedas, namun ia tahan sebisa mungkin, Arsen yang melihat kebungkaman raya itu mengerutkan keningnya

"Tapi, lo beneran udah doyan pedes kan Ray?"

Raya mengangguk cepat "udah lah Sen, gue daridulu pura pura ga doyan aja" bohong nya

"Wihh parah boongin gua, 2 sendok dulu gimana? biar gak pedes pedes banget" tantang Arsen yang dapat membuat Raya kembali bungkam.

"Woi Ray, gimana?"

"Eh i iya iya" setuju Raya, lalu keduanya pun mengambil satu porsi masing masing, Raya ingin sekali hanya memasukan secuil sambal, namun Arsen kini tengah menatapnya, mau tak mau ia langsung memasukan dua sendok sambal.

"Ayo buruan dimakan" ucap Arsen saat melihat Raya belum juga memakan baksonya, Raya mengangguk, Arsen pun sudah menikmati baksonya dengan tenang.

Raya mulai suapan pertama dan tentunya langsung ingin menangis karena pedas, tapi sebisa mungkin ia tahan, ia memasukan satu sendok lagi kedalam mulutnya, semakin pedas, ia benar benar ingin minum air, tapi minuman pesanannya belum juga datang.

Perutnya tiba tiba sakit, ia menunduk, agar rambutnya menutupi wajahnya dan tak melihat matanya yang sangat berair dan ia pastikan mukanya kini memerah, bahkan hidungnya sudah mengeluarkan ingus.

Namun Raya tetap menahannya, dan tetap bersikap biasa, dan memakan baksonya dengan cepat agar secepatnya bisa habis, dan akhirnya tak lama kemudian ia menghabiskan satu mangkok baksonya tentu tak dengan kuahnya.

𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃𝐙𝐎𝐍𝐄 𝟏 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now